Kamis, 25 September 2008

Materi.. oh materi...

Barusan, 5 menit yang lalu, aku terima sms dari mantan mertuaku. SMS Pertama:
”Wis rampung sidange. Ruko dan rumah jadi milikku, dia dapat 30 juta. Yen deweke sayang anak rasah banding, arep tak tukokne koskosan an hudasyifa kabeh or ibu tapi langsung di ahli wariske cah2.. Yen dadak banding keburu aku kawin maneh malah mengko repot urusane, sakne hudasyifa”.

Lalu disambung sms kedua

Yo rapopo. Aku gek ketemuan karo sing arep tuku ruko. Aku ra masalah, mulai dari nol ndak kesenengen bojoku sing anyar. Tur nek golek bojo kudu sing luwih sugih”.

Selama ini hubunganku dengan mereka, mantan mertuaku, baik sekali. Bahkan jauh lebih baik dibandingkan mereka dengan anaknya sendiri. Rupanya interaksi yang selama ini tampak saling memahami posisi, saling menghargai, saling menghormati, itu hanya berlaku sampai 1 bulan yang lalu. Saat anakku diambil paksa oleh Hani saat aku di kantor, lalu mungkin di situlah skenario mereka, kemudian anak-anak dibawa ke Jogja. Begitu mereka bisa nyambung dalam komunikasi dan interaksi, entah kenapa tiba-tiba sikap orang yang sangat aku hormati itu berubah. Enrah dikomporin anaknya secara habis-habisan, atau ingin mendapatkan kemanfaatan dari sidang harta bersama kami yang sedang berlangsung. Yang jelas, tiba-tiba orangtuanya masuk dalam sidang dan membuat suatu statemen yang sangat memojokkanku dan menguatkan posisi anaknya. Dalam smsnya satu bulan yang lalu bapaknya sempat mengatakan kepadaku, agar aku gak perlu kalut dengan perkembangan kondisi yang ada. Aku bilang gak bakal kalut untuk hal-hal seperti itu, hanya saja aku perlu positioning terhadap orang-orang yang membantu Hani. Karena bagitu saat ini yang kulawan bukanlah Hani secara personil, tapi sifat-sifat Hani bersama pengikut-pengikutnya. Makanya kalau mereka berada dalam barisan Hani maka aku harus memposisikan mereka dengan jelas dan tegas.

Apakah aku kalut dengan sms yang telah menginformasikan keputusan yang jelas-jelas tidak merepresentasikan keadilan itu? Sejak awal ketua majelis hakim emang sudah menyiratkan condong kepada Hani, bahkan sebelum sidang tersebut dimulai. Kalau melihat kejadian-kejadian sebelumnya hal ini ada kaitannya dengan uang. Bahkan ada banyak sekali keanehan-keanehan dalam persidangan kalau mau diungkap. Sudahlah.

Aku tersenyum melihat sms itu. Aku membayangkan betapa bahagianya dia memperoleh kemenangan besar dalam sidang. Setelah dia menguasai sebagian besar aset bersama; Rumah di kompleks Satwika Telkom Jatiasih, Rumah di kompleks Graha Harapan Bekasi Timur, mobil baleno tahun 2002, dan uangku hutanganku dari kantor dalam jumlah besar yang akan aku gunakan untuk membeli mobil. Itu pada episode pertama, begitu dia menguasai hasil penjualan aset-aset tersebut, dan langsung melakukan berbagai upaya sistematis yang sangat tidak elok, yang tidak perlu aku ekspos lagi, lalu episode kedua dia berusaha untuk melakukan segala upaya untuk menguasai aset lainnya, yakni rumah di BJI dan sebuah ruko di Plaza Bekasi. Dan ternyata dia berhasil. Hebat. Bahkan aku yang telah mempergunakan jasa lawyer pun kalah. Terlepas dari kapasitas lawyerku yang memang dibawah standar dan sangat memprihatinkan itu. Tapi sudahlah. Aku gak perlu dan berusaha untuk tidak akan pernah akan mengungkit, menyalahkan, kecewa, marah, atau perasaan-perasaan lain. Kecuali untuk sekadarnya, untuk sekadar introspeksi dan mereview kejadian sebelumnya saja. Setelah aku menjalani berbagai hal penting dalam kehidupanku, apakah aku akan kembali seperti masa-masa lalu dengan mengejar, mengusahakan, dan melakukan segala upaya yang berorientasi materi?

To be continued..

Menemukan Relevansi Lailatur Qadar..

Hari itu, 24 September 2008, sepulang kantor aku menuju Masjid Al Azhar Kebayoran. Masjid ini telah lama dikenal sebagai salah satu pusat kajian Islam yang sangat populer di Jakarta, Indonesia, bahkan juga Asia Tenggara terutama di era Hamka. Nama Al Azhar sendiri diberikan oleh Rektor Universitas Al Azhar Kairo Mesir, sebuah Universitas Islam tertua di dunia, dalam sebuah kunjungan ke Indonesia untuk penganugarahan gelar Doktor Honoris Causa kepada Buya Hamka. Makanya salah satu peninggalan Buya Hamka yang sangat monumental, yakni tafsir Al Qur’an 30 juz, diberi nama Tafsir Al Azhar. Tafsir itu diselesaikannya semasa mendekam di penjara di jalam Orde Lama karena motif politik oleh lawan-lawan politik sosialis dan komunis pada era saat itu. Buya Hamka, bersama para tokoh Masyumi lainnya, waktu itu dipenjara selama 2-3 tahun oleh Soekarno, namun pada akhirnya memutuskan untuk bersedia menjadi Imam di shalat jenazah untuk mengantarkan Soekarno ke alam qubur. Mungkin waktu itu Buya Hamka justru berterima kasih kepada Soekarno, dengan penuh positive thinkingnya, bahwa gara-gara dipenjara itulah maka beliau berhasil menyelesaikan tafsir Al Azharnya.

Saat ini mungkin banyak masjid lain yang fungsinya seperti Al Azhar, bahkan lebih tinggi tingkat intensitas kajian-kajian dan dakwahnya. Pertama, karena faktor Buya Hamka yang telah lewat, kedua mungkin masjid lain banyak berkembang dengan dinamis. Aku sendiri selama ini, semenjak beberapa bulan terakhir ini lebih banyak mengikuti kajian maupun sekadar untuk shalat jamaah, atau i’tikaf di mesjid tersebut. Masjid inipun memiliki sejarah yang cukup panjang, salah satu masjid tertua di Jakarta. Dan saat ini mungkin menjadi salah satu masjid yang paling tinggi intensitas kajian dan dinamika aktifitasnya, yang diadakan oleh takmir masjid maupun remaja masjidnya. Kajian harian ba’da shalat maghrib sangat populer bagi para pekerja dan profesional di Jakarta. Para jamaah yang rata-rata berlatarbelakang sebagai pekerja dan profesional di kawasan ibukota, kebanyakan memilih untuk mampir ke masjid tersebut, daripada bermacet-macet ria saat pulang kantor. Jamaahnya bukan hanya yang tinggal di sekitar Menteng saja, melainkan di pinggiran kota Jakarta, seperti aku yang di Bekasi misalnya. Secara pribadi, aku pernah mengalami semacam pengalaman spriritual di masjid ini dan merasa ada daya tarik tersendiri, dan kerinduan saat sudah lama tidak mengunjungi masjid ini. Awalnya kita diajak oleh salah seorang pengurus takmir yang juga dosen di S2, Pak Irwan Adi Ekaputra, Doktor, yang mengundangku, Febrizal dan Boy untuk mengikuti kajian di masjid ini. Setelah sekali-sekali berkunjung saat masih kuliah, ternyata justru jauh hari setelah kuliah magnet panggilan untuk kesana semakin menguat. Aku merasakan adanya aura yang nyaman saat masuk ke ruang utama masjid. Mungkin karena ber ac sehingga redup dan nyaman, tapi suasana hati jelas bukan karena itu.

Waduh, kok jadi ngelantur membandingkan dua masjid ya.

Jadi kembali ke cerita awal, sepulang kantor aku ke masjid Al Azhar, karena ada janjian dengan seorang teman milis tahajjud calls. Milis ini terdiri dari orang-orang yang haus dan dahaga akan spiritualisme dan menghimpun diri dalam suatu milis yang saling mensupport dan mengingatkan untuk shalat malam melalui miscall. Beberapa yang aktif mengelola milis ini, dan kutahu sangat dinamis dalam diskusi soal keagamaan maupun rajin mengadakan pertemuan, diantaranya mas Agussyafi’i, seorang alumni dari UIN, yang dalam blognya populer dengan pendekatan parentingnya, lalu Neng Dedah, Meidy, Rini, Pak Polisi Mujiarto, Kang Herry, dan beberapa orang lainnya. Aku sendiri member yang gak terlalu aktif dalam milis tersebut, namun tetap mengikuti perkembangan dan mengetahui aktifitas milis ini. Makanya ketika salah satu anggota milis melaunch sebuah tiket pesawat ke Jogja, dan tidak ada yang meresponnya karena jadual waktu yang sangat mepet dengan lebaran, yakni H-1, maka akupun segera menyambutnya. Tadinya aku mau pulang sekitar tanggal 26-27 September 2008, via perjalanan darat. Namun setelah ada tawaran tiket pesawat tanggal 30, kupikir ada baiknya juga, sekalian menuntaskan pencarian hikmah 10 hari terakhir ramadhan. Soal Lailatul Qadar sih, bukannya aku tidak percaya bahwa malam itu benar-benar ada dan nyata bahwa ribuan malaikat turun ke bumi untuk memberikan berkah kepada para manusia yang sedang tekun dan khusyu beribadah, terutama bagi mereka yang beri’tikaf di masjid. Bukan aku tidak percaya. Namun mungkin terjemahan atau tafsirnya saja yang mungkin belum ketemu. Misalnya, apakah benar bahwa tanda-tanda saat lailatur qadar itu misalnya digambarkan orang menyaksikan seperti langit terbelah, atau pohon-pohon dan alam yang bersujud, atau hewan-hewan terdiam, manusia yang sedang terlelap, dan lain sebagainya. Ataukah, mungkin maksud ayat itu lebih ke perjalanan spiritual seseorang, dimana Allah pada malam itu mengilhamkan ketaqwaan yang langsung menghunjam kedalam kalbunya sehingga mendadak ada perubahan level ketakwaan dan perilakunya. Aku tidak tahu apakah fenomena alam yang dahsyat sebagaimana digambarkan dan diyakini oleh kebanyakan muslim di dunia itu benar-benar ada atau tidak, tapi yang jelas aku yakin bahwa 10 malam terakhir ramadhan adalah sangat utama sehingga seorang Rasulullah yang sudah terbebas dari dosa pun tidak pernah meninggalkan i’tikaf 10 hari di akhir ramadhan ini. Ini saja sudah bukti betapa muakadnya level sunnah i’tikaf ini, dan mungkin benar bahwa para malaikat turun berbondong-bondong pada malam ini, sebagaimana malam Nisyfu Sya’ban. Inilah menurutku relevansi Lailatul Qodar, bahwa pada malam ini Hidayah, Rahmat dan Taufiq Allah, yang merupakan hak prerogatif Allah, akan diturunkan kepada siapun yang dikehendakiNya. Sehingga tak heran pada 10 hari terakhir ramadhan ini semua masjid-masjid yang menggelar i’tikaf dipenuhi oleh jamaah yang tak ingin kehilangan perburuan hidayah lailatul qadar. Tentu bukan semata untuk melihat kedahsyatan fenomena alam sebagaimana digambarkan selama ini. Karena pada malam ini diperingati sebagai turunnya Al Qur’an pertama kali, surat Iqra’ ayat 1-5. Atau turunnya surat Al Qadar juga ya? Entahlah, aku belum sempat mencari penjelasannya ke Mr. Google tentang hal ini.

Saat aku sampai di masjid Al Azhar dan mengambil air wudhu, tiba-tiba ada yang memanggilku. Seorang wanita, yang aku langsung ingat. Henny. Adik kelas di fe ugm, beda jurusan, aku di studi pembangunan dan dia di akuntansi. Sejenak aku teringat bahwa pernah aku mboncengin dia dengan motor bmwku –bebek merah warnanye-- , dia yang saat itu pake rok panjang, mendadak kesrimpet roknya di jemari roda, sehingga roknya rusak. Aku selalu pengin minta maaf kepadanya saat teringat hal itu. Dia mengajakku salaman, namun melihatku sudah wudhu mendadak menarik tangganya. Aku bilang,”Udahlah Hen, salaman aja gak papa kok. Aku penganut mazhab bahwa salaman tidak membatalkan wudhu”, kataku sambil tersenyum. Begitu lama kami tidak ketemu. Dulu kami sama-sama aktif di Koperasi Mahasiswa UGM. Aku dan dia di Badan Pengawas, dan era saat itu kami sangat diametral dengan Badan Pengurus. Sampai-sampai kami sempat membuat beberapa orang Pengurus, Ahmad Ma’ruf, sekarang dosen di UMY, menangis saat pertanggungjawaban di RAT. Pengurus lainnya, Wisnu, tampak stress waktu itu, dan ternyata saat ini menjadi suami Henny. Pembelajaran yang kami peroleh saat itu cukup banyak, diantaranya adalah untuk menjaga amanah, good corporate governance, saat sebagai mahasiswa sekaligus belajar mengelola bisnis yang beraset milyaran dan memiliki hampir 100 karyawan.

Cukup lama kami ngobrol. Salah satu topik yang menyita waktu obrolan kami adalah saat dia nanyain kabar yang sekilas dia dengar tentang divorcenya aku dengan Hani. Dia sendiri tidak terlalu dekat, namun juga tidak terlalu asing dengan mantan isteriku tersebut, karena sama-sama dari SMA 1 Teladan Jogja, dan salah seorang kakaknya juga sekelas dengan Hani saat SMA. Sekali lagi aku harus mengungkap fakta yang terjadi, tentu saja tidak semuanya. Hal-hal yang penting saja dan aku batasi untuk diketahui oleh teman-teman terdekat saja hal ini terpaksa aku ekspos. Itupun sudah menimbulkan komentar Henny,”Wah, perjalanan Mas Taufiq lebih dari sekadar yang terjadi pada sinetron-sinetron di televisi, seandainya hal itu benar-benar terjadi”, begitu komentarnya. Sekitar setengah jam ngobrol di tanggal masjid, saat mau pamitan untuk shalat, --atau ta’jilan?-- dia menyampaikan ajakan untuk i’tikaf di masjid ini. “Aku Insya Allah i’tikaf disini selama 10 hari mas”, kata dia.

“Ohya, gimana dikau mandi, pakaian, dan segala tetek bengek peralatan perempuan lainnya”, kataku dengan nada heran, mengingat seorang Henny yang kukenal dulu. “Aku sudah mempersiapkan itu semua untuk 10 hari. Mandi di masjid saja, kenapa tidak”, jawab dia. Wah, salut banget dengan jawaban polos dan terkesan simpel. Aku terlalu kaget dengan hal itu sehingga belum sempat menanyakan gimana dengan Wisnu suaminya.

Habis itu aku keatas masjid, sejenak mencari komunitas tahajjud calls yang kabarnya diskusi –atau mengaji, entahlah—di serambi utama masjid. Ketemu. Aku langsung mengucap salam untuk mereka. Begitu membaur kesitu, seorang wanita yang kukenal sebagai neng Dedah, dari Bekasi juga, langsung menyampaikan nota protes,”Wah, mau Taufiq tuh di kereta tidur melulu, sampai-sampai ditegur dari depan mukanya pun gak sadar”, katanya. Tapi dia buru-buru menambahkan,”Berarti mas Taufiq ini tipe laki-laki setia”, katanya. Waduh. Mas Agussyafii sempat mendorongku untuk sharing soal materi esq. Katanya,”Banyak yang ingin merasakan seperti apa esq, sayangnya tarifnya yang Rp. 3 juta terlampau mahal”. Aku bilang soal tarif sih relatif, ada yang Rp. 3 juta, ada yang Rp. 1 juta, ada yang Rp. 500 ribu, bahkan ada yang gratis. Aku bilang, kalaupun aku seandainya kemaren aku terpaksa membayar Rp. 3 juta pun, namun yang aku peroleh dari esq itu jauh lebih bernilai dibandingkan dengan uang tersebut. Ada penghargaan dan momentum yang sedemikian penting bagitu saat pertamakali mengikuti esq. Mungkin momentumnya yang tepat, atau entah faktor lainnya, yang jelas waktu itu terasa betapa saat God Spot seseorang sudah tersentuh, maka memori saat itu akan terasa dalam waktu yang lama. Momentum yang tepat adalah saat aku mengalami ujian yang cukup berat dalam perjalanan hidupku, bahkan mungkin inilah ujian yang paling berat kurasakan, saat kapal rumah tangga oleh, saat mantan pasanganku melakukan berbagai upaya yang sangat tidak wajar terhadap diriku, saat proses penyelesaian memakan waktu lama yang sampai saat ini pun masih belum tuntas, saat aku terpaksa kehilangan kebersamaan dengan anak-anak, Huda dan Syifa yang sangat kusayangi, saat kemudian aku lari ke masjid Sunda Kelapa untuk mengadu kepadaNya, saat aku mengikuti i’tikaf pertama kali dan semakin disadarkan olehNya, bahwa semua yang kita miliki itu tidak abadi dan sewaktu-waktu akan hilang, apapun itu, harta, pangkat, jabatan, materi, anak, isteri. Saat aku begitu menikmati untaian syair Abunawas, lagu Istighfar yang dikemas dengan sangat baiknya, dzikir Asmaul Husna, lalu shalat Taubat, mengakui secara blak-blakan kepadaNya betapa banyaknya dosa-dosa besar yang telah kuperbuat, dan tiada yang bisa dilakukan kecuali sekadar mohon ampunan. Lalu dilanjutkan shalat qiyammullail, yang dilanjutkan dengan perenungan yang sangat menemukan relevansinya dengan perjalanan kehidupanku saat itu. Dalam suasana yang hening dan gelap, Pak Nasaruddin Umar menympaikan tausyiah dengan sangat menyentuh.

Rasanya pengalaman spiritual yang aku alami itu masih begitu membuatku melayang dan belum kembali ke bumi, 3 hari kemudian aku ikut training esq di tempat yang sama. Dan yang membuatku cukup bangga bahwa masjid inilah yang satu-satunya di Indonesia menggelar esq. Perjalanan spiritual disini tidak perlu diterangkan lagi, sejak outer journey, inner journey, dalamnya shalawat nabi setelah lalu perjalanan dan kisah para Nabi dan Rasul, proses Zero Mind Process, upaya pembersihan diri terhadap berbagai belenggu, upaya 5 langkah Rukun Islam dari sejak memperteguh syahadatain, upaya untuk membawa sholat sebagai character bulding, self controlling yang digambar melalui puasa, menanamkan bentuk kepedulian sosial melalui zakat, lalu total action yang digambarkan dalam ibadah haji. Enam prinsip yang terinspirasi daro Rukun Iman yang selalu dipegang teguh, dari star principle, angel principle, learning principle, leadership principle dan lainnya

Itulah perjalanan spiritual, yang digambarkan dilalui oleh dalam waktu puluhan tahun, namun bisa dikemas secara efektif dan efisien saat orang bisa melalui perjalanan spiritual itu dalam waktu hanya 2 atau 3 hari. Hidayah? Mungkin. Mungkin juga aku terlalu berlebihan kalau mengatakan itu sebagai hidayah. Tapi yang jelas, keterbukaan hati dan kalbu terhadap kebenaran, saat itu dan sampai saat ini pun masih sangat terasa.

To be continued...

Rabu, 24 September 2008

In Memoriam Mama Annie Razak; Sebuah Testimony

Hari itu, 14 September 2008, saat hari itu aku mengikuti training esq, berita mengagetkan itu aku terima. Selama ramadhan ini aku emang berniat untuk merefresh suasana hati, menjaga agar kondusif dan selaras dengan suasana ramadhan, salah satunya dengan menghadiri training esq. Rasa-rasanya diri ini tak bosan-bosannya diingatkan dan ditegur dengan ayat-ayatNya, dari training ke training. Kupahami karena ini adalah perjalanan spiritual, meski dilalui dalam waktu singkat, dan bukannya training perjalanan logika dan pengembangan wawasan yang orang akan cepat bosan saat sudah pernah mengalami. Ini kulakukan semenjak menjelang ramadhan juga, meski tidak selalu mengikutinya dengan intensif. Untuk training kemaren aku emang udah berniat untuk mengikuti secara tuntas, kebetulan lokasinya di sekitar Bekasi.
Di hari yang kedua itulah, saat di tengah dalam suasana yang dibuat gelap dan hening, mendadak handphoneku bergetar dan berkerlip. Aku melirik sebentar, kulihat nama FT yang meneleponku. Aku segera balas dengan pesan singkat, “FT, sori aku lagi dalam ruang training esq. Nanti aku call balik ya”. Habis itu handphone aku masukkan ke dalam tas lebih kedalam agar tidak terlalu mengganggu suasana training. Sekitar pukul 5 sore, saat training udah hampir usai, aku buka handphoneku, ternyata ada balasan pesan singkat dari FT,”Mas, mamanya IZ meninggal tadi siang”. Deggg! Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun. Betapa kagetnya diri ini mendapat informasi ini. Sejenak dengan cepat memori ini kembali ke beberapa bulan yang lalu, saat dimulai dengan perkenalanku dengan seorang wanita di sebuah cafĂ© Steak di Buncit, lalu berlanjut dengan mengenal teman2 dan sahabat2nya, FT, RN, EL, RI. Dan tentu saja, saat pembicaraan kami yang lebih banyak dilakukan tidak secara langsung face to face, hanya melalui sms dan email, namun mulai menemukan frekuensi yang sama, berlanjut aku mengenal keluarganya; Papa, Mamanya dan adiknya. Dan orang yang barusaja diberitakan telah meninggalkan kita tersebut adalah mamanya. Sahabat dari anak-anaknya banyak memanggil beliau dengan sebutan Mama, karena demikian dekatnya wanita itu dengan sahabat-sahabat anaknya yang dianggapnya seperti anaknya sendiri.
Perkenalanku dengan IZ, begitulah nama anak tertua beliau, sebetulnya belum begitu lama, sekitar bulan Maret 2008 yang lalu. Namun dalam waktu yang tidak begitu lama tersebut, seolah aku telah lama mengenal dia, keluarga dan sahabat-sahatnya. Sejenak aku merenung, betapa beberapa jam terakhir ini, semenjak kemaren sebenarnya aku sudah sangat ingin menelepon dia, untuk sekadar menanyakan gimana perkembangan kondisi kesehatan mamanya. Aku ingat beberapa hari yang lalu, saat malam itu aku meneleponnya, dengan nada gembira dia memberitakan bahwa kondisi mamanya berangsur membaik, setelah cairan dalam paru-parunya mulai disedot, tinggal menuntaskan yang masih tersisa. Makanya waktu mendengar kabar duka ini aku sangat kaget.
Masih terbayang dalam benakku, saat pertama kali aku ke rumah IZ untuk ketemu dan Papa dan Mamanya, yang menyambutku dengan sangat hangat. Mamanya sempat berkata dan berpesan, yang kata IZ diucapkan mamanya dengan penuh keharuan dan berkaca-kaca. “Anakku jangan diajak menderita ya. Kalau sampai itu terjadi, saya yang pertama kali tidak ikhlas”. Itulah pesan terakhir yang demikian dalam terhadapku, sebagai ekspresi keinginan seorang Ibu untuk kebahagiaan anaknya. Setelah kunjunganku tersebut, kita sempat satu mobil, saat IZ mengantarkanku sekaligus mengantarkan Mamanya ke Carrefour MT. Kuingat sekali betapa cerianya beliau saat itu, dengan humor-humor segarnya. “Listriknya lagi mati mas, makanya kita pergi ke mall aja untuk ngadem sejenak”, kata beliau. Sepanjang perjalanan itu suasana rame dan hangat karena kendaraan berisi anggota keluarga, yang disebut IZ sebagai keluarga Extra Vaganza. Seorang mama yang ceria, semangat, humoris, penuh canda tawa yang menyegarkan suasana, mirip dengan anaknya, dan sangat energik, tipe tidak bisa istirahat.
Pertemuan selanjutnya dengan mama Annie adalah saat aku mengantar kepulangan beliau bersama Papa, kembali ke Lombok. Kami melepas beliau berdua di Bandara, bersama IZ dan EL. Rasanya pertemuan dengan beliau terasa begitu singkat dan ternyata saat di Bandara itulah pertemuanku dengan beliau yang terakhir kalinya. Dalam pertemuan terakhir itu, sempat aku ingin mengenal mamanya lebih jauh, namun ternyata Allah berkehendak lain. Begitu cepat beliau dipanggilNya. Mudah-mudahan beliau nyaman berada di sisiNya, amien.
Kembali pada keinginanku untuk menelepon IZ sejak malam sebelumnya, yang ternyata tertunda-tunda sampai tidak sempat kesampaian meneleponnya. Malam itu adikku, Amin, yang lagi mengerjakan project kerjasama UGM-Partnershipnya TTK, datang dari Jogja mengingap di kediamanku, dan ngobrol, bersama Toni sampai tengah malam. Sempat kami memperbincangkan soal mama yang sedang sakit di Lombok. Mereka sempat menggodaku,”Kok gak bezoek kesana?”. Aku tersenyum saja mendengar itu, tanpa menjawabnya. Dalam suasana yang lumayan capek, kebanyakan air mata tumpah di training esq, tengah malam itu aku tidur. Tadinya aku pengin menelepon Iez, namun sudah terlalu malam. Kupikir besok pagi saja. Menjelang shubuh, Amin berangkat ke Bandara karena flight pesawat ke Jogja pagi hari. Sedangkan aku ke musholla, yang pagi itu aku ada jadual untuk mengisi kultum. Habis kultum, sebagaimana biasanya kalau hari Minggu, para jamaah banyak yang masih berdiam diri di musholla, ngobrol, dan pagi itu aku memang sudah menjanjikan untuk memutar film documenter tragedy kemanusiaan di Halmahera Utara, Tobelo, tempat aku sebagai saksi mata kejadian tersebut. Cukup lama ternyata waktu untuk memutas film, karena obrolan berkembang kemana-mana. Habis itu, dalam kondisi terlambat satu dua sessi training esq, aku langsung meluncur ke Cikarang. Lagi-lagi keinginanku untuk menelepon Iez masih belum kesampaian. Kupikir, nanti siang saja, saat break, atau paling lambat saat menjelang berbuka puasa waktu NTB.
Aku tersadar lagi dari lamunanku, dan inilah kenyataan yang terjadi, kabar itu begitu mengagetkanku. Beberapa kali aku coba kontak Iez, namun ternyata belum bisa nyambung. Aku bisa memaklumi karena kondisi psikologik dia yang belum bisa menerima telepon. Saat aku kontak FT, ternyata dia sedang dalam perjalanan menuju Bandara untuk berangkat ke Mataram, Lombok. Kubilang sebenarnya aku pengin juga berangkat, namun hari itu kayaknya waktunya terlalu mepet. Sampai di rumah, sekitar jam 20.00 BBWI, aku mencoba kontak ke beberapa travel untuk cari tiket ke Mataram, namun masih nihil.
Baru besok harinya, 15 September 2008 saat aku iseng-iseng menelepon Batavia Air, ternyata masih ada tiga buah tiket ke Mataram. Aku langsung acc untuk booking tiket tersebut, lalu aku bayar. Alhamdulillah, akhirnya dapat juga tiket yang kuinginkan. Aku ingin menemani Iez dan keluarga yang dalam keadaan duka saat itu. Pesawat berangkat jam18.00 BBWI, delay sekitar 1 jam dari waktu yang semestinya. Sampai di Mataram ternyata sudah cukup larut, yakni sekitar pukul 22.30 BBWI. Aku langsung ke hotel Mataram. Sampai menjelang Mataram aku masih belum bisa kontak Iez maupun keluarganya. Kupikir, yang penting aku ke Mataram dulu, soal alamat yang aku tuju, rumahnya, itu soal gampang.
Sampai di hotel, aku sempat baca koran Lombok Post di lobby hotel. Terpampang informasi bertajuk berita duka, AN meninggal dunia. Ada ulasan beberapa kerabat dan sahabatnya yang mengemukakan betapa seorang Annie masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat Lombok. Banyak kontribusi beliau yang mengembangkan potensi pariwisata di Lombok. Almarhum meninggalkan suami dan 2 orang anak. Dalam hati aku berbisik dan meralat berita tersebut, meninggalkan suami dan 2 orang anak plus satu calon menantu. Amin, bisikku lagi menambahkan. Ohya, malam itu aku mendapatkan hotel dengan cepat, sebuah hotel yang bagiku sangat murah dibandingkan dengan fasilitas dan lokasinya. Aku bisa langsung meluncur ke hotel ini, sungguh seolah aku sangat dimudahkan olehNya. Di pesawat aku sempat ngobrol dengan teman baru sebangku, dari Depkes yang sedang kunjungan singkat ke Mataram. Di Bandara dia dijemput dari Depkes setempat, dan menawariku untuk cari hotel yang sama dengan dia. FT namanya, dia bilang, ”Aku juga baru sekali kesini mas, dan aku juga takut sendirian”. Alhamdulillah, kami dicarikan hotel yang cukup representative, dan di waktu mendatang kalau kesini lagi mungkin tempat ini cukup recommended. Malam yang udah larut, aku sempat smsan dengan Iez. Dia ngasih alamat rumah, yang ternyata sama dengan hasil yang aku dapatkan dari searching di catalog bni pagi sebelum berangkat.
Namun ternyata pagi sampai siangnya aku belum bisa kesana. Tadinya ak mau nyari kaos dan baju, karena kepergianku ke Mataram ini tidak aku persiapkan sebelumnya. Saat aku tanya mall terdekat ke sopir yang mengantar kami, dia menawarkan diri untuk mencarikan tempat yang khas, yakni di Cakra, dan menawarkan diri untuk mengantarkan aku mencari rumah Iez. Tawaran yang sangat baik. Namun ada sedikit yang harus aku korbankan ternyata, yakni aku tidak bisa sesegera ke rumah Iez, karena ternyata mbak FT mengajak dulu ke pantai Senggigi. “Soalnya siang ini aku balik ke Jakarta mas, jadi sayang kalo tidak sempat lihat Senggigi. Aku sendiri pulang sore menjelang maghrib, kupikir tak apa juga mampir sejenak ke Senggigi. Perjalanan sejenak ke tempat wisata yang sebenarnya tidak pas, dan tentu saja tidak enjoy, karena niatku kesini semata ingin menemani IZ dan keluarganya.

Sekitar jam 13.00 BBWI aku baru bisa ke rumah Iez. Sebuah rumah yang asri, berhalaman luas, dan tampak suasananya masih cukup ramai.
to be continued..

Selasa, 23 September 2008

Right Issue BPR Syariah Cirebon

Buka bersama yang diadakan kemaren, Senin 22 September 2008, dengan shahibul bait Mas NM dan Mas AR, merupakan kelanjutan dari buka bersama yang diadakan di gedung serbaguna senayan minggu lalu. Bedanya, kalau waktu itu pertemuan dihadiri oleh para alumni f7 ekonomi ugm, tidak terbatas dari kalangan tua maupun muda, maka pertemuan kali ini dibatasi oleh kalangan muda saja.

Malam ini, dari kalangan tua/ senior, cukup diwakili oleh Pak BY, alumni f7 angkatan 1962. “Saya di komisariat angkatannya Pak SS mantan Gubernur BI. Jadi bisa dibayangkan betapa tuanya saya”, kata beliau saat diberi kesempatan memberikan sepatah dua patah kata. “Waktu di hmie saya pernah masuk daftar orang yang akan dibunuh oleh PKI pada urutan pertama, jadi pilihannya death or to be kill”, tambahnya. Dari kalangan tua lainnya adalah Pak Saifuddien Hasan dan Mbak SC.
Pada awalnya, acara sebenarnya adalah bedah bukunya Mas AR dan NM, yang begitu terbit langsung dalam serial trilogi Undercover Economy. Namun karena habis buka bersama, kebanyakan peserta pada kekenyangan dan menyatakan tidak sanggup untuk berpikir yang berat-berat, maka dalam acara itu sekadar pemberitahuan mengenai buku-buku tersebut, yang muncul karena keprihatinan penulis terhadap kondisi ekonomi bangsa saat ini. Lalu agenda berikutnya lebih banyak membahas tentang rencana akuisisi BPR Pusat pada BPR Syariah di Cirebon, yang dipaparkan oleh Pak SH. Dalam right issue ini, dana yang dibutuhkan untuk akuisisi dan pengembangan BPRS Cirebon adalah sebesar Rp. 500 juta, sedangkan sebesar Rp. 300 juta sudah diperoleh dari BPR Pusat dan beberapa alumni diantaranya Pak SH, Mbak SC, NB dan Mbak Rini. Sementara sebesar Rp. 200 juta diharapkan dapat terakumulasi dari para alumni muda yang hadir dalam pertemuan tersebut maupun para alumni muda yang tidak bisa hadir, termasuk anggota milis F-7 ini tentunya. Diharapkan bulan Nopember BPR Syariah Cirebon ini sudah didaftarkan ke BI pemegang sahamnya, dan langsung bisa running.
Pertemuan semalam dihadiri oleh sekitar 30-an orang, dan karena yang relative homogen maka pertemuan yang dimoderatori oleh Mas AC ini sangat cair dan lebih banyak dibumbui oleh kenangan-kenangan lucu dari kesemua yang hadir, saat masing-masing diberikan kesempatan untuk memperkenalkan diri. Dari generasi angkatan 90an hadir ARB, FS, DC, BU, IM, TF, DA. Beberapa tahun diatasnya hadir Mas AG, Mas IW, Mas YW, Mas AC, dan masih banyak lagi. Yang paling senior tentunya ya beliau bertiga, Pak BY, Pak SH dan Mbak SC.
Data-data mengenai performa BPRS Cirebon, perhitungan finansial cashflow, analisa payback period, rencana action plan, dan lain sebagainya dapat dipelajari pada prospektus yang telah dicetak, dan direncanakan akan di launch pada milis F-7 ini. Salah seorang alumni mengemukakan bahwa apapun perhitungan finansialnya, studi kelayakannya, dan aspek-aspek teoritik di atas kertas boleh saja dibaca, namun beliau sangat haqqul yakin dengan manajemen Harta Insan Karimah. “Melihat background, kompetensi dan integritas pengelola, kayaknya kok saya yakin BPRS Cirebon ini akan bisa berkembang dengan baik”, katanya dengan haqqul yakin. “Gak penting lihat scenario cash flow, analisa payback period, dan lain-lain. Yang penting keikhlasan kita, karena ini merupakan bisnis jangka panjang, dunia sampai akhirat”, katanya menambahkan.

Rabu, 17 September 2008

Agenda Rutin Ramadhan: Buka Bersama


Salah satu agenda rutin ramadhan yang tentunya sulit untuk aku lewatkan adalah buka bersama. Aku lumayan hobi untuk urusan yang satu ini. Karena membiasakan silaturrahmi katanya bisa memperpanjang umur, apalagi sambil buka bersama. Biasanya dalam acara-acara seperti ini ketemu dengan banyak teman, dimana kesempatan untuk saling ketemu sangatlah berharga untuk kehidupan sehari-hari berada di kota metropolis seperti Jakarta ini. Meski kantor bersebelahanpun, seperti dengan beberapa teman di BPK misalnya, kenyataannya sangatlah jarang bisa ketemu. Karena masing-masing sudah larut dengan berbagai kesibukan rutin sehari-hari yang sangat menyita waktu dan perhatian, dan seolah meniadakan nilai-nilai kemanusiaan, relationship, silaturrahmi, pentingnya menjaga komunikasi dengan teman lama. Hal seperti ini biasanya takkan dijumpai di kota lain. Untuk itu, jauh hari aku sudah mengagendakan jadual buka bersama dengan komunitas teman lama, biasanya teman-teman Jogja. Pertama, tentu saja acara buka bersama Keluarga Alumni Kagama. Biasanya diadakan acara buka bersama sebanyak 4 kali, biasanya di rumah para publik figur, pejabat atau para menteri. Dalam acara-acara seperti ini, suasana yangterbangun sangat egaliter, biasanya dihadiri oleh lintas generasi, dari para senior, bahkan tidak jarang para alumni yang termasuk dalam usia yang sudah uzur, para alumni yang masih dalam tingkat usia produktif, juga para alumni yang muda, bahkan juga yang baru lulus kuliah, adik-adik fresh graduate. Semuanya membaur tanpa membedakan usia, pangkat, jabatan dan hal-hal yang tidak relevan lainnya, sehingga hal itu meniadakan jarak untuk bersilaturrahmi. Makanya dalam acara-acara seperti ini, seorang yang masih fresh graduate pun bisa guyon kere dengan seorang menteri sekalipun. Aku masih ingat kejadian beberapa tahun silam saat seorang teman yang baru lulus kuliah (akhirnya) setelah menjalani masa sebagai mahasiswa abadi, nyaris kena drop-out karena limit waktu studi, yakni SA. Waktu itu, dalam sebuah kejadian, dia berdebat cukup sengit namun tetap dalam suasana humoris dengan Pak BK yang waktu itu masih menjabat posisi penting di negeri ini sebagai Mensesneg. Perdebatan sengit ini sebagai respon dari Pak BK sebagai ketua Kagama Jakarta, khas seorang Bapak yang sok memarahi anaknya di Kagama karena melakukan demonstrasi menentang kebijakan pemerintah, waktu itu dalam kasus penjualan Indosat ke Temasek Holdings. Gara-garanya kejadian demo dimuat di Kompas, dimana Salman membawa-bawa dan mengklaim diri sebagai koordinator Kagamamuda. Sebagai seorang aktivis, Salman pun, saat berdebat ternyata mendapat aplaus dan support dari beberapa alumni lain seperti politisi Golkar PBS, dan juga beberapa lainnya. Kejadian itu ternyata penting bagi Salman, karena ternyata momen itu telah membawa arah perubahan nasib seorang Salman, dimana pasca debat, Salman mendadak menjadi orang penting, dengan ditawari masuk ke perusahaan yang dimiliki KL, BCorp, langsung dengan jabatan bergengsi sebagai Corporate Secretary. Bahkan dalam waktu satu tahun setelah itu Salman telah menjadi seorang Direktur, dan turut berperan penting dalam tim sukses Sby-Kalla sebagai RI 1-2. Saat ketemu dalam sebuah reuni Kagama beberapa waktu yang lalu di TMII, saat aku tanya tentang rencana dia kedepan, dia bilang bahwa selanjutnya akan masuk ke ranah politik, sesuatu area yang memang tidak terlepas dari karakter bawaan aktivis model SA. Ohya, dulu semasa mahasiswa dia pernah dikejar habis oleh ratusan massa Golkar karena menolak mengacungkan dua buah jari di depan massa yang kampanye. Itulah perjalanan seseorang, yang seolah kita sendiri juga tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kita dalam waktu yang akan datang, dengan mekanisme tertentu seolah telah ada yang mengatur, suatu pusat orbit makrokosmik yang sangat menentukan kita akan jadi seperti apa, yang tentu saja, hal yang penting adalah upaya yang optimal yang perlu dilakukan oleh diri sebagai seorang yang telah dianugerahi dengan berbagai potensi.

Acara buka bersama putaran pertama dilaksanakan di rumah Pak DK, salah seorang menteri, sekaligus ketua Kagama. Acara cukup rame, dihadiri sekitar 300-an alumni, namun ternyata tidak banyak dihadiri oleh teman-teman dari fakultas ekonomi. Bahkan seorang MT yang biasa hadir dalam acara-acara seperti inipun juga tidak hadir. Sempat ngobrol dengan Bimo Nugroho, yang kukenal sebagai mantan aktivis pers sepanjang menjadi mahasiswa di fakultas ekonomi UGM, saat lulus tetap konsisten dalam pilihannya aktif di berbagai LSM, dan saat ini menjadi anggota Komisi Penyiaran Indonesia. Ada mas RZ, seorang Pengusaha muda enerjik yang semua orang mengenalnya sebagai kyai muda, bukan karena dia banyak ceramah, memimpin doa, atau bisa membaca ayat-ayat atau bahasa Arab, melainkan karena beliau adalah putera pendiri Pondok Modern Gontor, Kyai ZY. “Aku sekarang jadi nasabah kantormu Fiq, di Bandung, ada bisnis baru pemotongan ayam ”, katanya. Beberapa alumni senior, Pak TE Mensesneg, Pak WS mantan Dirut BNI, bahkan tampak juga Rektor UGM, Prof. Dr. SJ. Dosen FEUGM yang saat ini membuka KAP, Pak HY juga hadir. Adik kelas dari FE, BS, temannya adikku AM, yang saat ini aktif di Partnership. Teman-teman yang aktif di milis Kagamamuda tampak tidak ada yang hadir, namun secara keseluruhan, acara ini cukup meriah dan dihadiri dari berbagai fakultas, dari angkatan sepuh sampai dengan angkatan yang muda-muda dan fresh graduate.

Putaran kedua kemaren, bertindak sebagai shahibul bait adalah Mas AH, seorang Pengusaha muda, Ketua Asosiasi Emiten Indonesia, Wakil Ketua Bendahara Golkar, dan Ketua Fraksi entah apa nama fraksinya. Untuk putaran kedua ini aku tidak hadir, lantaran pada saat yang bersamaan aku dalam perjalanan di Lombok, Mataram, NTB. Untuk acara ini akan aku ceritakan pada kesempatan lainnya. Di acaranya Mas AH kamaren kupikir mestinya lebih banyak dihadiri oleh para alumni muda. Saat ini, beberapa teman yang tertarik dalam kegiatan politik banyak diajak beliau di Golkar, seperti SH dan HH, yang biasanya menjadi motor tenis di kantorku, sudah beberapa bulan ini tidak bisa mengkoordinir kegiatan tenis karena sibuk dengan agenda turba mereka sebagai orang penting baru di partai tersebut.

Lalu acara buka bersama semalam masih dalam komunitas Kagama juga, namun dalam komunitas yang lebih sempit, yakni Kagama fakultas ekonomi, dan lebih khusus lagi adalah alumni HMI ekonomi UGM, yang mengambil tempat di Gedung Serbaguna Senayan. Untuk komunitas yang satu ini justru memiliki keterikatan yang lebih kuat, bahkan telah membentuk sebuah perusahaan yang awalnya adalah dibangun untuk ajang silaturrahmi antar alumni kahmie ugm, dimana kita diikat oleh latar belakang yang sama, saat sama-sama berjuang dalam wadah yang sama di Jogja, dari periode ke periode. Reuni akbar dua tahun yang lalu yang bertempat di Senayan, dihadiri dalam jumlah yang cukup besar, dan dalam acara-acara seperti ini sangatlah berharga dimana kita bisa melepaskan kerinduan dengan banyak teman. Acara semalam diawali dengan presentasi dari Pak SH, mantan bos besarku di kantor, mantan Dirut BNI, yang beberapa waktu lalu aku sempat ketemu beliau juga dalam suatu training esq. Beliau saat ini dipercaya menjadi direktur dalam wadah alumni ini, yang akan membentuk holding company yang membawahi beberapa perusahaan yang bergerak di bidang finance syariah. Holding ini bergerak di bidang multi jasa dan perbankan, yang saat ini ekspansi membentuk beberapa BPR Syariah di beberapa kota, dan rencananya akan melakukan akuisisi dan ekspansi ke beberapa kota. Beberapa orang sebagai Direktur yakni Pak SH, Mbak SC, dan Pak SS. Sedangkan komisaris Pak RJ, NB dan ST. Aku gak sempat mengikuti presentasi lanjutan habis shalat tarawih, karena keburu pulang, yang agendanya adalah penawaran saham untuk ekspansi perusahaan.

Tampak hadir juga alumni senior, Pak KP, beliau mantan ketua f7 tahun 1965-an, mantan direktur Islamic Development Bank di Jeddah. Mbak SC, mantan f7 puteri tahun 1977 yang sampai sekarang masih tampak cantik. Aris bilang, saat kita masih awal-awal kuliah, pertama kali mengunjungi Jakarta, waktu itu beliau tampak muda dan cantik, dan sekarang saat kita telah lulus kuliah dan sudah 10 tahun bekerja di Jakarta, dimana banyak yang telah berubah pada diri kita, ternyata beliau masih tetap saja muda dan cantik. Mas IN, mantan f7 ekonomi tahun 1980-an, suaminya mbak KH, doktor di Universitas Trisakti. Mas AG, Doktor, mantan ketua f7 ekonomi tahun 1980-an juga, saat ini menjadi orang penting di Depdiknas dan wakil Dekan FE di UIN, yang skripsinya sempat menjadi salah satu inspirasi dan referensi penting bagiku dalam mempercepat dan mempersingkat masa studi. Lalu, mas AC, mantan ketua juga tahun 1984, GM di PT. Samudera Indonesia, salah satu bisnis penting Sudarpo Corporation Group. Aku sempat nanyain apa beliau kenal dengan Pak AY, karena mendadak aku ingat barusan mendapat sms panjang dari Pak AY, seorang kenalan di esq, pensiunan PT. Samudera Indonesia. “Wah, kenal sekali dong, beliau sangat senior, yang kita kenal sangat bersemangat dalam beraktivitas dalam usia tua. Aku juga alumni esq eksekutif angkatan 62, Fiq”, katanya. Tampak juga Mas AR, seorang mentor dan ideolog dalam beberapa generasi sejak pecahnya HMI Dipo dan HMI MPO. Beliau tidak lulus S1, sesuatu yang banyak disayangkan oleh berbagai kalangan mengingat kemampuan leadership, integritas dan knowledgenya sudah tidak diragukan lagi. Juga mas NM, Direktur Econit, Pemimpin Redaksi Majalah Parent Guide. Mas KW, seorang GM di Mandiri Securitas. Mas AB, mas IM, dan banyak lagi lainnya yang aku tidak hapal satu persatu.

Dari kawan yang segenerasi, ARB, ketua f7 tepat satu generasi diatasku, tentu saja hadir dalam acara seperti ini, dalam konsistensinya aktif di lembaga-lembaga riset. AM, yang yang tidak ditemani oleh Detty isterinya, lalu FS yang di Departemen Keuangan yang tampak makin botak dan makin gemuk sebagaimana layaknya pejabat.

Habis acara reuni kami sempat makan lagi di Tebet, semata karena merasa bahwa acara bersama dalam ruang besar tidak cukup membawa privacy kami untuk ngobrol panjang. Aku, ARB, FS dan AM. Sempat aku bilang soal rencanaku married tahun depan bersama dengan seorang wanita. AM bilang,”Wah, salut dengan kamu Fiq, yang lain baru sekali, bahkan ada juga yang belum, sementara kamu udah hampir dua kali”, kata AM.

To be continued

Selasa, 16 September 2008

Hari ke entahlah, Juz ke-8

Juz ini dimulai dari surat Al An’am ayat 111.
to be continued..

Hari ke entahlah, Juz ke-7 Al Qur'an

Dimulai dari surat Al Maidah ayat 83. Dinyatakan, “Dan apabila mereka mendengarkan Al Qur’an yang diturunkan Allah kepada Rasulullah, kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata karena ketakutan kepada Allah disebabkan kebenaran Al Qur’an yang telah mereka ketahui seraya berkata,’Ya Tuhan Kami, kami telah beriman kepadaMu dan kepada Al Qur’an yang telah Engkau turunkan kepada NabiMu Muhammad, maka catatlah kami bersama dengan orang-orang yang mendekatkan diri kepadaMu yang menjadi saksi atas KetuhananMu dan kebenaran NabiMu bahwasanya dia itu benar-benar Rasul utusanMu untuk manusia, dan bersama- sama dengan keadilan orang-orang mukminin yang menyaksikan golongan selain mereka nanti di hari kiamat”. Selanjutnya, “Maka Allah memberi mereka disebabkan perkataan yang mereka ucapkan dengan benar dan ikhlas itu dan permakluman keimanan mereka, surge yang mengalir sungai-sungai di bawah pepohonan dan bangunan-bangunannya. Mereka tinggal disana selamanya. Itulah balasan bagi orang yang melakukan kebaikan, yang ikhlas mengikuti kebenaran, dan baik perkataan maupun perbuatannya. Sebaliknya bagi orang-orang yang melanggar agama yang benar dan mendustakan agama maka mereka itu merupakan penghuni neraka Jahim.
Mengenai minuman khamar, dalam ayat selanjutnya dikatakan bahwa minuman ini akan mengakibatkan bisikan dan rayuan syetan agar melakukan pelanggaran dengan tetap minum khamar. Syatan bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara manusia dengan perantaraan minum khamar dan permainan judi terlebih dahulu. Sebab keduanya adalah pangkal dan penyebab utama kejahatan di dunia dan keduanya merupakan perusak agama karena keduanya dapat melupakan orang untuk mengingat Allah, shalat wajib, dan dapat menyepelekan urusan agama dengan melakukan urusan dunianya. Saat turun ayat ini maka Umar Ra dan beberapa sahabt langsung membuang khamar, yang sebelum ayat ini turun khamar bukanlah barang haram. Ditegaskan dalam ayat selanjutnya, “Dan taatlah kalian kepada Allah dan RasulNya di dalam menjauhi minuman keras, berjudi dan perbuatan-perbuatan haram lainnya. Jagalah diri kalian untuk selalu takut kepada Allah dan RasulNya. Jika kalian berpaling maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah untuk menyampaikan amanah Allah dengan terang”.
Ka’bah telah ditetapkan sebagia rumah suci dan pusat peribadatanhaji.
Sekali lagi Allah mengingatkan bahwa amat berat siksaNya kepada orang-orang yang melanggar perintah2Nya dan bahwasanya Allah maha Pengampun kepada siapa saja yang mau bertobat lagi maha Penyayang kepada mereka.
Ditegaskan pula bahwa Rasulullah tidak berwenang memberikan hidayah kepada manusia karena kewajibannya tidak lain hanyalah menyampaikan wahyu Allah kepada mereka sehingga jika mereka tidak mau mengikuti ajaran Rasul maka Rasul Allah tidaklah rugi, karena yang rugi adalah mereka sendiri. Allah mengetahui perbuatan maupun perkataan yang mereka munculkan dan niat serta tujuan yang mereka sembunyikan. Selanjutnya,”Katakanlah wahai Rasul bahwa tidak sama perkara yang haram dengan halal, orangkafir dengan mukmin, orang maksiat dengan orang taat, meskipun banyak perkara buruk yang menarik simpati hatimu. Maka bertaqwalah kepada Allah dengan menjauhi perkara haram dan menetapi perkara halal agar mendapatkan keberuntungan di dunia dan di akhirat”.
Dalam ayat lain diterangkan,”Hai orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan kepada Nabimu hal-hal yang jika diterangkan kepadamu justru dapat menyusahkanmu. Jika kalian menanyakan hal itu ketika Al Qur’an diturunkan maka niscaya akan diterangkan kepada kalian. Allah telah memaafkankalian tentangg hal itu, yang tidak dijawab oleh Al Qur’an karena Allah Maha Pengampun kepada orang-orang yang minta pengampunan lagi Maha Penyantun yang tidak menyegerakan siksa”. Ayat ini turun saat segolongan kaum menanyakan dengan maksud mentertawakan dan mengejek Rasulullah, seperti pertanyaan dimana untanya yang tersesat, siapa bapaknya, dll. Juga saat ada seorang yang menanyakan apa hukumnya ibadah haji tiap tahun, maka Rasulullah menjawab,”Jika aku katakana ya, maka melaksanakannya setiap tahun akan menjadi wajib dan kalian tidak akan mampu melaksanakannya”.
Oleh Allah telah ditegaskan,”Sesungguhnya telahada segolongan manusia sebelum kalian yang menanyakan tentang sesuatu yang tidak ada manfaatnya, kemudian ketika mereka diberikan jawaban tentang hukumnya, mereka tidak melaksanakannya. Dan mereka menjadi kafir karena tidak melaksanakannya. Sebagian dari orang2 Bani Israil juga menanyakan kepada pendetanya tentang sesuatu perkara yang sebenarnya tidak diperintahkan, namun mereka malah melakukannya”.
Selanjutnya,”Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul yang terdahulu sebelum kamu, sebagaimana kamu diperolok-olokkan dan diejek oleh kaummu wahai Rasul, maka turunlah kepada orang-orang yang telah mencemoohkan diantara mereka siksa karena mereka telah memperolok-olokkan siksa dan mempermainkannya”. Pada ayat berikutnya,”Katakanlah wahai Rasul kepada orang-orang yang mengejek dan mengolok-olok,’Berjalan-jalanlah kalian di muka bumi dan perhatikan bekas dan peninggalan orang terdahulu agar kalian tahu siksa apa yang mereka dapatkan. Dan perhatikanlah balasan yang diberikan kepada orang-orang yang mendustakan para Rasul mereka’. Dan kalian akan dihancurkan seperti mereka jika kalian mendustakan Rasul sebagaimana yang mereka lakukan.
Ayat berikut: Tanyakanlah kepada mereka,’Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi, dan siapa yang berha mengatur keduanya? Katakanlah,’Semuanya adalah kepunyaan Allah’. Meskpun mereka mengakuinya atau tidak mengakui hujjah yang ada pada mereka, Allah tetap berkuasa untuk menyiksanya, tetapi Dia telah menetapkan atas DiriNya kasih sayang sehingga tidak menyegerakan memberikan siksa, bahkan Dia akan menerima taubat ereka. Allah kemudian bersumpah bahwa Dia sungguh akan mengumpulkan dan menggiring kalian dari kubur menuju pada hari kiamat yang tidak ada keraguan akan kedatangannya. Orang-orang yang rugi dan tidak berguna penciptaannya adalah mereka yang kafir kepada Allah dan tidak beriman kepada RasulNya”.“Katakanlah wahai Rasul kepada penduduk Mekkah yang mengajakmu untuk menyembah berhala,’Bagaimana aku jadikan pelindung dan sesembahan selain Allah, padahal Dial ah yang telah menjadikan langit dan bumi, Dialah yang memberikan rejeki kepada manusia sesuai dengan kebutuhannya, dan Dia tidak meminta rejeki dari seorangpun karena Dia tidak membutuhkanmanusia untuk memberikanNya sesuatu, baik makanan ataupun yang lain. Katakanlah,’Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang pertama yang menyerahkan diri kepada Allah untuk beribadah. Dan dikatakan kepadamu,’Jangan sampai kamu menjadi orang musyrik yang menyekutukan Allah dengan makhluknya’.

Hari ke entahlah, Juz ke-6

Juz ini dimulai dari ayatayat terakhir surat An nisa, yakni ayat 148, yang diawali oleh penegasan bahwa Allah tidak menyukai ucapan-ucapan buruk seseorang yang diucapkan dengan keras, seperti mencaci dan mengumpat. Ayat selanjutnya,”Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan Rasul-rasulNya, beriman kepada Allah dan kafir terhadap sebagian Rasul2Nya, atau kafir pada keseluruhannya, membedakan antara beriman kepada Allah dan Rasul2Nya dengan mengatakan bahwa ’Kami beriman kepada sebagian Rasul dan ingkar kepada yang lainnya’. Mereka itu adalah Yahudi yang beriman kepada Musa dan ingkar kepada Nabi Muhammad dan orang Nashrani yang beriman kepada Kabi Isa dan kafir terhadap Muhammad, serta bermaksud mengambil jalanatau agama tengah diatara yang Iman dan Kafir. Ditegaskan olehAllah bahwa mereka benar-benar termasuk orang yang kafir. Tidak diragukan lagi, kekafiran telah menetap di dalam hati mereka dan Allah telah mempesiapkan hukuman bagi mereka. Sedangkan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul2Nya dan tidak membeda-bedakan seorangpun diantara merkea maka mereka akan diberikan pahala dengan sempurna.

Ayat diatas, dan beberapa ayat selanjutnya adalah cerita tentang perilaku kaum Bani Israil.

Hari ke entahlah, Juz ke-5 Al Qur'an

Juz ini dimulai dari surat An nisa ayat 24. Beberapa ayat penting pada juz ini, diantaranya bahwa rahmat dan hidayah merupakan hak prerogatif dari Allah untuk diturunkan kepada siapa seseorang yang dikehendakiNya. Namun demikian manusia yang telah diberikan berbagai potensi dan penciptaan yang begitu sempurna, dan telah diberikan informasi, berita, seruan dan peringatan maka manusia memiliki pilihan untuk memilih jalan yang diinginkannya. Ketika seseorang salah jalan dan kembali bertobat maka Allah menegaskan dalam firmannya bahwa “Allah hendak menerima tobat manusia yang telah kembali patuh untuk menjauhi maksiatNya, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kalian berpaling sejauh-jauhnya dari jalan kebenaran, dengan melakukan perbuatan haram dan tidak berpegang pada syara’ serta tidak mempedulikan lagi halal haram”.
Dalam ayat lain, Allah telah memperingatkan terhadap perolehan harta yang haq dan bathil, dari sisi prosesnya maupun produknya, Allah berkali-kali memperingatkan pada juz ini, diantaranya,”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil harta orang lain dengan jalan yang haram yang tidak sesuai dengan syara’ seperti riba, judi, ghasab dan menipu. Akan tetapi kalian boleh mengambil harta orang lalin dengan jalan perdagangan yang berdasar asas saling ridha dari kedua belah pihak dan selama masih tidak keluar dari koridor syara’. Lagi-lagi tafsir dari jalanyang bathil (bil bathiil) dalam ayat ini ditafsirkan sebagai aktivitas yang termasuk diantaranya adalah riba. Selanjutnya, “Barang siapa yang mengambil harta orang lain dengan sengaja dan dengan niat melanggar serta dzalim dengan tanpa adanya hak, seperti merampas, menghasab atau membunuh orang lain dengan sengaja dan dendam permusuhan, bukan karena melakukan qishas atau membunuh orang yang murtad maka Kami akan memasukkannya ke dalam neraka kelak di akhirat. Siksa yang demikian itu mudah bagi Allah dan tidak ada yang dapat melemahkanNya.
Beberapa larangan dan peringatan dalam ayat selanjutnya diantaranya,”Jika kalian wahai orang-orang yang beriman, menjauhi dosa-dosa besar yang dilarang, yaitu yang telah diberikan ancaman dalam syara’ bagi yang melakukannya, seperti menyekutukan Allah, membunuh, berzina, dan mencuri, maka Kami akan menghapus dosa-dosa kecil kalian dan kalian akan kami masukkan surge sebagai tempat yang bagus dan diridhoi”. Larangan lainnya, “Janganlah kalian iri hati kepada orang lain dan terimalah terhadap apa yang telah diberikan Allah kepada kalian.
Ayat penting lainnya adalah menganai kedudukan dan pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan. Ayat ini demikian halus, lembut dan penuh dengan perasaan tentang bagaimana pembagian tugas, peran, implikasinya dan keluarga. Laki-laki menjadi pemimpin yang bertanggungjawab epada kaum wanita karena dua hal, pertama karakteristik fisik yang dimilikinya, yang kedua adala kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dan nafkah seluruh keluarganya. Sedangkan wanita yang shalihah adalah yang patuh kepada Allah dan suaminya, memelihara diri dan anak-anaknya, membelanjakan harta dengan tidak berfoya-foya, oleh karena Allah telah memelihara dan membantu mereka, juga Allah telah memerintahkan mereka untuk dijaga,dan memerintahkan kepada suami untuk memenuhi hak-hak isteri seperti berbuat adil dan baik kepada mereka. Wanita-wanita yang tidak taat, maka agar diingatkan dengan memberikan kabar gembira tentang pahala bagi wanita yang taat dan agar diberitakan tentang siksaNya untuk perbuatan yang tidak taat. Dan agar pisah ranjang apabila tetap tidak taat juga, dan diperbolehkan memukul dengan pukulan ringan yang tidak menyakitkan apabila tetap nekad juga. Sedangkan apabila wanita itu kemudian taat maka janganlah menyusahkan mereka baik dengan perkataan maupun perbuatan, karena dzalim adalah perbuatan yang haram. Selanjutnya,”Janganlah kalian memaksa para wanita itu untuk mencintaimu karena cinta yang didapatkan dengan cara seperti itu tdaklah baik dan bukan merupakan keinginan mereka sendiri. Sesungguhnya Allah Mahatinggi yang dapat memaksa lagi Mahabesar yang berkuasa. Asbabun Nuzul ayat ini adalah saat seorang wanita mengadukan suaminya kepada Rasulullah karena telah memukul dirinya. Rasulullah memerintahkan hukuman qishas kepada suaminya, lalu turunlah ayat ini, sehingga suaminya tidak jadi diqishas.
Allah juga memerintahkan, “Sembahlah Allahdengan sungguh-sungguh danjanganah kalian mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun. Taat dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak yatim yang ditinggal mati orang tuanya saat masih kecil, orang miskin, tetangga yang dekat rumah, tetangga yangdekat nasabnya meskipun nonmuslim, ibnu sabil dan hamba sahaya. Sesungguhnya Allah akan membalas orang-orang yang sombong dan membanggakan diri di hadapan manusia”. Selanjutnya, “Orang sombong dalah mereka yang kikir dan tidak mau mengeluarkan kewajiban dan hak hartanya dan menyuruh orang lain untuk tidak menginfakkan hartanya fii sabilillah dan memyembunyikan karunia Allah berupa ilmu dan harta yang telah diberikanNya kepada mereka dan menampakkan kemiskinan kepada orang lain dengan harapan orang lain tidak mengharap bantuannya. Kami telah menyediakan siksa yang menghinakan untuk orang-orang kair”. Ayat ini ada yang menafsirkan sebagai gambaran bahwa ulama Bani Israil sangat pelit untuk mentransfer ilmunya sehingga tampak jelas betapa kikirnya mereka. Namun kebanyakan mufassir berpendapat bahwa ayat ini diturunkan kepada orang-orang Yahudi yang menyembunyikan sifat-sfat Nabi Muhammad Saw dan tidak membeberkannya kepada orang banyak, padahal mereka telah mengetahuinya dari yang tertulis pada kitab-kitab mereka.
Orang-orang yang menafkahkan harta mereka karena riya’ (agar dilihat orang) dan sum’ah (agar didengar orang lain), dan orang-orang yang tidak beriman hanya kepada Allah dan kepada hari akhir, seperti orang-orang munafiq, merkea adalah teman-teman syetan. Barang siapa yang menjadikan syetan sebagai temannya maka syetan itulah teman yang paling buruk dan yang akan menemaninya di neraka, karena syetan telah membisikinya untuk melakukan perkara-perkata yangmerusak sepeti sombong, kikir dan riya’.
Ayat selanjutnya, Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seorang pun dengan mengurangi pahalanya sekalipun seesar zarrah. Dia juga tidak akan menambah siksaNya sebesar zarahpun. Jika zarrah itu adalah amal kebaikan maka Allah akan melipatgandakannya, namun bila itu adalah amal yang buruk maka Allah tidak melipatgandakannya. Dan karena karuniaNya, Dia memberikan pahala yang tidak terbatas terhadap amal shalih.

Jumat, 05 September 2008

Hari ke-4 Ramadhan dan Juz ke-4 Al Qur'an

Membaca beberapa bagian juz ini, sejujurnya aku merasa betapa kompleksnya masalah yang aku hadapi ke depan, dan pada malam ini aku mulai merenungkan tentang paradigma tertentu dalam bekerja, yang selama ini nyaris tak pernah aku pikirkan. Di salah satu ayat, aku lupa ayat berapa, “Janganlah kalian bermuamalah dengan cara riba dan jangan makan riba dengan berlipat ganda sebagaimana yang dilakukan pada jaman jahilyah. Takutlah akan siksa Allah karena memakan riba supaya kalian mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat”. Asbabun Nuzul ayat ini, saat itu orang melakukan praktik kredit. Jika waktu pembayaran mereka meminta tambahan bayaran sebagia kompensasi kerena mereka telah menenggang waktu pembayaran.

Aku bekerja di sebuah institusi perbankan, yang siapapun tahu, dalam sistem ekonomi global dan modern saat ini, tidak mungkin suatu perekonomian atau suatu negara bisa dilepaskan dari pentingnya peran bank, baik itu dalam kajian akademis maupun dalam implementasi bisnis. Perbankan telah menjadi bagian yang cukup sentral dalam ekonomi modern saat ini, dan tidak ada suatu negara pun yang terlepas dari peran institusi ini, karena bank adalah instrumen penting dalam implementasi kebijakan ekonomi dan moneter, dalam penciptaan uang giral, peredaran uang kartal, menjaga inflasi, mengedarkan uang, memperlancar transaksi bisnis, mendorong ekonomi, intermediary antara orang yang membutuhkan dana dengan orang yang kelebihan dana, perantara dalam transaksi bisnis internasional semisal letter of credit atau bank garansi, tempat orang menabung dan menarik dengan gampangnya melalui atm, transaksi ekrpor dan impor, swaps, futures, contract dan produk derivatif lainnya, berbagai jasa-jasa keuangan yang selalu berkembang dari waktu ke waktu, tempat orang menanamkan investasi, bahkan kalau di negara-negara yang baru, produk-produk derivatif dan hybrid pun ditelurkan oleh Bank. Perguruan tinggi yang terkemuka di dunia, seperti Harvard University, Stanford University, University of Pensylvania, Kellog School, beberapa diantaranya yang leading dan menjadi sekolah bisnis dunia karena berkembangnya teori-teori mutakhir dalam bisnis dan ekonominya. Demikian halnya universitas terkemuka di Indonesia, UI dan UGM misalnya menjadi leading antara lain berkat peran fakultas ekonomi, dimana telah banyak menyumbangkan pakar-pakar ekonominya menjadi arsitek pembangunan ekonomi di Indonesia sejak jaman dahulu, semenjak istilah Mafia Berkeley dari UI yang terdiri dari Sumitro, M. Sadli, JB. Sumarlin, Widjojo Nitisastro dan mungkin sampai dengan anak turunnya sekarang semacam Sri Mulyani, yang menjadi orang-orang penting dalam cetak biru pembangunan ekonomi Indonesia. Dari UGM pun, semenjak aku kuliah disana, dosen-dosen yang mengajar adalah para pakar yang tidak terlepas dari perannya menjadi penentu berbagai kebijakan ekonomi Indonesia dari dulu sampai sekarang. Aku ingat, malam pertemuan pertama sebagai mahasiswa baru kita diundang makan malam oleh Pak Gunawan Sumodiningrat dan Pak Boediono di rumahnya, yang saat ini juga menjadi orang penting di balik kebijakan ekonomi Indonesia. Yang lebih yunior misalnya Anggito Abimanyu, Tony Prasetiantono, Mudrajat Kuncoro dan lain sebagainya. Aku cukup akrab dengan beliau semasa di Jogjakarta. Entah karena trend bisnis, atau mencari solusi syariah sebagai counter bank konvensional, atau sekedar ikut-ikutan, atau untuk alasan yang lebih fundamental dari itu, aku ikut serta meski dengan kontribusi hanya sekadar ikut RUPS dari tahun ke tahun karena mirip reuni alumni, dimana para alumni mendirikan sebuah Bank yang dikelola dengan prinsip-prinsip Syariah, yang dikelola oleh orang-orang yang level kredibilitas di bidang bisnis, ekonomi dan syariahnya tidak diragukan lagi. Pak Karnaen Perwataatmadja yang mantan Direktur Islamic Developman Bank di Dubai, Pak Sjahril Sabirin mantan Gubernur BI, Pak Fuad Bawazier mantan Menteri Keuangan, Pak Marzuki Usman entah mantan menteri apa, Pak Djoko Santosa mantan Dirut BRI, Salahuddin Nya’ Kaoy mantan Dirut BankExim, Pak Rudjito mantan Dirut BRI, Pak Widigdo dan Pak Saifuddin Hassan yang mantan Dirut BNI, Mbak Hasanah yang di usianya yang sudah makin tua namun masih terlihat cantik, seorang yang mantan orang penting IBM, dan masih banyak lagi. Aku salah satu diantara yang cukup rajin ikut Rapat Pemegang Saham Bank BPR Syariah ini. Karena dikelola oleh orang-orang kredibel dan profesional, sempat beberapa tahun mendapat predikat terbaik untuk level BPRS dari Bank Indonesia.

Waduh, illustariku ini mungkin sudah terlalu melebar, intinya, dalam kajian secara akademis pun, tidak mungkin ada level ekonomi yang tidak ada peran Bank disitu, sebagai intermediary institution, sebagia salah satu instrumen penting dalam implementasi kebijakan moneter, yang berperan penting dalam penciptaan uang beredar, uang giral, berperan penting dalam transaksi keuangan modern dan bisnis. Salah satu peran penting Bank dalam mengembangkan ekonomi yang masih konvensional seperti di Indonesia adalah bisnis kredit. Dan inilah dunia yang nyaris aku tekuni semenjak aku masuk dan bekerja di Bank. Semenjak masuk, aku sudha dikenalkan dengan berbagai metode dan cara mengenal nasabah, memasarkan kredit, menganalisa aspek kelayakan kredit, mengelola portfolio kredit, restrukturisasi kredit, dan sebangsanya. