Pengalaman shalat di mall sudah barang tentu pernah dialami oleh banyak orang. Di era dimana konsumtifisme sedemikian telah merasuki banyak orang, sehingga produsen yang menciptakan suatu produk tertentu akan habis-habisan untuk mengalokasikan sebagian besar biaya produksinya pada upaya bagaimana menanamkan pada pesan dan kesan di benak konsumen agar senantiasa menggunakan produk ini. Saat kita membeli produk Coca-Cola maka sebenarnya telah mengeluarkan diatas 85% diluar air minum yang kita butuhkan, yang sebagian besar berupa biaya iklan. Sehingga banyak orang yang setiap harinya menghabiskan waktu di mall-mall, untuk memuaskan dahaga berbelanja, berjalan-jalan, mengenal produk-produk baru, atau sekadar hanya untuk cuci mata.
Fokus saya bukan itu. Melainkan pengalaman saat tiba waktu shalat maka ada banyak hal yang mungkin kita lakukan. Pertama, mungkin kita mencari tempat shalat atau mushalla di mall tersebut. Ada juga yang masih bersantai ria meneruskan aktivitasnya berbelanja, dan melaksanakan shalat di waktu berikutnya kalau masih ada waktu. Ada juga yang melaksanakan dengan menjamak atau menyatukan shalat, tentu saja dengan tingkat keyakinan tertentu untuk meyakinkan diri bahwa itu boleh dilakukan, dan ini yang di masa lalu sering aku lakukan. Alasannya, Jakarta yang macet dan crowded, di jaman Nabi kan tidak pernah terjadi, sehingga diperbolehkan untuk menjamak. Ide ini, kalau benar pahalnya dua, kalau ternyata di kemudian hari ternyata salah, maka pahalanya hanya satu, begitu aku selalu bilang untuk memperkuat keyakinanku di masa lalu.
Tidak banyak orang yang mengalami pengalaman yang menyenangkan mengenai tempat shalat di mushalla di mall. Ada banyak persoalan. Misalnya lokasi mushalla yang terpencil, di basement yang cukup jauh untuk dijangkau, informasi yang kurang jelas, mushalla yang kurang representative, tempat wudhu yang kurang memadai, mushalla yang terkesan kurang terawatt dan lain- sebagainya.
Pengalaman yang paling menyenangkan untuk shalat di mall, terkait dengan hal diatas, barangkali aku temukan saat shalat di sebuah mall yang berlokasi di kawasan paling elit di Jakarta, yakni di kawasan niaga Sudirman. One Pasific Place, dimana di tempat itu juga ada hotel Ritz Carlton. Tempat ini sangat memadai untuk shalat, dilihat dari lokasinya yang berada di tengah mall, tempat wudhu yang sangat bersih, tempat shalat yang sangat nyaman. Belum lagi saat kita masuk ke ruangan hall mushalla maka kita akan disambut oleh pasangan laki-laki dan perempuan, dengan pakaian melayu dan dengan sangat santunnya menerima tas atau sepatu kita untuk ditempatkan di tempat yang telah ditentukan. Dengan sapaannya, Assalamu’alaikum dengan tangan yang ditangkupkan di depan dada, saat kita masuk ke area mushalla ataupun saat kita meninggalkan mushalla.
Tempat yang nyaman untuk shalat memang tidak sangat terkait dengan kemegahan, akan tetapi apabila kemegahan digunakan untuk mendukung kenyamanan dalam beribadah maka tentu saja akan membuat ibadah menjadi pengalaman yang menyenangkan. Namun perlu digarisbawahi bahwa ukuran ibadah tentu saja bukanlah kemegahan, melainkan kebersihan dan kenyamanan. Dan tentu saja itu memerlukan tingkat kejelian dan concern yang pada tingkat tertentu masih cukup rendah pada pengelola manajemen buiding mall-mall di Indonesia. Ini berbeda dengan One Pasific Place, atau di dalamnya ada hotel Ritz Carlton yang dimiliki oleh Singapore, sebuah Negara yang jauh dari religiusitas namun ternyata justru sangat peduli dengan kebutuhan religiusitas pengunjung mall, dan mengalokasikan dana untuk memenuhi kebutuhan spiritual pengunjung mall yang sebagian besar membutuhkan hal ini.
Senin, 10 November 2008
Shalat di Mall, Why Not..?
Menemukan Relevansi Asmaul Husna
Hari ini aku mengalokasikan waktu satu hari dan terpaksa bolos kerja untuk memulai menghapal nama-nama indah yang bila dilantunkan melalui dzikir dengan sangat syahdu akan membawa kita lebih mengenal diri dan mengenal siapa di balik penciptaan kita dan alam semesta ini. Asmaul Husna. Tentu bukan suatu yang mengada-ada saat dalam suatu hadits disebutkan bahwa barang siapa yang hapal dengan 99nama Allah maka akan dijamin masuk surga. Dan ajaib, setelah mengalokasikan waktu seharian untuk concern dengan upaya menghapal asmaul husna, saat ini aku telah hapal! Tapi tentu tidak sesimple itu untuk masuk surge, karena orang akan mudah sekali masuk surge dengan hanya menghapal asmaul husna, yang upaya seharipun rasanya sudah cukup, sebagaimana yang aku alami. Tentu saja maksudnya bukan sekadar hapal saja, namun menghayati makna dan mengamalkannya. Karena tiap-tiap nama memiliki makna dan implikasi yang sangat jauh terhadap character seseorang. Misalnya saat kita memahami makna Ar Rahman, Maha Pemurah, maka akan memberikan implikasi agar kita selalu mengasihi dan menyaangi sesama dengan tulus, jauh dari rasa pelit dan menghamba pada materi. Al Quddus akan memberikan inspirasi agar kita selalu menjaga kesucian diri, kesucian badan dan kesucian jiwa, berpikir, dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Al Mutakabbir Yang Maha Megah akan menginspirasi kita untuk tidak bersikap sombong, takabbur, karena sebagai hamba memang sama sekali tidak pantas untuk berperilaku itu. Seorang hamba yang dari tiada, hina dan tak berdaya menjadi ada di dunia sehingga tak pantas untuk berjalan di muka bumi dengan bersombong ria. Al Fattah Maha Menyingkap akan memberikan inspirasi kepada kita untuk selalu membuka hati untuk kebaikan.
Hari itu aku memulai untuk menghapal 99Asmaul Husna, dalam suatu pelatihan yang bertajuk GeMAH, Gerakan Moral Asmaul Husna, yang diakan oleh esq leadership center. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menghapalkan. Metode pertama adalah melalui irama dzikir. Pertama kali aku mendengar lantunan dzikir ini adalah saat I’tikaf di medjid Sunda Kelapa, yang lirik dan iramanya persis seperti yang dipakai di esq maupun majelis dzikirnya AA Gym. Terasa begitu menyentuh dan syahdu. Metode kedua adalah visualisasi ruangan. Sedangkan metode ketiga adalah untuk menghapal artinya dengan metode 25 nabi Rasul, sebuah jembatan keledai yang didesain untuk membangun dan mengaktifkan otak kanan kita sehingga imaginasi bisa dioptimalkan.
