Minggu, 31 Agustus 2008

Menyambut Ramadhan 1429 H

Hari ini, Senin, 1 September 2008, adalah hari pertama bulan Ramadhan 1429 H. Hari yang dalam lubuk hatiku terdalam, atau dalam bahasa lainnya suara hati, my soul, etos, jiwa, God Spot, dan lain-lain, sungguh merupakan bulan yang aku tunggu, dan tentunya juga ditunggu oleh seluruh umat dari segala penjuru dunia. Tentunya dengan catatan, itu bagi mereka yang tahu bagaimana istimewanya Ramadhan yang disebut sebagai sahru ummatii, atau bulannya umat manusia ini. Semacam bulan diskon atau Great Sale Jakarta buat warge Jakarte. Untuk mengkondisikan diri dan untuk lebih membersihkan diri, hari Sabtu-Minggu kemarin aku menyempatkan diri untuk mengikuti training ESQ, yang saat itu trainernya adalah salah satu kader terbaik Pak Ary Ginanjar, bahkan adik kandung beliau sendiri, yakni Rinaldi Agusyana. Materi yang dibawakan, sungguh top markotop, benar-benar aku merasa mendapatkan sesuatu spiritual exercise yang baru, meski udah pernah mengikuti training yang sama. Banyak hal kudapat, meski kenyataannya aku gak terlalu fokus untuk mengikuti training. Hari pertama aku jelas gak ikut, karena Jum'at masih ngantor. Bukan ngantor tepatnya, karena satu minggu terakhir ini aku training tentang seluk beluk transaksi L/C, yang seperti biasa, aku langsung dikenal sebagai trainee yang paling banyak bolos, terlambat datang, dan pulang sebelum waktunya. Hari Sabtu hadir di ESQ training centre, baru 1 jam aku menikmati materi di ruang training khusus alumni, ternyata badanku udah menggigil kedinginan. Awalnya kupikir ACnya yang terlalu dingin. Ternyata saat keluar ruangan, aku mendapati air di wastafel terasa hangat. Baru kusadari bahwa aku emang lagi sakit demam. Siangnya, aku ke dokter yang khusus disediakan khusus untuk peserta training. Buka jaket dan baju, lalu diperiksa, aku agak kaget mendapati tensiku ternyata mencapai 160/100 dan panas badan mencapai 39 derajat celsius. Agak ragu, diperiksa lagi tensiku, hasilnya sama. Pada pemeriksaan yang ketiga, entah karena habis minum obat atau alat tensimeternya yang berbeda, ternyata tensiku turun menjadi 140/100. Alhamdulillah.


Habis konsultasi bla-bla-bla dengan bu dokter, dan diberi beberapa obat, diantaranya obat penenang, mataku udah mulai flying. Sebenarnya aku disarankan untuk istirahat di tempat pemeriksaan dan perawatan ini, namun aku memaksakan diri untuk masuk ruangan. Kubilang, "Betapa ruginya dok, kalo kesini cuman mau tidur doang..". Akhirnya, begitu masuk ruangan training, aku langsung terlelap, dan tidur dengan terlentang sempurna, alhamdulillah. Bangun saat break 'ashar, dan setelah itu badanku sudah mulai fresh kembali untuk mengikuti training.

Pada hari ketiga training, meski terlambat, aku masih bisa mengikuti beberapa sessi. Ada beberapa pengalaman menarik pada training kemaren. Di waktu break ada seorang yang menegurku, dan saat aku menoleh, aku nyaris kaget karena beliau adalah orang paling top di kantorku beberapa tahun yang lalu. Beliau adalah Pak SFH, seorang direktur utama tempat aku bekerja, yang sampai saat itu dikenal sebagai dirut yang paling berkarakter, paling intelek dan paling bersih setidaknya dibandingkan dengan direktur-direktur lainnya atau sebelumnya, dan barangkali sesudahnya. Masih sangat muda. Sayang beliau dikorbankan karena keputusan yang sifatnya politis, dengan menunggangi kasus yang memang cukup besar dan sempat membuat heboh negeri ini, yakni Unpaid L/C sebesar Rp. 1,3 triliun sekitar 4 tahun yang lalu. Sempat beliau dikabarkan diperiksa-diperiksa oleh Polisi atau Kejaksaan untuk hal lain yang aku gak begitu tahu, setahuku karena tidak lebih karena posisi beliau sebagai seorang nakhoda yang mau tidak mau harus bertanggungjawab secara moral. Kami sempat ngobrol-ngobrol sejenak, tentang kuliahku S2, karena waktu aku memulai kuliah, ada beberapa persoalan yang sampai pada beliau. "Dimana Mr. Andy Doo, yang orang Vietnam itu, Fiq?", tanya beliau. Nama yang disebut ini adalah Dean faculty saat itu. Kusampaikan kepada beliau bahwa Andy Doo sempat diajak oleh Gus Dur terlibat dalam kegiatan politik di PKB, sehingga harus mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Dean. Hal yang lebih menarik bagiku saat melihat dan mengamati bagaimana beliau mengikuti dan menikmati dari materi ke materi training dengan penuh perhatian dan kekhusyukan. Saat diminta trainer untuk senam atau sujud, beliau sangat menikmatinya. Bahkan saat diminta untuk menyemir sepatu temannya, dan memijat beberapa bagian badan temannya yang pegal-pegal, beliau sedikitpun tak sungkan-sungkan untuk melakukannya dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan. Aku bayangkan itu dilakukan beliau saat masih menjadi Direktur Utama betapa menjadi pemandangan yang menarik, bahwa jabatan, pangkat, kehormatan, materi itu ternyata tidak ada apa-apa kecuali sekadar asesories sementara saja. Kupikir tadinya, mungkin karena sekarang beliau bukan Direktur Utama lagi. Ternyata tidak, karena ternyata beliau saat ini juga menjadi seorang CEO di sebuah lembaga yang bernaung di bawah otoritas moneter di negeri ini.

Pada akhir training, ada sesuatu keinginan dan tekad yang muncul dari dalam diriku untuk menetapkan dan memantapkan tekad dan langkah, mission statement, untuk mengisi dan mengoptimalkan bulan ramadhan, yakni dengan cara mengkhatamkan Al Qur'an beserta tafsirnya. Kalau sebatas membaca Qur'an, secara target kuantitatif mungkin bukan hal yang sulit untuk kulakukan. Cukup dengan baca Al Qur'an secara konsisten, kontinu dan istiqomah, minimal 1 juz/hari, tentu akan khatam sebelum lebaran. Namun apakah itu cukup untuk mendapatkan keberkahan, hidayah, dan terbukanya pintu hati keIlahiayan, terutama dalam bulan Ramadhan yang penuh berkah ini? Kupikir belum, makanya, aku bertekad bulat untuk menetapkan dan memantapkan langkah, bahwa dalam satu bulan ini aku harus dan akan mengkhatamkan Al Qur'an beserta tafsirnya. Jadi membaca ayat, sekaligus mengkaji dan mengkahatamkan tafsirnya secara sekaligus. Tafsir dan bukan sekadar terjemahnya. Iqra', baca..., baca dengan nama Tuhanmu yang menjadikan, yang mengajarkan kepada manusia dari apa-apa yang tidak diketahuinya. Soal apakah nantinya aku baru sebatas bisa membaca ayat, atau lebih jauh bisa membaca tafsirnya, atau pada level yang lebih tinggi lagi, bisa memahami makna yang terkandung di dalamnya, biarkanlah nantinya mengalir dalam proses pembelajaran, internalisasi dan transformasi yang aku alami dari hari ke hari di bulan ramadhan ini. Semoga saja terbukalah pintu hati saat membaca ayat dan membaca bait-bait tafsirnya serta asbabun nuzulnya. Semoga saja mata hati ini benar-benar terbuka, bebas dari belenggu, dan bisa dengan mudah menyerap makna dan isi Al Qur'an, yang seandainya ilmu yang terkandung dalam Al Qur'an ini dituliskan melalui pena dengan tinta yang berasal dari Samudera, lalu ditambahkan lagi sebanyak samudera sampai tintanya habis, niscaya ilmu itu takkan pernah habis, karena ilmu dalam Al Qur'an tidak ada batasnya. Satu bulan bukanlah waktu yang lama, dan harus aku optimalkan, di sela-sela aktivitas pekerjaan di kantor yang bulan-bulan ini mungkin akan lebih sibuk dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Beberapa advis kredit debitur mungkin jatuh tempo bulan ini, aku lupa kapan tanggal pastinya, yang jelas volume pekerjaan kantor akan lebih tinggi. Semoga hal ini tidak akan mengganggu tekadku diatas, karena sungguh merugi kalau sampai aku gagal dalam menuntaskan mission statementku oleh sesuatu hal yang sangat tidak sebanding nilai dan urgensinya.

Untuk mempermudah bagitu membaca, mencerna, memahami makna ayat-ayat Al Qur'an yang aku baca, ada baiknya tiap hari aku akan membuat semacam summary, pelajaran yang aku dapatkan, atau isi dan materi yang aku baca dari juz ke juz, dari hari ke hari. Inilah mission statement yang tiba-tiba muncul dari dalam hatiku di akhir sesi training ESQ. Selesai training, ak langsung pulang ke Bekasi. mampir ke salon sebentar, awalnya ingin membersihkan fisik berupa facial, refleksi, menicure, pedicure, hair spa dan ear candle sekaligus. Namun ternyata hanya dua yang sempat aku lakukan, yakni pijat refleksi dan facial. Selebihnya gak sempat karena udah adzan maghrib, yang berarti sudah masuk waktu ramadhan. Sampai rumah, belum sempat mandi, langsung ke masjid untuk tarawih. Habis tarawih, rencananya aku mau langsung running untuk merealisir rencana, namun kupikir, aku perlu makan malam dulu sejenak. Ternyata, malam pertama ini aku sudah menjumpai ujian, godaan dan tantangan yang sungguh tidak mudah untuk dilawan. Saat makan di warung baksonya Pak Kardi, deket rumah, aku udah diajak main PlayStation oleh beberapa tetangga, yang aku sendiri udah sangat lama tidak bergabung dengan mereka, dan aku langsung memenuhi tantangan mereka. Meski udah lama gak main, ternyata aku masih tangkas bagi mereka dan menjuarai turnamen malam ini. Pulang udah menjelang tengah malam, bersih2, mandi, dan memulai baca Al Qur'an. Ternyata, baru beberapa lembar, dan belum sempat baca tafsirnya, mataku sudah sulit untuk ditahan lagi, dan langsung tidur. Bangun jam 03.00, makan sahur di warung Soto Surabaya, habis itu kupikir masih sempat untuk membaca beberapa ayat. Ternyata tidak juga, karena keburu adzan Shubuh. Di Musholla, aku sempat membaca beberapa ayat dan tafsir surat Al Baqarah (Sapi Betina) saat tadarusan bersama jamaah.

Sekali lagi, aku tidak akan menuliskan pelajaran apa yang aku dapatkan dari hari ke hari, dari juz ke juz dalam blog ini, kecuali semata untuk mengingatkanku sendiri bahwa aku masih harus banyak belajar, dan untuk mengingat-ingat hikmah dan pelajaran yang aku dapatkan dari waktu ke waktu. Apapun tingkat pemahaman dan hikmah yang aku baca, akan kucoba untuk diulas dari hari ke-1 sampai hari ke-30. Adapun review tentang isi dan makna juz pertama ini akan aku ulas di kesempatan setelah ini, karena aku belum tuntas membacanya, seingatku belum ada 100 ayat aku membacanya. Bismillah.. , ya Allah, bukakanlah pintu hati dan mata hati ini untuk memahami firman-firmanMu dalam Al Qur'anul Kariim.....

Selasa, 19 Agustus 2008

Sekali Lagi dibalik Musibah Ada Berkah


Acara long weekend yang bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-63 kemaren aku lalui di tengah-tengah acara bersama dengan teman-teman sekantor bertajuk family gathering, dengan mengadakan piknik bersama keluarga ke Bandung dan Lembang. Bos besar di kantorku bilang bahwa acara piknik di kantor kami ini adalah perjalanan terdekat dibanding dengan teman-teman kantor cabang lainnya. Di saat teman-teman yang lain piknik ke Singapore, Thailand, atau Malaysia maka kita hanya mengambil tempat yang jarak tempuh perjalanan hanya 2-3 jam via bis. Bedanya, mereka pergi piknik ke luar negeri dengan tidak membawa keluarga, sedangkan kita pergi bersama keluarga. Kata bos besar,"Justru di sinilah makna kebahagiaan yang lebih hakiki, yakni bagaimana kita membahagiakan keluarga. Kebahagiaan yang muncul karena bisa membahagiakan orang lain akan lebih terasa dalam waktu yang lama dibandingkan kebahagiaan yang kita terima dari orang lain. Statement yang kupikir sangat logis dan memiliki dimensi spiritual. Aku setuju. Aku sendiri sangat merasakan, betapa berbeda perjalanan piknik tahun ini tanpa dengan keluarga yang menyertaiku. Tahun kemaren waktu kita piknik ke Kuningan dan Cirebon, aku masih bisa mengajak Ibu Jogja dan Hufa. Sedangkan pada tahun yang sama pada saat piknik ke pantai Carita, aku juga sendirian. Sungguh terasa sepi piknik tanpa keberadaan anak-anak, tidak menyaksikan keceriaan anak-anak saat bermain dan berenang, saat menikmati pesta dan makan, saat menikmati suasana hotel, dan lain sebagainya.
Yang perlu aku ambil hikmahnya pada acara piknik kali ini adalah momemtum piknik yang bertepatan dengan malam Nisfu Sya'ban. Kata Rasulullah, bulan Rajab adalah bulannya Allah, bulan Sya'ban adalah bulannya Rasulullah sedangkan bulan Ramadhan adalah bulannya umat Islam. Dan tengah bulan Sya'ban bertepatan dengan malam saat kita berada di hotel, yakni malam hari pada tanggal 16 Agustus 2008. Sejak awal aku berharap agar dapat menjaga momentum di malam yang penuh berkah ini.

Sehari sebelumnya aku juga sempat menghadiri pengajian yang diadakan oleh Febrizal di rumahnya yang mengambil tema Urgensi Malam Nisfu Sya'ban. Tausiyah yang diisi oleh seorang Habib cukup memberikan gambaran yang komprehensif tentang apa saja yang perlu kita persiapkan pada malam Nisfu Sya'ban khususnya dan juga bulan Ramadhan pada umumnya. Doa minta ampun, taubat, doa kepada orang tua, doa agar diberikan kesehatan, dibukakan pintu rejeki yang halal dan berkah, dan agar dikuatkan nikmat Iman dan Islam, kata Pak Ustadz. Karena pada malam hari ini, pada Malaikat-malaikat Allah akan menyebar turun ke bumi, menyebarkan berkah di malam penuh berkah, pintu ampunan akan diberikan dan nasib seseorang selama 1 tahun ke depan akan ditentukan. Habis acara pengajian, tidak lupa kita main PS satu dua pukul. Biasanya, aku tidak pernah kalah melawan Feb atau kongsi2nya. Malam ini, entah karena kepingan disc dia beli di Mekkah saat Umrah bersama anak2 dan pegawainya, atau karena aku yang lagi kurang mood, atau ada perbedaan type disc Arab dan Indonesia, baru sekali ini aku mengalami kekalahan. Ini sekali lagi membuktikan dan menyadarkanku bahwa aku tidak boleh bersombong sama Feb dan teman2nya, meski hanya dalam bentuk permainan. Biasanya aku ngeledek mereka agar meningkatkan kualitas permainan agar bisa mengimbangi skillku, hehe...

Sabtu pagi itu, 16 Agustus 2008 kita berangkat pagi hari menuju Bandung. Menjelang siang hari tiba di jalan Riau, lunch di Riung Sari dan menyempatkan diri untuk jalan-jalan ke beberapa FO. Lanjut ke Lembang, kita menginap di hotel Green Hill Universal, sebuah hotel bintang 5 yang kayaknya kita adalah tamu corporate yang pertama, karena hotel itu belum di launch. Viewnya cukup bagus. Aku mendapatkan 1 buah kamar, yang aku langsung teringat seandainya ada anak-anak bersamaku tentu suasana akan jauh lebih menyenangkan. Sekali lagi, aku coba ambil hikmahnya, bahwa dengan sendirian di kamar hotel, mudah2an aku bisa mengisi dan menghidupkan malam Nisfu Sya'ban. Begitu sampai di hotel, beberapa teman mengajak untuk turun ke Bandung main Pinball, karena sore itu acaranya free sampai pukul 7 malam. Sore itu aku menikmati film HBO di kamar hotel, kebetulan udah setengah tahun aku tidak bisa menikmati channel Astro, semenjak aku memutuskan hijrah dari rumah menuju ke kost, waktu itu bersama dengan anak-anak. Menjelang maghrib, aku turun ke lounge hotel, dan menikmati dessert. Disinilah awal dari musibah yang aku alami. Entah karena siang tadi aku makam terlalu banyak, atau karena aku makan dessert yang full coklat dan keju atau semacamnya, atau karena aku salah melakukan sesuatu aktivitas di kamar hotel, petang itu aku mengalami rasa mual dan mules. Tidak terlalu, tapi cukup mengganggu aktivitas. Malamnya, di tengah acara malam pentas seni dan keakraban, beberapa kali aku rebahan di kamar dan bolak-balik dari hall ke kamar hotel. Selepas acara, beberapa teman kembali mencoba mengajak turun ke Bandung, bersama dengan beberapa debitur dari Bandung yang hadir di acara malam itu. Aku bersyukur bahwa malam itu aku mengalami gangguan pencernaan sehingga dengan tanpa ragu-ragu aku mengatakan tidak untuk acara ke Bandung. Seandainya saja aku tidak sakit perut, tentu masih ada jeda beberapa saat untuk mengatakan ya atau tidak untuk memutuskan apakah aku merelakan malam itu untuk tidak tergoda untuk dientertaint oleh debitur dalam rangka bersenang-senang di Bandung, entah itu sekadar karaoke, makan lesehan atau yang lebih jauh dari itu. Aku bersyukur untuk musibah sakit perut yang kualami, dan lagipula di malam hari yang penuh berkah ini tentu sangatlah naif untuk melewatkan malam dengan aktivitas seperti yang dilakukan oleh teman-teman. Aku makin bersyukur saat pagi harinya beberapa teman mengatakan bahwa sungguh rugilah aku tidak ikut bersama mereka malam itu. Mereka di entertaint di sebuah private room di sebuah diskotik yang... waduh, kebayang deh apa yang terjadi dengan mereka malam itu. "Keren dan puas habis deh deh tadi malam...", kata mereka. Aku kembali bersyukur bahwa dengan sakit perut tadi malam maka aku gak sempat berpikir panjang untuk menolak ajakan teman-teman. Aku bersyukur bahwa kembali aku terselamatkan oleh sesuatu yang tidak tersangka-sangka, justru oleh sakit perut yang ibarat blessing in disguise bagiku. Alhamdulillah.

Jumat, 15 Agustus 2008

Ada Berkah di Balik Musibah...


Cerita tentang aktivitas yang mau tidak mau harus aku jalani dalam dua tahun terakhir masih berlanjut, yakni mengikuti persidangan demi persidangan yang entah sampai kapan hal ini akan berakhir. Mudah-mudahan sidang kali ini adalah yang terakhir dan tidak ada lagi kasus lain yang diangkat oleh HN, dan yang aku ikuti pada hari ini mudah-mudahan sudah memasuki masa akhir. Berhubung hari ini adalah termasuk sidang yang terpenting, yakni untuk menghadirkan saksi dariku, maka aku memutuskan untuk mengambil cuti khusus mempersiapkan agenda persidangan. Sebenarnya tidak ada persiapan yang khusus, pertama karena aku sudah memakai jasa lawyer, kedua memang aku tidak merasa perlu untuk menumpahkan segenap energi dan perhatian pada sidang ini. Duh, selama ini aku merasa kok sayang banget kalo hati dan pikiran ini terpaku pada soal yang itu-atu aja, materi, perebutan harta bersama, kasak-kusuk, menggunakan cara-cara yang tidak elegan dan lain sebagainya, sehingga aku berpikir kalo seperti apa bedanya antara diri ini dengan... duh.. Ya Allah, mudah-mudahan hamba tidak silau dan tidak akan pernah lagi silau dengan hal-hal yang memabukkan dan melenakan seperti itu.. yang hanya bisa dinikmati dalam waktu yang sangat sementara, apalagi sampai terlena oleh sesuatu hal yang belum tentu akan kita dapatkan. Harta benda dan materi yang pernah kudapatkan, pernah kunikmati, pernah kurasakan, kemaren-kemaren.., dan itukah yang kucari lagi untuk kunikmati lagi, harta benda yang sebagian diantara sama seperti kemaren? Mudah-mudahan aku takkan pernah menjadikan itu sebagai tujuan, dan sesuatu hal yang akan menghabiskan energiku untuk mendapatkannya kembali. Bahwa sampai saat ini aku harus menghadiri beberapa sidang-sidang penting diantaranya, itu memang harus aku lakukan sebagai konsekuensi diriku sebagai pihak yang tergugat. Dan proses ini toh sudah kujalani dalam 2 tahun terakhir ini, nyaris tanpa ada jeda. Capek? Pasti iya. Capek tenaga jelas, pikiran juga, finansial apalagi. Dari perkara pidana sampai perkara perdata.

Hari ini aku meluangkan waktu dengan mengajukan ijin cuti satu hari untuk mempersiapkan diri dalam rangka menghadirkan saksiku. Selama dua tahun terakhir ini, praktis aku dapat dikatakan tak pernah mempergunakan fasilitas ijin cuti saat menghadiri sidang. Hanya saja, pengalaman setelah mengikuti sidang 3 kali persidangan terakhir memang membuat aku memutuskan untuk mempergunakan fasilitas cuti pada sidang kali ini. Sebenarnya ada saksi-saksi kunci pembeli 2 buah properti yang aliran dananya 100% masuk ke rekening HN, yang sejauh ini dia berusaha untuk mengelaknya dari fakta hukum. Namun demikian ternyata tidak mudah untuk menghadirkan saksi kunci. Bahkan salah satu pembeli yang teman kantorku sendiri, seorang yang mengepalai sebuah kantor cabang kecil di Mabes TNI, ternyata waktu aku temuin di rumahnya malam sebelum sidang, ada berbagai alasan yang membuat dia tidak berani bersaksi. Alasan yang dikemukakan, pertama, dia minta ada panggilan resmi dari pengadilan karena bosnya termasuk dalam kategori orang sulit untuk urusan-urusan ijin. Kedua, temanku itu ternyata lagi mengalami persoalan batin, semacam depresi, entah karena tekanan kerja atau yang lain. "Kamu lihat sendiri berat badanku turun lebih dari 15-20 kg kan..", kata dia dengan mimik agak memelas. Yang ketiga, komplikasi dari rasa depresi dia, setelah dia mendengar sedikit banyak tentang HN, ternyata dia takut jangan-jangan nanti menjadi sasaran objek kemarahan atau sasaran tembak. Ya udahlah, no problem, akhirnya dia memberikan selembar surat dan tanda bukti, yang kupikir cukup. Sedangkan pembeli rumah yang di Jatiasih, terus terang aku agak ngaluk-aluk dan males banget untuk kesana, karena kok kayaknya bela-belain banget dengan segala upaya untuk mencapai target. Aku khawatir tingginya perhatian dan intensitasku pada persoalan ini lebih memberikan dampak negatif bagiku secara spiritual, yakni membuang waktu secara berlebihan sehingga aku masuk dalam kategori orang yang merugi. Yakni memikirkan sesuatu dengan mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, juga uang pada sesuatu yang sangat kita inginkan yang ternyata sesuatu itu belum tentu kita dapatkan.
Ya Allah... luruskanlah niat hambaMu ini. Masukkanlah hamba dalam golongan orang-orang yang konsisten dan istiqomah, setelah Engkau tunjukkan cahaya kebenaran. Tunjukkanlah yang benar adalah benar dan berikan hamba kekuatan untuk melaksanakannya, serta tunjukkan bahwa yang salah adalah salah serta berikan kepada hamba kekuatan dan energi untuk meninggalkannya. Tunjukkan hamba jalan yang lurus. Ringankan langkah kaki dan pikiran hamba untuk selalu berbuat baik. Mudahkanlah hamba dengan urusan hamba, dan janganlah Engkau berikan ujian yang melebihi batas kemampuan hamba untuk menanggungnya.
Aku ingin agar motivasi dan spiritku dalam menghadapi HN di persidangan ini tetap terjaga pada tingkat spiritualitas tertentu. Mudah-mudahan ini adalah babak-babak terakhir dalam perjuangan panjang yang melelahkan untuk menghadapinya, secara waktu, pikiran, tenaga maupun uang. Banyak orang yang geleng-geleng kepala melihat tingginya intensitas konflik dan lamanya waktu untuk menyelesaikan konflik ini, dan menyarankan dengan satu dua kalimat yang sangat simpel,"Kenapa tidak dimusyawarahkan dengan baik-baik, atau kenapa tidak menjalani divorce dengan baik-baik saja". Yah, saran yang bagus, tapi aku sama sekali tidak memiliki kompetensi untuk menjawabnya, karena jawaban atas pertanyaan diatas hanya ada pada HN sendiri. Mudah-mudahan sejauh ini aku masih menjaga spirit dan motivasiku dalam melangkah, bahwa yang kulawan bukanlah seorang HN yang bagaimanapun adalah seseorang yang lewat rahimnya lahir anak-anakku. Yang kulawan adalah perilaku, sifat, pengaruh, pembawaan, style dia yang tercermin dari tingginya tingkat emosi, dendam, kebencian, keserakahan, arogansi, kecurangan, keinginan untuk selalu menang sendiri, egosentrisme, kemungkaran, dll. Karena bukankah terhadap sifat-sifat seperti itu kita harus berani untuk mengatakan tidak. Itulah yang aku lawan secara konsisten, semoga. Dan semoga juga, perlawanan terhadap hal tersebut adalah sebuah perjuangan. Tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan, dan tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Mudah-mudahan jalan untuk memerangi kemungkaran ini dapat kutempuh tanpa ada hambatan aral melintang yang berada di luar kemampuanku untuk mengatasinya. Dan yagn penting, jangan sampai spirit ini rusak oleh godaan-godaan sesaat, karena hal ini sangat sensitif. Sensitif, ya. Tidak munafik tentunya bahwa targetku dalam kasus ini adalah keputusan yang adil dan memenangkan perkara. Karena memang fakta yang terjadi, seandainya tuntutan dia diterima oleh hakim maka itu adalah sebuah legalisasi atas perilaku keserakahan dan juga dzalimisasi yang berlebihan dalam menguasai harta yang sesungguhnya diluar haknya. Perjuanganku untuk mencari keadilan seakan semakin menemukan relevansinya dengan adanya kehadiran seseorang ataupun seseorang yang nantinya mungkin akan hadir dalam kehidupanku berikutnya. Akan ada pihak yang terdzalimi di kemudian hari karena future cashflowku yang tergadaikan oleh kepentingan dan keserakahan seseorang. Ini berbeda halnya seandainya aku akan hidup sendiri. Aku masih bisa eksis dengan apa adanya, dengan tingkat rasa kebersyukuran yang tinggi atas kenikmatan yang ada. Namun akan berbeda seandainya aku membawa serta orang lain yang aku berkewajiban untuk menafkahinya secara cukup, sedangkan itu akan sulit kulakukan saat aku masih belum lepas dari jeratan kepentingan dan keserakahan orang yang ada pada masa laluku.
Ini perlu aku renungkan mengingat perkembangan yang terjadi pada persidangan kemaren. Ada sedikit benturan/ konflik antara aku dengan lawyerku kemaren. Entah karena missunderstanding, aku yang salah menginstruksikan pesan ke lawyer, atau lawyerku yang emang lowperformance, atau entah oleh sebab lainnya. Aku datang jam 14.00, setelah sebelumnya aku sms ke Panitera. Ini karena pengalamanku 3 kali sidang terakhir, dimana aku selalu datang pagi hari, namun ternyata selal mendapat jatah panggilan sekitar jam 14.00. Karena aku harus membawa seorang saksi yang buka warung, maka aku bilang ke lawyer bahwa aku datang ke pengadilan jam 14.00. Kuharap lawyernya tetap datang seperti biasa. Betapa kagetnya aku, saat datang jam 14.00 ternyata sudah tidak ada sidang untukku, karena dua kali panggilan sekitar jam 11.00 aku dan lawyerku tidak ada di tempat. Hani ada pagi itu, tidak seperti biasanya dimana dia selalu datang menjelang jam 14.00. Karena itu sidang hari itu dibatalkan. Betapa kecewanya aku terhadap lawyerku, dan ini adalah yang kesekian kalinya setelah aku menyaksikan bahwa nyaris tak ada yang dia lakukan untuk membackup kepentingan klien. Kekecewaanku terhadap lawyerku ini semakin relevan setelah aku hari itu berkesempatan ketemu dengan ketua majelis hakimnya. Selama setengah jam aku berdebat dengannya. Tampak betapa propaganda yang dilakukan oleh HN demikian mendominasi pikiran hakim. Aku sempat menyesal bahwa dua kali jawabanku diganti secara total oleh lawyerku sehingga cerita-cerita dan fakta yang runtut tentang kejadian justru hilang oleh jawaban lawyer yang sangat legal formal namun tidak menyentuh fakta. Kata lawyer, jawabanku mirip novel, namun justru karena itulah terjadi perbedaan persepsi yang sedemikian tinggi antara hakim dengan lawyerku. Perdebatan yang seru terjadi dalam ruangan itu, sehingga hakim sempat mengajakku untuk berbicara secara lebih privat ke ruang lain. Aku sempat memancing dia bagaimana dengan pendekatan yang dilakukan HN, karena dari kasus sebelumnya HN selalu melakukan kasak-kusuk, melakukan segala cara untuk memenangkan perkara. Jawaban hakim cukup mengagetkanku, karena katanya profil HN sangat ditakuti di Pengadilan. "Hakim dalam kasus sebelumnya diadukan oleh HN, sehingga sempat disidik oleh PT. Dan sekarang mutasi ke daerah lain. Pengacara HN yang dia adalah teman saya, juga diperkarakan oleh HN. Kami tidak berani untuk melakukan action terhadap HN. Kami harus hati-hati sekali terhadap lawan perkara bapak", kata Hakim itu menjelaskan. Waduh, aku baru tahu betapa populernya HN dimata para hakim dan jajarannya.
Terlepas dari rasa kecewaku terhadap kontribusi lawyerku, bagaimanapun aku bersyukur bahwa aku hari ini sempat bertemu dengan hakimnya. Perbicangan dan perdebatan dalam waktu setengah jam setidaknya bisa menjelaskan bahwa selama ini propaganda HN telah mendominasi pikiran dan benak hakim. Mudah2an dalam waktu yang sempit ini ada perubahan yang terjadi, ada cahaya kebenaran dalam fakta hukum yang diterima hakim, ada cahaya keadilan diinspirasikan oleh Yang Maha Adil kepada para hakim, dan ada sesuatu yang masih bisa kulakukan. Betapapun, dalam musibah ketidakhadiran lawyerku, ketidaksolidan lawyerku, ketidakmampuan lawyerku untuk menghandel perkara, ternyata ada hikmah yang aku dapatkan hari ini. Yakni dengan berbicara selama setengah jam dengan hakim, semoga informasi ini bisa aku gunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan tindakan.

Jumat, 01 Agustus 2008

Perkembangan berjalan dengan cepatnya..

Sudah sangat lama aku tidak mengunjungi blogku. History folder option internet beberapa waktu lalu aku hapus, biar larinya lebih kencang. Ternyata berdampak pada kehilangan banyak alamaat web, termasuk wep pribadiku ini. Akhirnya aku harus menyadari betapa makin uzurnya usia ini, ternyata kapasitas memory ini emang semakin terbatas. Seperti memory dalam komputer kali ya, semakin lama semakin capek, dan semakin banyak memori yang hilang. Sunnatullah. Hari ini aku kembali ke blog ini, untuk mengguratkan jejak langkah semoga bisa menjadi hikmah dalam kehidupan ke depan, sebagai bagian dari refleksi diri atas pengalaman dan perjalananku selama ini.
Soal anak-anak. Perkembangan yang demikian cepat dan tak sempat lagi aku ungkapkan bagaimana perasaanku saking cepatnya kejadian demi kejadian terjadi. Finally, saat ini si kecil ada di Jogya. Semoga mereka aman, nyaman dan bisa menikmati suasana di Jogja. Awal-awal terasa betapa beratnya aku dipaksa untuk berpisah dengan mereka, bahkan sampai saat inipun. Namun semua hal yang terjadi ini pasti ada hikmahnya. Kenapa tiba-tiba si kecil berdua bisa ada di Jogja? Mungkin, yah, pertanyaan ini sempat menjadi semacam dugaanku saja bahwa hal ini ada kaitannya dengan gugatan Hn soal harta bersama yang masih tersisa, yakni rumah yang selama ini kita tempati dan sebuah ruko di plaza kota termpat kita berdomisili. Sebenarnya ini hanyalah sebagian kecil properti yang tersisa, setelah sebagian besar telah dikuasainya secara mutlak, berupa 2 buah rumah, 1 mobil dan uang cashku untuk beli mobil. Setelah kejadian demi kejadian yang menimpanya, kudengar misalnya dia ditipu oleh mafia bursa komoditi, mafia supranatural, mafia peradilan dan lain sebagainya yang akhirnya menghabiskan uang yang diambil secara tidak sah (dan barangkali, akhirnya tidak berkah), dia tampaknya belum menjadikan itu sebagai pelajaran, justru mengarahkan targetnya untuk menguasai aset bersama yang tersisa. Dia menggugat asset itu secara hukum. Akibatnya, seperti dua tahun terakhir ini, seminggu sekali kita harus menghadiri sidang. Suatu rangkaian aktivitas yang sungguh membuat capek fisik, psikis dan materi. Namun apa boleh buat, itu adalah perjalanan yagn harus aku jalani. Ambil hikmahnya, itu barangkali yang harus aku sikapi. Meski akhirnya aku pake lawyer, namun aku sadar juga bahwa masih banyak hal yang ternyata harus dipikirkan sebagai dampak dari memakai jasa lawyer itu, sebagaimana pada kasus-kasus sebelumnya. Tapi yang jelas, aku tidak akan sangat capek dengan adanya lawyer yang emang kubayar untuk membackup perkara ini. Semoga segalanya berakhir dengan penuh berkah, ikhlas dan hikmah bagi semua pihak.

Lantas bagaimana dengan si kecil berdua? Perlu bab tersendiri bagiku untuk menuangkannya..