Alhamdulillah, dengan metode lagu aku bisa menuntaskan untuk sekadar menghapalkan 99 asmaul husna. Betapapu 99Asmaul Husna adalah bilangan yang menunjukkan angka kebesaran Allah yang disebut dalam Al Qur’an, yang itu adalah simbol saja, dimana asma Allah ada 99. Kebesaran Allah sendiri sesungguhnya tidak terhingga (unlimited names), sebanyak dan seluas kekuasaan dan kebesaranNya. Kita diciptakan dengan penuh kesempurnaan dan diberikan kenikmatan dan anugrah yang luar biasa banyaknya, misalnya proses kelahiran kita dari tiada menjadi ada di dunia. Al Khaliqu yang berarti Pencipta, Al Bari’u yang berarti yang mengadakan. Al Mushawwiru yang berarti pembentuk rupa. Dari setetes air sperma yang dibuahi dalam rahim seorang ibu, lalu ditiupkan ruh olehNya. Kemudian dibentuk dengan diberikan mata, hidung, telinga, lidah, kaki, otak yang terdiri dari jutaan syaraf, jantung, paru, usus, ginjal empedu. Lalu diberikan tulang, daging, kulit, rambut, pori-pori, dan masing-masing berfungsi sesuai kodratnya. Jantung mulai berdetak, anggota tubuh lain mulai bergerak dari saat itu sampai akhir hayat. Dari kecil saat tidak berdaya, lalu dengan mekanisme yang sangat sempurna Allah menurunkan sifat Pemurah melalui orangtua yang memelihara kita dengan penuh kasih sayang hingga bisa mandiri.
Kebesaran Allah lainnya adalah ciptaannya berupa makrokosmos. Bumi, bulan, matahari, planet, bintang, tatasurya yang bertebaran di malam maia yang tidak terhitung jumlah dan luasnya. Seorang astronomer dari Australia Simon Driver mengatakan bahwa jumlah bintang lebih dari 70 sixtillion, 70 pangkat 7. Katanya, seandainya manusia bisa menciptakan bintang dengan kapasitas produksi satu bintang permenit maka manusia baru bisa menciptakan bintang-bintang itu selama 2.220 milyar tahun. Itulah salah satu contoh keberasan Allah, asmaul husna, selama ini sering tidak kita sadari. Kesadaran pentingnya mengenal diri dan mengenal Allah akan membawa kita untuk mengenal nama-namaNya, yang dalam Al Qur’an disebut sebanyak 99 nama.
Setelah hapal, tentu saja berikutnya adalah bagaimana menghayati dan mengamalkannya. Dan ini tentu jauh lebih sulit. Menghapal adalah satu hal, sedangkan menghayati adalah hal lain. Demikian pula, mengamalkannya adalah hal yang jauh berada di atas kedua hal sebelumnya. Saat ini mungkin aku baru saja bisa menghapalkannya. Namun siapa tahu dengan menghapalkannya maka setiap saat hati ini akan terjaga dengan apa yang kita ucapkan, kita affirmasikan dan kita lantunkan melalui dzikir yang syahdu secara terus-menerus.
Dua Memecah Rekor
Apa yang terjadi pada weekend kemaren, tanggal 25 Oktober, barangkali telah memecahkan rekor acara syawalan/ reuni yang pernah kuikuti dalam beberapa tahun terakhir. Kenapa? Demikian banyak yang hadir, sekitar seribuan orang, yang terdiri dari teman-teman dalam satu komunitas f7 Jogja dan jaringannya di kota-kota sekitarnya seperti Semarang dan Purwokerto. Emang pernah aku menghadiri sebuah acara reuni, misalnya yang diadakan oleh Kagama Pusat beberapa tahun lalu, di Balai Sudirman Tebet, yang dihadiri oleh lebih dari seribu orang dari berbagai fakultas dan angkatan yang pernah kuliah di ugm jogja. Namun betapapun acara itu terlalu besar range usianya sehingga tidak terlalu cair. Jadi rekor yang kumaksud pada acara weekend itu, pertama adalah jumlah peserta syawalan terbesar yang pernah kuikuti, yakni menembus angka empat digit. Penyebutan angka ini sebenarnya juga agak absurd, semacam jumlah peserta pada demonstasi mahasiswa yang diklaim oleh mereka sendiri sebagai pelaku versus pihak lain seperti media massa atau aparat sebagai pengamat. Biasanya menurut versi pelaku, jumlah yang hadir pasti lebih banyak dibanding menurut pihak lain, yang entah bagaimana tingkat validitas dan metode perhitungannya. Namun berapapun jumlah pastinya, yang jelas peserta syawalan kemaren menurutku telah memecahkan rekor jumlah peserta syawalan terbesar yang pernah kuikuti. Lalu, rekor kedua apa? Masih ada kaitannya dengan acara ini, yakni waktu terlama aku menjalani syawalan dimana aku berada di tengah-tengah teman-teman Jogja selama 35 jam tuk berdiskusi, bercanda dan bernostalgia bersama.
Acara resmi syawalan itu sendiri mungkin terkesan agak politis, --dan sempat menghiasi setengah halaman harian Republika keesokan harinya--, dimana mengundang beberapa nama calon presiden yang banyak menghiasi media massa saat ini, namun ternyata hanya ada satu orang calon presiden yang datang. Seorang yang sebenarnya cukup dikenal punya kapabilitas dari kalangan akademisi dan mungkin cukup punya komitmen, namun kenyataannya itu tidak cukup sebagai modal untuk menjadi calon presiden, karena tidak punya massa pendukung, yakni Dr. RR. Pernah menjadi menko perekonomian di era Gus Dur namun ternyata prestasinya juga tidak terlalu mentereng. Kalo gak salah punya andil dalam cuci gudang jual asset bumn yang dilanjutkan secara besar-besaran di era mbok Megawati dengan Laksamana Sukardi sebagai brokernya. RR secara solo tampil berorasi sebagai calon presiden, yang dilanjutkan dengan beberapa kalangan untuk menyampaikan aspirasinya seperti AR sebagai ketua panitia, ES, KAR, dan LHH. Ada beberapa politisi yang hadir, misalnya Bang ZH dari PAN. Juga ada yang disebut-sebut di beberapa media massa sebagai calon presiden beberapa tahun ke depan, dan satu-satunya orang Indonesia yang masuk dalam 100 most of top intellectual in the world, yakni ARB, namun sayangnya tidak diberikan kesempatan untuk berbicara di forum itu. Emang seperti yang dibilang mas AR, pada acara ini sebenarnya berkumpul banyak orang yang layak untuk berorasi, namun betapapun waktunya sangat terbatas sehingga hanya diwakili orang-orang yang telah memiliki cetak biru sebagai leader komunitas f7 di masa lalu, dan Anies tidak masuk kriteria ini. Waktu makan aku sempat ngobrol sama Anies, soal kesibukannya begitu nampe ke Indonesia. Salah satunya, kata dia, belum bisa memanage kartu ucapan lebaran. Aku juga sempat complain, dalam dua tahun sms lebaranku dibalas oleh ARB, tapi dibalas dengan forward inboxnya. “Wah, itu berarti terkirim secara automatic Fiq..”, kata dia dengan senyumnya. Adikku, Amin dari Jogja juga datang, dan tanpa telponnya tadi malam mungkin aku lupa dengan acara ini.
Dalam acara-acara seperti ini biasanya ada dua kelompok yang muncul secara alamiah. Yang pertama adalah orang-orang yang istiqomah dengan topic acara dan memiliki concern yang tinggi terhadap setiap pembicara pada acara ini. Yang kedua adalah orang-orang yang tidak peduli dengan topic acaranya. Aku termasuk yang masih memiliki sedikit rasa peduli namun sayangnya tidak sempat memperhatikan topic acara maupun pembicara yang tampil karena membentuk jamaah sendiri, bernostalgia dengabn beberapa teman yang sudah lama tidak ketemu. Di barisan belakang aku ngumpul bersama SG, IG, ANB, DF, AM. Kalo ada SG seperti biasa maka pembicaraan akan didominasi tentang topic trading di capital market yang kata Sugeng sudah menjadi jalan hidupnya. Dalam kondisi pasar yang volatile dan turbulens saat inipun, saat aku tahu banyak trader yang merugi dalam jumlah besar, diantaranya juga Sugeng, namun ternyata hal itu tidak menyurutkannya untuk tetap concern dengan dunia ini. Sekilas aku tahu bahwa dari wajahnya yang tampak capek, mungkin ada hubungannya dengan kondisi pasar yang telah menggerus keuntungan atau bahkan modal bertahun-tahun, sebagaimana yang dia katakan bahwa besarnya size trading dan kapasitas serta pengalamanan main di pasar berbanding lurus dengan tingkat kerugian yang dideritanya.
Krisis finansial yang melanda Paman Sam ternyata berdampak ke semua capital market seluruh dunia, entah nantinya bisa semakin serius atau tidak. Serius tidaknya dampak krisis finansial ke negara lain, menurutku tergantung apakah dampaknya hanya akan terbatas pada capital market dan beberapa finansial institution atau bahkan sampai ke sektor riil. Kalau hanya sampai pada turunnya harga saham, menurutku itu hanya dampak karena investor asing, para investment bankers menarik dananya pada capital market di seluruh dunia, termasuk Indonesia, karena dananya tergerus oleh subprime mortgage. Sehingga wajar kalo penarikan dana mendadak ini akan mendrive sentimen investor lokal sehingga harga saham semakin hancur. Dampak serius akan terjadi manakala krisis akan merambah ke sektor riil, misalnya para pengusaha akan kehilangan peluang mendapatkan dana dari bank, akibat banknya juga terbelit krisis likuiditas. Sejauh ini, ada beberapa bank yang memang mengalami kesulitan likuiditas, tapi harus dikaji lebih lanjut berapa share dari dampak krisis finansial dari luar, penyebab krisis likuiditas dari eksternal dan global ataukah internal. Awal dari krisis di Paman Sam sendiri pada awalnya dari bank, mirip krisis di Indonesia tahun 1997. Saat the Fed menurunkan tingkat suku bunga, Fed fund rate sampai sebesar 1%, maka banyak bank yang mengucurkan kredit perumahan, mirip kpr di Indonesia. Karena bunga rendah maka banyak yang mengajukan kredit secara besar-besaran, apapun profesinya. Bank juga mengalami moral hazzard dan mengabaikan prinsip-prinsip prudential banking. Lalu, karena bank ingin secepatnya ekspansi maka portfolio mortgage dibundle dan dijual ke investor, melalui proses sekuritisasi aset. Investment Bank selanjutnya membuat bond/ notes yang berbasis kredit perumahan dan menjual bond/ motes tersebut ke capital market, yang sering disebut sebagai mortgage back securities, atau surat utang yang berbasis pada kredit perumahan/ mortgage. Investment Bank yang mendapatkan dana dari investor menanamkan dananya ke berbagai instrumen saham di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Adapun surat utang yang berbasis pada mortgage yang berpenghasilan rendah dan rentan pada volatilitas tingkat suku bunga disebut subprime mortgage. Krisis ini terjadi ketika terjadi the Fed menaikkan bunga dan berdampak pada debitur berpenghasilan rendah, maka subprime mortgage mengalami kejatuhan harga. Investment Bank mengalami default, sehingga menarik dananya dari capital market di seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia. Selanjutnya mereka menukar dananya ke US sehingga mengakibatkan nilai tukar mata uang lokal terdepresiasi. Dampaknya, harga saham melorot, dan para investor lokal, seperti Sugeng dan aku pun menggigit jari.
Dia bilang ada satu stock bank swasta yang menjanjikan potensial gain pada tanggal 1 Desember 2008 karena telah deal tender offer dengan investor baru dengan nilai yang lebih tinggi dari market value saat ini. Banyak teman-teman yang comment, namun aku yakin tidak ada yang memiliki keberanian untuk menjadi trader. Emang kebanyakan teman seneng diskusi, memiliki kapasitas teori yang lumayan karena beberapa diantaranya berprofesi sebagai dosen, namun tidak memiliki feeling dan keberanian untuk terjun langsung kayak Sugeng. Aku tahu, berdasarkan feeling, saat-saat volatile seperti ini, harga saham bisa anjlog ke titik yang makin rendah, tapi bisa juga tiba-tiba melonjak drastis karena kejatuhan sudah sangat dalam sehingga berpotensi technical rebound. Aku sendiri, yang sempat belajar 2,5 tahun di dunia capital market, namun kondisi pasar yang lagi volatile dan turbulenc seperti ini ini, juga modal yang telah tergerus habis, maka tidak lain hanya memilih untuk menjadi pengamat saja. Kenapa? Pertama, modal udah habis. Kedua, perlu waktu untuk memperkuat mental. Ketiga, perlu mempertajam analisis teknis.
Sempat ngobrol juga sama mas Ridho, pewaris pondok pesantren Gontor yang ternyata lebih concern dengan pengembangan bisnisnya di bidang perkayuan, kontraktor, penerbitan dan lainnya. Juga sempat ngobrol sama Anies Baswedan saat antri makan. Berbincang dengannya, emang seperti yang dikatakan banyak orang, ada semacam aura leadership pada dirinya, yang jauh lebih menonjol dibanding saat kami dulu bersama-sama dalam satu training tingkat dasar di komunitas f7. Aura leadership yang muncul dari personality, yang kurasakan berbeda saat bertemu dengan CEO suatu perusahaan atau pemimpin partai politik atau ormas sekalipun. Aura kepemimpinannya emang sudah terasa saat aku kenalan dengannya di sebuah training tingkat dasar di komunitas f7 tahun 1990an. Saat itu dia dikenal sebagai leader kelompok mahasiswa yang cukup elitis di Jogja, yakni Tanah Merdeka, berapa kali tampil di teve local. Betapapun setelah itu waktu telah membentuk jiwa leadership Anies, setelah teruji kemampuannya di saat krisis sebagai seorang leader mahasiswa di senat mahasiswa ugm yang telah menempatkan dia sebagai salah satu leader mahasiswa yang disegani dalam level nasional. Saat beberapa temannya mengambil peluang dimana kondisi politis sangat memungkinkan untuk melakukan lompatan karir, baik jabatan politis, birokrasi maupun bisnis, saat banyak yang mempertanyakan dimana gerangan seorang Anies, yang tampak tidak tertarik dengan hal-hal jangka pendek sebagaimana yang didapatkan teman-teman lainnya. Saat ada beberapa teman yang karena perubahan situasi politik, bisa menempatkannya menjadi komisaris di sebuah bumn, atau seorang menteri, ataupun seorang anggota legislative, maka dia justru menghabiskan waktu untuk ambil kuliah s2 dan s3 di Maryland University, Amrik. Dan saat ini, ketika kembali ke tanah air maka seorang Anies telah memiliki justifikasi yang cukup mentereng sebagai seorang intelektual, satu2nya yang masuk dalam 100 most intellectual in the world versi Amrik, maka ARB pun tidak sulit untuk menemukan posisinya yang pas. Apalagi dengan jabatan barunya sebagai rector di universitas Paramadina, dalam usianya yang masih sangat muda, 38 tahun.
Acara berakhir jam 1400, dan secara resmi telah ditutup, namun masih banyak yang menghabiskan waktu di tempat itu sampai beberap jam setelahnya, maklum acara ini adalah syawalan. Amien adikku langsung pulang ke Jogja.
Sedangkan banyak teman-teman Jogja yang masih bertahan disini karena malam harinya masih ada acara diskusi. Aku ikut rombongan ke Tebet, dimana teman-teman menempati salah satu kantornya mas NM dan Mas AR, yakni Bright Institute, di Kuningan sebagai base camp. Aku semobil bersama dengan Lukman, seorang teman yang sekaligus mentor kami saat kuliah, sekarang hijrah dari dosen di Jakarta ke Solo, DDM, seorang teman yang kuliah di salah satu universitas swasta di Jogja, juga melakukan hijrah akademis sehingga mencapai level doctor syariah, tinggal di kota Malang, dia adalah suaminya Inti, temanku sekampung saat smp. Lalu Ahmad Niam teman dari ftp ugm. Rombongan teman lain menggunakan bis, menuju lokasi yang sama. Ngobrol dengan teman2 seperti ini selalu menginspirasi. Bertemu dan ngobrol dengan mantan mentor saat mahasiswa seperti Lukman misalnya, tentu tidak setiap saat bisa terjadi. Sempat ngobrol sama Lukman soal film Laskar Pelangi, tentang pesan-pesan moral yang kami tangkap dari film itu.
Berada di suatu tempat dimana berkumpul sekitar 40an orang, yang masa lalunya memiliki tingkat concern yang sama dalam wadah perjuangan yang sama, selama beberapa jam, aku menemukan suasana yang mengembalikan memoriku beberapa tahun lalu saat di Jogja. Di masa lalu, saat-saat kumpul dengan teman-teman ini, saat berkumpul, entah dalam jumlah berapapun, pasti ada saja hal penting yang dibicarakan. Aku membayangkan bahwa sampai saat inipun kalo teman-teman sering berkumpul seperti ini maka pasti akan menghasilkan banyak output, kalau tidak berupa hal kongkrit, ya minimal sesuatu yang ada di awang-awang pun tetap kita anggap sebagai sesuatu bentuk abstraksi yang kongkrit, meski abstrak tetap saja dianggap kongkrit. Seperti kali ini, yang ngumpul di rumah ini mungkin ada sekitar 40 an orang, terdiri dari teman2 dari Jogja, Semarang dan Purwokerto. Di setiap ruangan ada forum diskusi yang kesemuanya asyik membahas sesuatu hal yang entah apa itu. Di salah kamar atas, aku masuk ke ruang diskursus yang disitu ada Harjono, seorang Caleg dpr ri dari partai golkar, mantan ketua jamaah shalahuddin ugm, Ahmad Syafiq, yang dimasa mahasiswa dikenal tangan kanannya pak Amien Rais, mas Faried ketua jaringan wartawan dari Jogja, dan Defiyan Cori yang di masanya saat ini masih tampak masih kondisten dan idealis dengan dunianya. Kami mendiskusikan tentang situasi politik kontemporer dan Teori-teori demokrasi, soal krisis energy global, soal korupsi dan lain sebagainya. Agak lucu juga, Harjono yang mantan pemimpin jamaah shalahuddin, saat ini menjadi seorang caleg partai yang dulu sama-sama kita tentang habis-habisan, sudah tampak memposisikan diri benar-benar sebagai seorang caleg. Tampak tangkas mempresentasikan teori-teori dan pemahamannya tentang angka-angka dalam apbn, yang pemahamannya tampak meningkat pesat setelah dia menjadi caleg. Mas Faried dan Syafiq, apalagi Defi, seperti yang kukenal selama ini, masih tampak kritis dengan situasi yang ada.
Menjelang sore hari 40 orang yang ada dikumpulkan oleh mas Awalil untuk saling share dalam satu forum. Agak kaget juga ternyata yang hadir saat ini adalah mereka para saksi sejarah penting dalam terbentuknya jaringan f7, seperti mas Khaeron AR dan teman-teman seangkatannya. Acara yang awalnya hanya untuk saling mengenal, tapi ternyata banyak mengungkap sejarah terbentuknya komunitas ini, yang tidak banyak orang mengetahui detil peristiwanya.
Malam hari kami melanjutkan diskusi ke Kuningan, yang malam ini dihadiri oleh sekitar 70an orang. Bang ZH, seorang anggota dpr dari fraksi PAN menyebut bahwa sejak siang hari tadi sudah berkumpul banyak orang, sekitar 1000an dan dilanjutkan malam ini, maka satu-satunya actor adalah AR. “Kalau di jaman Pak Harto, gampang saja membubarkan acara seperti ini. Culik saja AR, maka acara sejak tadi siang sampai malam ini gak akan ada”, katanya. “Tapi jaman sekarang, siapa yang akan nangkap AR, biaya untuk nangkap aja lebih besar dari hasilnya, malah bikin repot yang nangkap aja”, tambahnya, disambut ger oleh hadirin. Fahmi Radhy, dosen feugm, masih saja konsisten menyampaikan keprihatinan pada kondisi ekonomi Indonesia dewasa ini. Dan sebagian besar yang berbicara pada forum ini memang lebih banyak menyampaikan pesan keprihatinan. Sayang, seorang alumni yang selama ini kita kenal vokal dan konsisten seperti mas Revrisond Baswir tidak hadir malam ini.
Malam habis acara aku ngumpul bersama dengan teman-teman dari Jogja, yakni FW yang saat ini aktif di sebuah lsm di Jogja, IS anggota dprd Jogja dari fraksi PAN, Rimbananto ketua KPUD Jogja, juga ANB dan beberapa teman lain. Kami menginap di wisma diy, diantara dari kami adalah pejabat daerah. Malam hari berlanjut diskusi sampai larut malam. Lalu keesokan harinya kami menelepon salah satu teman, ARM, yang asli di sebuah desa di lereng Gunung Merapi. Kami bersama-sama melanjutkan kebersamaan ke rumah Bukhari, salah satu teman, di Depok, yang saat ini terjun total sebagai entrepreneur dalam bisnis gas. Dari rumah Bukhari berlanjut ke rumah Musyafak, dan terakhir ke rumah Arbain. Imam Suja’i bilang bahwa sungguh menderita orang Depok yang bekerja di Jakarta seperti Arbain, karena waktu tempuh perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan.
Selepas dari Depok tinggal kami berdua, aku dan Aris. Yang lain naik taksi ke Bandara karena harus mengejar flight jam 1700. Aku mampir sejenak di rumah ARM, yang isterinya, DT, adalah teman satu angkatanku di feugm. Dia bilang sempat melihatku waktu nonton film Laskar Pelangi di XXI, namun tidak sempat menyapa karena crowded. Kami sempat mendiskusikan tentang film ini. Sebagiamana tadi malam, aku juga sempat diskusi dengan Lukman Hakim Hassan soal film ini.
Menjelang magrib aku pulang ke rumah. Rasanya mendadak sepi, setelah menjalani kebersamaan selama 35 jam bersama teman-teman dari Jogja. Selama 35 jam, terasa berapa rasa kangen dengan suasana yang pernah kita rasakan bersama di Jogja tertumpah, dengan bercanda bersama, berekspresi bersama, dengan latar belakang saat ini yang berbeda-beda profesi, namun sama-sama merasakan kerinduan yang sama dengan masa lalu. Kebersamaan itulah yang kita rindukan. Diskusi-diskusi yang terbangun itulah yang kita rindukan. Rasa idealisme itulah yang kita rindukan. Ketulusan dan persahabatan itulah yang kita rindukan. Obrolan-obrolan yang menyenangkan itulah yang kita rindukan. Ketawa lepas itulah yang kita rindukan. Aktivitas-aktivitas perjuangan itulah yang kita rindukan.
Senin, 20 Oktober 2008
Pelajaran Moral dari Film Laskar Pelangi
Sedikit mereview perjalanan setelah selama sepuluh hari berada di kampung, emang telah membawa perubahan suasana dan kebiasaan. Pertama, tentu saja soal makan, dan mungkin dampaknya. Ini hal yang biasa setiap tahun, saat pulang berlebaran maka salah satu concernku adalah menyusun schedul makan, dalam sehari entah berapa kali, yang jelas sudah diluar ambang batas normal. Kadang siang hari udah makan tiga kali. Tapi itulah, namanya juga perayaan ritual setahun sekali, rasanya teramat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Ternyata memori nikmatnya aroma dan cita rasa masakan kampung yang telah terekam dalam otak kita demikian kuatnya, sehingga saat sekarang pun masih merasa nikmat. Dan emang, diluar soal memori yang terekam secara subjektif dalam otak, soal cita rasa sepotong daging ayam kampung, seporsi mie ayam atau bakso ternyata emang sungguh-sungguh berbeda dengan yang biasa aku rasakan di Jakarta. Sampai-sampai aku harus agak menebalkan telinga saat orang tua komplain bahwa aku nyaris tidak pernah makan di rumah. Dampaknya? Mungkin soal berat badan, aku sengaja tidak terlalu memusingkan hal ini. Biasanya, berat badanku tidak mungkin dibawah 60 dan tidak mungkin melampaui 65. Saat ini, setelah selama 10 hari di kampung, sejujurnya aku tidak tahu apakah aku udah melampaui angka 65 kg. Biarkanlah, kupikir soal remeh-temeh seperti ini kan terlalu urgen buatku, setidaknya saat ini.
Kembali ke sd muhammadiyah tadi, bukannya menyamakan kondisi yang ada di film, namun memang aku benar-benar merasakan bahwa sdku itu ibarat satu-satunya sd islam yang ada di kota kami waktu itu, dan tidak banyak guru yang mengajar kami, namun kesemuanya luar biasa. Bu MR, sang kepala sekolahku yang keras dan sering memanggilku karena berbagai kenakalan yang kubuat seperti mengendarai sepeda ke kelas dan mutar-mutar di dalam ruangan. Lalu Pak KM, adiknya bu MR. Beliau saat ini menjadi kepala sekolah yang kudengar paling sukses di kota kami. Mereke berdua yang paling lama mendampingi kami, mengajarkan tidak hanya materi-materi kurikulum yang terkadang dikemas sendiri oleh beliau, melainkan juga mengajarkan tentang sikap hidup. Salah satu keahlian beliau adalah mendongeng, pelajaran favorit kami, saat kami mendengarkan dengan seksama setiap kata yang beliau sampaikan.
Adegan saat sekolah ini akhirnya bisa menyihir masyarakat saat menampilkan kesenian yang merupakan mahakarya tingkat tinggi salah seorang siswanya yang menampilkan kesenian khas afrika yang sangat mistis. Belum lagi saat team cerdas cermat dari sd ini mempresentasikan kemampuan yang sangat mengagumkan saat siswa jenius terbaik didikan alam di sd muhammadiyah ini selalu dengan tangkas menyambar habis pertanyaan yang diajukan oleh team juri. Ini sekali lagi menunjukkan bahwa prestasi tidak bisa diukur semata-mata dari materi yang digelontorkan tak ada habis-habisnya sebagaimana yang dilakukan oleh sd pn t imah yang sangat favorit, namun mendadak tidak berdaya melawan dominasi sd muhammadiyah yang melarat. Ehm, akupun sempat mengingat bahwa sdku, dalam suatu kesempatan pertama yang kami ikuti, yakni lomba gerak jalan tingkat kabupaten dan cerdas-cermat, ternyata kami bisa juara. tentu saja suasana emosional yang kami rasakan tidak seperti pada film ini.
Minggu, 05 Oktober 2008
Diam-diam Aku Alumni SMP-One Wonogiri
Akhirnya, reuni terlaksana pada tanggal 4 Oktober 2008 kemaren. Sesuai dengan target panitia, acara ini dihadiri oleh lebih dari 100 alumni. Dengan dipimpin oleh master mc, AR yang kabarnya bekerja jadi evnt organizer, acara sangat meriah. Kepala Sekolah, ternyata adalah Pak KS, guruku sewaktu di SD Muhammadiyah, dengan kelas semacam Laskar Pelangi. Melihat Pak KS, kontak aku melihat beberapa teman SD ku, yakni NG, Caleg DPR Pusat saat ini dari PKS dan TZ, bintang kelas SDku, alumni geodesi UGM. Mereka ternyata juga agak kaget bahwa Pak Kusman jadi kepala sekolah, suatu lompatan karir yang cukup hebat, mengingat beliau sebelumnya hanyalah guru SD swasta, dan hanya sempat menjadi kepala sekolah kecil di lingkungan perguruan Muhammadiyah. Baru sesaat kemudian tampak betapa profesionalitas beliau sebagai kepala sekolah diketahui, saat dengan sigapnya memaparkan konsep pengembangan sekolah. Dan baru aku ketahui juga bahwa ternyata beliau menjadi leader bagi semacam asosiasi para kepala sekolah, tidak hanya untuk level smp saja melainkan juga sma, karena keberhasilannya untuk mengangkat prestasi sekolah yang dipimpinnya. Beliau sempat berkaca-kaca saat salah satu perwakilan dari kami, YP mengatakan siap untuk mendanai semaksimal yang bisa angkatan kami berikan kepada sekolah kami, untuk membangun bangsal kenangan, maupun untuk keperluan lainnya. Ada sejumlah dana yang kami sumbangkan kepada para siswa yang membutuhkan dan ada dua buah lcd yang kami sumbangkan, tepatnya bukan kami, melainkan salah seorang diantara kami, DM, yang tak lain pada acara ini pasti menjadi raising star, sebagaimana juga dulu waktu kami masih sekolah. Dengan prestasi akademik dia yang telah mencapai puncaknya, S3 Akuntansi, ketua jurusan salah satu universitas terkemuka di negeri ini, tentunya concern dia di bidang pendidikan lebih dibanding yang lainnya, dia menyumbangkan 2 buah lcd. Beberapa hari sebelum reuni dia sempat menawarkan aku untuk menyumbang 1 buah lcd untuk melengkapi sumbangan dari dia, namun dengan halus, mengingat kondisiku saat ini yang lagi porak-poranda kehilangan asset yang secara nominal cukup besar, Rp. 1,2 miliar, aku undur diri dari penyumbang lcd. Apalagi ada agenda lain dari komunitas alumni f7 juga yang baru saja right issue saham untuk pengembangan bpr syariah di Cirebon beberapa waktu yang lalu. Acara kesan pesan, sudah barang tentu kami berikan kepada dia untuk menyampaikannya, dan terasa berapa apa yang disampaikan sangat merepresentasi angkatan kami, dengan banyolan2 khas seorang akademisi.
Cukup banyak teman-teman yang hadir. Beberapa diantara mereka yang aku sempat intens ngobrol. Unggul, yang biasa aku panggil dengan panggilan SDnya NG, sempat mendatangiku dan menanyakan soal serius, "Kudengar kamu mau nikah lagi, Fiq?". Aku agak kaget dengan pertanyaan itu, karena seolah, dan diperjelas olehnya, seolah aku masih married dan pengin menikah lagi. Aku sungguh kaget, karena aku tidak penah cerita soal ini, kecuali hanya kepada satu orang teman smpku. Aku tidak tahu darimana dia tahu, dan sempat aku bertanya dalam hati, jangan-jangan banyak diantara teman yang tahu. Dia berseloroh menganggapi keherananku,"Aku kan banyak mata-mata,Fiq". Dia sempat mau tanya detil soal itu, yang tentu saja tidak mungkin aku ceritakan hal dalam kondisi seperti ini. Kubilang secara singkat bahwa aku divorce, benar. Tapi soal married, sampai saat ini belum ada rencana yang fixed waktunya. Secara berseloroh, dia sempat bilang kalo aku belum ada calon maka dia bersedia untuk mencarikanku. Tentu saja aku percaya, dengan status dia yang dipercaya sebagai caleg dpr ri, dari fraksi pks, tentu memiliki komunitas besar yang solid. Dan melihat background masa lalu dia yang sangat kuketahui, yah, pendeknya aku percaya. Lalu, temanku yang lain, Inti. Dia teman smp, dan ketemu lagi di universitas yang sama denganku, beda fakultas. Kita aktif dalam komunitas yang sama, semacam F7. Aku agak kaget mendengar dia tidak lulus. Dalam obrolan kemaren, dia bilang saat ini meneruskan studi di Malang. "Malu kan Fiq, aku ngurusin lembaga pendidikan, sementara kuliah S1 gak lulu", katanya. Apalagi suami dia, Dedi Mulawarman, juga temanku saat di Jogja, kudengar baru saja lulus S3 akuntansi syariah. Teman lain, Martani, yang dikenal sebagai si jenius, dari dulu hingga sekarang, sempat tanya,"Gimana Fiq, udah ketemu sama anakmu belum, Hdsf?". Aku agak tersentak dengan pertanyaan ini. Karena emang kondisi hubunganku dengan orang-orang yang ada di sekeliling anak-anakku dalam situasi yang tidak sesimpel itu untuk sekadar aku bisa ketemu dengan anak-anakku. Aku makin sedih dengan hal ini. Aku hanya bisa berdoa dalam hati, atas kondisi ini.
Juga banyak teman-teman lain yang sungguh surprise. AR yang sangat konyol menjadi mc. YM yang masih top tampil di panggung. MT yang saat ini menjadi ibu kapolres di kota kecilku. WT yang dulu setahuku agak badung, saat ini jadi dosen di sebuah perguruan tinggi islam di Solo, dia bilang,"Aku sungguh kebetulan saja jadi dosen, Fiq". YP yang hanya setahun di Wonogiri, tapi statemennya membuat kita terharu, saat mengatakan dalam setahun dia merasakan banyak kenangan, dan saat ini tampaknya dia telah menjadi seorang enterpreneur yang tangguh. SM, yang rumahnya tak jauh dari rumahku, eksis di kota kecilku dengan membuka counter handphone, cucian mobil dan bisnis lain. Dia bilang,"Yang penting dalam mengembangkan usaha, buang jauh-jauh rasa malu kan, Fiq". Aku dukung statemen dia. Ketua panitia, AH, disebut oleh Pak KS dengan banyolannya sebagai direktur BPD yang belum mendapat SK. Agux, tampaknya juga bergelut di bisnis ekspor impor, entah komoditas apa, sempat menanyakan soal kemungkinan mendapatkan fasilitas trade financing dari kantorku. Temanku lain, EN, sungguh tak terduga, dia sekarang pake jilbab. Kudengar dia muallaf, saat married. Entah bagaimana dengan bapaknya, Pak MR, guru pmp kami yang lucu, yang dalam acara ini turut memberikan sambutan sebagai mantan guru yang cukup favorit waktu itu. Tenza, temanku sepasukan waktu sd, semacam laskar pelangi. Dia bintang kelas di sd, saat ini menjadi ahli pertanahan di Jakarta. Lalu, ON, temanku karibku di smp dan sma, yang dia dulu sempat main ke kosku di Jogja, lalu ketemu lagi di Jakarta, secara tidak terlalu sengaja. Ada lagi, AP, temanku sekelas di kelas 1. Dia waktu itu kurasa sangat mengayomiku, dengan posisinya sebagai ketua kelas dan sering kita panggil pak polisi karena di pagi hari bertugas membantu teman-temannya menyeberang jalan raya. Dia seUniversitas denganku, dan seperti dugaanku bahwa dia pasti aktif di Menwa atau Pramuka. Ternyata benar, dia berkarir sebagai aktifis Menwa. Andi Unug, temenku di fakultas ekonomi, saat ini dia berkarir sebagai KB menampilkan diri sebagai sosok antagonis kritis, dengan kritik-kritik tajamnya kepada teman-teman, mengingatkan agar acara reuni jangan sampai menjadi ajang pameran kekayaan, materi, jabatan yang semakin membuat jurang pemisah antarteman. Gara-gara kritikan tajam ini, tentu saja banyak yang tersungging berat karena acara dalam benak banyak teman, tentu saja acara reuni bukan untuk itu. Reuni adalah reuni, untuk mereview kembali kenangan masa lalu kita, untuk menaptilasi, dan menemukan jawaban atas kerinduan terhadap masa lalu, saat kita memulai di tempat ini, smp satu. Ada lagi, AG, temanku sekampung, yang aku tidak menyangka juga ternyata dia muallaf, dan sempat belajar ngaji di musholla depan rumahku. DP, yang dalam benak dan memoriku, sering mengingatkanku pada sosok artis pasangannya si Doel Anak Sekolahan. Tentu saja dia ketawa ngakak saat aku bilang itu, karena ternyata kondisi saat ini benar-benar tidak mirip, sekali lagi ini hanya masalah memori yang terbawa hingga kini, sesaat sebelum ketemu. Dan, soal kecantikan, kayaknya yang paling menonjol saat itu adalah Maya Kartika. Selulus sd dia langsung married, dan saat ini anaknya mungkin udah kuliah. Dan sungguh tidak kuduga, dan dia juga sempat kaget, ternyata dia adalah sahabatnya hani saat sd, karena dia pindahan dari Jogja. Lalu, tentu saja, Manonsih, sempat intens sms dan chatting menjelang reunian. Dengannya, bersama dengan teman lain seperti NG, TT, dan lainnya, kami sempat bersama di sebuah komunitas saat sma. Lalu AR, sorang ipb-ean, yang married dengan temanku aktivis kopma ikopin.
Bapak kepala sekolah dan bapak/ibu guru yang kami hormati dan kami sayangi, serta saudara-saudaraku sekalian. Marilah kita menundukkan muka dan kepala kita sejenak, marilah kita lupakan sejenak kesibukan dan suka cita yang baru saja kita lakukan, untuk merenungkan makna reuni kita kali ini, untuk mereview kembali perjalanan kita selama 20 tahun terakhir ini, semenjak kita memulainya dari tempat ini. Saat kita saling mengenal di tempat ini, saat kita saling memahami, saat kita saling bertransformasi dan menginternalisasi nilai-nilai dalam proses pembelajaran di sekolah kita ini. Saudara-saudaraku, marilah kita lakukan refleksi sejenak apa-apa yang telah kita lakukan untuk diri kita, untuk lingkungan kita, untuk teman-teman kita dan untuk sekolah kita, dan kita proyeksikan apa kiranya peran yang bisa kita lakukan dalam konteks kekinian maupun masa depan.
Bapak/Ibu dan Saudaraku sekalian, perkenankan dan ikhlaskan saya pada siang hari ini untuk memimpin doa. Tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada Saudara-saudara yang beragama lain, mohon maaf doa akan saya bawakan dalam keyakinan muslim. Untuk itu bagi Saudara-saudara kami yang beragama Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha, mohon kiranya kiranya agar dapat disesuaikan dengan keyakinannya masing-masing. Karena tujuan dan maksud kita dalam doa tentunya sama, yakni proses interaksi dan komunikasi kita sebagai hambaNya dengan Tuhan kita sebagai Pencipta segala sesuatu yang kita bergantung padaNya.
Segala Pudji bagi-Mu Ya Allah atas nikmat kesempatan & Karunia-Mu yang Kau berikan kepada kami, sehingga pada hari ini kami semua dapat berkumpul di ruangan sekolah kami ini, untuk mengadakan reuni smp kami yang tercinta ini, untuk merefleksikan kembali perjalanan yang telah kami lalui bersama, untuk mengingatkan dan mengevaluasi kembali apa-apa yang telah kami lakukan, dan untuk memproyeksikan kembali apa-apa yang akan bisa kami lakukan ke depan, untuk itu kami mengharap petunjuk dan bimbingan-Mu....
Ya Allah, beberapa diantara teman kami telah Engkau panggil mendahului kami. Rini Soemirat, dan beberapa diantaranya yang lain, untuk itu ampunilah atas segala dosa-dosanya dan tempatkanlah ia di tempat yang nyaman di sisiMu Ya Allah. Sedangkan kepada kami semua, berikanlah pelajaran kepada kami untuk senantiasa mengingatMu, bahwa kami pun setiap saat akan Engkau panggil sebagaimana teman kami yang telah terlebih dahulu menghadapMu.
Ya Ghaffar --- Ya Tawwab --- Engkaulah yang Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat --- Ampunilah dosa kami, dosa orang tua kami, dosa istri/suami dan anak2 kami, serta dosa adik dan kakak kami, teman-teman baik yang masih hidup maupun yang telah Engkau panggil Ya Allah, lapangkan makam mereka, terimalah Amal Ibadah mereka.
Ya Rahman, Ya Rahhim --- Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang --- Ya Allah kami memohon cinta dari-Mu Ya Allah --- Cinta orang2 yang mencintai-Mu --- Ya Allah antarkan kami pada amalan yang mendapat cinta dari-Mu Ya Allah --- Ya Allah kami memohon cinta dari-Mu melebihi cinta terhadap diriku sendiri, keluarga, dan apapun yang kami miliki --- Kumpulkan kami semua dan keluarga kami didalam surga-Mu Ya Jaami --- kumpulkan kami bersama saudara-2 kami kaum muslimin dan muslimah di Taman Firdaus-Mu Ya Allah.
Ya Hadii --- Engkau yang Maha Pemberi Petunjuk --- Berikan kami petunjuk-Mu, bimbing kami ke jalan yang Engkau Ridhoi, tuntun kami ke dalam Cahaya-Mu Ya Nurr --- masukkanlah kami secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) kami secara keluar yang benar dan berikanlah kepada kami dari Engkau kekuasaaan yang menolong.
Ya Syakur --- Engkau yang Maha Penerima Syukur --- Ya Allah jadikanlah kami orang-orang yang pandai bersyukur Ya Allah --- Ya Allah jangan Kau jadikan kami manusia yang sombong --- Nikmat-Mu begitu banyak yang Engkau berikan pada kami Ya Allah, nikmat kesehatan dan nikmat rizki yang Engkau karuniakan, namun kami masih saja lalai menjalankan perintah serta suruhan-Mu Ya Allah, kami masih saja mengejar kenikmatan dunia yang justru membelenggu kami kedalam kenistaan dihadap-Mu Ya Allah --- Ampuni kelalaian dan kenistaan kami Ya Allah.
Syawalan ditengah Keluarga dan Sahabat
Hal-hal lainnya, lebaran kita kali ini tidak begitu berbeda dengan lebaran-lebaran yang lalu. Pertemuan Bani MH, pertemuan Bani MS, Bani NM dan lainnya. Keluarga kami emang terdiri dari keluarga besar, yang sangat tinggi silaturrahmi dan ketekaitan antarkeluarga. Demikian rumitnya keterkaitan keluarga besar, dan demikian luasnya sehingga kami sering tidak hapal hubungan antarkeluarga besar kami.
Syawalan keluarga di generasi yang lebih tinggi diatas Bani Muchtar adalah Bani Musthofa, yang kali ini diadakan di rumah Mbah KH. SY. Beliau adalah Pakliknya ayahandaku atau adiknya Mbah SM, jadi bisa dibayangkan tingkat usianya. Di generasi ayahandaku saja sudah banyak yang dipanggil menghadapNya, sedangkan generasi diatas ayahku masih ada beberapa yang masih bisa menemani anak cucunya, diantaranya Mbah KH. SY ini dan juga adiknya, Mbah KH. ZB. Kedua tetua ini juga telah membentuk keluarga besar, sebagaimana Bani MH, dimana memiliki diatas 10 anak, sehingga sudah sulit untuk menghitung dan menghapalkan berapa cucu dan cicitnya. Di acara ini aku terlambat datang, namun masih sempat ngobrol dengan beberapa kerabat. Sempat aku ngobrol dengan Mas AM, putera Mbah KH. ZB, sedikit di bawah usiaku. Dia dulu saat SD di Wonogiri, SMP dan SMA di Solo, dikenal seorang yang berotak cemerlang, khususnya di bidang matematika dan fisika, raising star, memiliki tingkat intelegensia yang tinggi, juara cerdas cermat, bahkan kabarnya sampai ke level juara nasional. Kuliah di teknik ugm namun nyaris tidak lulus karena terlibat dalam aktivitas dakwah dan pemahaman yang frontal berbeda dengan kalangan konvensional. Akhirnya dengan pendekatan yang intens dengan keluarga, dia sempat menyelesaikan studinya. Dia saat ini di Tangerang, dan kudengar isterinya adalah seorang wanita asal dari Makassar. Aku udah minta nomor hapenya, siapa tahu nanti akan ada banyak hal yang perlu aku mintakan advis darinya.
Bp kepala sekolah yang kami hormati. Bp/Ibu Guru yang kami hormati dan kami sayangi.
Perkenankan kami menyampaikan penghargaan kepada Bp/ Ibu Guru, bahwa saat ini dari lubuk hati kami yang terdalam, kami benar-benar menemukan relevansi makna Pahlawan Tanpa Tanda Jasa pada diri Bp/ Ibu. Sebuah peran, tugas dan tanggungjawab serta kontribusi yang luar biasa telah diberikan kepada Bp/ Ibu sekalian dalam membangun karakter bangsa ini, dan culture bangsa ini. Ketika dari sekolah ini terus-menerus menelurkan produknya, katakanlah 20 tahun yang lalu, sampai sekarang sudah tidak terhitun orang-orang yang telah memberikan kontribusi bagi bangsa ini. Itu semua tidak terlepas dari peran dari Bapak/Ibu Guru sekalian. Perkenankan kami ingin memberikan doa dan penghargaan dari lubuk hati yang terdalam kepada Bp/ Ibu Guru sekalian, semoga yang dilakukan Bapak Ibu guru sekalian untuk membangun human capital, sdm bangsa ini, akan mendapatkan balasan dari Yang Maha Kuasa kelak, amien.
Teman-teman sekalian. Setelah kita menjalani acara dari pagi sampai siang ini, perkenankan saya untuk mengajak teman2 sekalian untuk merenungkan kembali, apa makna pertemuan kita, reuni kita kali ini, dan apa relevansi peran yang bisa kita lakukan pada masa kini dan masa mendatang. Namun demikian, sebelum kita menjawab pertanyaan mendasar diatas tentang makna pertemuan kita, setidaknya ada dua hal yang perlu kita lakukan; Pertama, kita lepaskan dulu terompah kita,yakni segala predikat, pangkat, posisi, jabatan, materi, harta dan apa yang telah kita miliki saat ini, agar kita kemballi pada fithrah kita 20 tahun yang lalu, saat kita memulainya dari tempat ini, saat kita belum memiliki apa-apa. Karena apa yang kita miliki saat ini hanyalah hiasan dan accessories belaka. Kedua, marilah kita lepaskan diri kita dari belenggu pikiran-pikiran yang mengganggu kita, seperti negative thinking, prasangka, membanding-bandingkan, atribut, dan lain sebagainya. Kedua hal itu penting agar kita bisa kembali kepada fithrah untuk menemukan relevansi makna pertemua kita kali ini.
Saya ingin bertanya kepada teman2 sekalian, atau marilah kita bertanya pada diri kita sendiri, apa yang kita rasakan saat pertama kita ingin mengadakan acara reuni kita kali ini? Apa yang kita rasakan teman-teman? Marilah kita bertanya dan menjawab secara jujur. Kita rindu dengan teman-teman smp kita, setelah sekian lama kita tidak bertemu. Yah, itulah yang kita rasakan. Kerinduan. Rasa haru, setelah sekian lama tidak ketemu. Kangen dengan berbagai memori yang ada, yang tidak semuanya bisa tersampaikan dengan lisan dan hanya bisa dirasakan oleh perasaan. Apa yangkita rasakan? Satu kata, kerinduan. Yah, kerinduan. Inilah yang kita rasakan. Bukankah rasa rindu yang kita rasakan saat kita sudah tidak bertemu selama 20 tahun? Lalu apa yang kita rindukan? Apakah fisiknya? Apakah materinya? Saya kita tidak. Kita bicara soal nilai yang lebih esensial, yang terbangun dlaam alam bawah sadar, unscious mind kita. Lalu apakah nilai yang terlah terbangun dalam benak kita saat itu? Ingatkah kita, apa nilai2 yang terbangun saat kita masing-masing kelas tiap minggu berlomba untuk menjadi yang terbaik, menampilkan kebersihan kelas kita. Bukankah kita saat itu merepresentasikan nilai2 antara lain kekompakan, kejujuran, tanggungjawab, responsibilities, kerjasama, kepedullian sosial, social awareness. Bukankah begitu? Bukankah itu yang kita rindukan bersana teman-teman sekalian, dan rindu bahwa nilai itu masih bisa kita hadirkan saat ini, bahwa kita saling berinteraksi secara jujur, kerjasama, kompak, peduli, dan lain sebagainya. Kita rindu, bahwa kita saat itu selalu bekerjasama. Bahwa kita saling peduli.
Marilah setback sejenak ke masa 20 tahun yang lalu. Namun sebelumnya, marilah kita lepaskan berbagai kesibukan rutinitas kita, pekerjaan kita, untuk kembali mereview lagi 20 tahun yang lalu. Dari tempat inilah, 20 tahun yang lalu kita memulainya. Saat kita saling mengenal, saling berinteraksi, saling memahami, dengan berbagai latar belakang kita. Kita menjumpai teman2 baru, dari segala pelosok kampung di Wonogiri. Saya dari sebuah SD kecil yang berasal dari desa, kalau teman2 ingat gambaran sebuah SD ni novel Laskar Pelanginya Andrea Hirata, maka SD saya semacam itulah, bukan terdiri dari 10 orang melainkan lebih sedikit dari itu. Sekitar 5 orang diantaranya hadir disini juga. Dan ternyata disini saya menemukan teman2 yang ternyata lebih kampong dari saya. Ada yang jaraknya dari ini hanya bisa ditempuh, waktu itu harus membawa dua ekor kuda, karena separo perjalanan, salah satu kudanya bisa mati kecapekan. Kita sama-sama naik sepeda waktu itu ya Marno.
Kenapa saya katakana kita rindu pada nilai2 yang kita bangun tadi? Ini terus terang saya simpulkan saat saya melihat betapa tinggi tingkat antusiasisme teman-teman saat menjelang reuni, saya yakin kita semua merindukan nilai-nilai tersebut. Kita ingin nilai itu masih ada pada kita. Tidak luntur oleh waktu, meski sudah 20 tahun kita lalui. Kita masih yang seperti dulu, tanpa ada jarak. Bahwa seorang Martani masih seperti yang dulu, yang selalu peduli pada kita dan mau share jawaban ujian kepada kita, karena rasa kepeduliannya yang tinggi kepada sesame. Meski seorang Martani sekarang telah menjadi Doktor dan memegang jabatan structural di salah satu kampus terkemuka di negeri ini. Kita masih sama seperti yang dulu. Dan bukankah perbedaan-perbedaan yang sebenarnya hanyalah perbadaan peran, tugas dan tanggungjawab sebagiamana yang kita rasakan saat itu, saat kita membersihkan kelas, ada yang bertugas mengepel, menyapu, mengelap, dan lain sebagainya. Yang terpenting adalah, bahwa nilai-nilai diatas, yakni kekompakan, kerjasama, kedisiplinan, tanggungjawab, kepedulian masih tetap ada pada kita.
Saudara-saudaraku sekalian. Itulah sekelumit renungan, refleksi atas apa yang kita lakukan saat ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada saudara-saudara yang beragama lain, yang saya kita memiliki tingkat toleransi yang tinggi, dalam milis banyak berbicara soal hikmah ramadhan karena memang kita dalam suasana ramadhan, dan saat ini idul fitri. Semoga momentum ini bisa kita jadikan sebagai tonggak awal bagi kita untuk berbuat dimasa yang akan datang. Saat kita menyadari bahwa ada banyak hal yang terlupakan dari kita, karena kesibukan dan hal-hal lainnya, semoga bisa kita perbaiki di masa yang akan datang.
Harapan saya, pertemuan kita kali ini akan memiliki dampak yang positip dalam interaksi, komunikasi dan silaturrahmi kita. Entah dalam bentuk apa, saya melihat media dan fenomena blog kemarin benar-benar telah memberikan kita pelajaran bahwa media itu adalah tools yang akan kita gunakan untuk bersosialisasi seperti kita 20 tahun yang lalu.
Grogi juga aku harus mempersiapkan materi dan teks ini kepada teman-teman yang saat itu mengenalku sebagai sebagai seorang yang paling kecil secara fisik. Di tengah aku menyusun konsep renungan itu, tiba-tiba handphone berteriak nyaring. Ternyata YP, seorang teman yang dikenal sebagai bos ayam, entrepreneur, yang mengingatkanku bahwa malam menjelang reuni diharapkan kumpul untuk gladi resik di smp kami. Malam kemaren, teman yang lain, DM, teman smpku lainnya, yang saat ini jadi pejabat structural di feui, kalo tidak salah ketua jurusan akuntansi atau sekretaris jurusan, juga mengirim sms bahwa dua hari menjelang reuni ada acara makan-makan di karamba. Betapa menyenangkan kembali bersama dalam kebersamaan dengan teman-teman lama yang sudah lebih dari 20 tahun tidak berjumpa.
Hikmah di Akhir Ramadhan; Ketemu Sahabat Lama
Semalaman itu aku kompetisi Playstation. Seperti biasa, aku menjuarai dua kali putaran kompetisi.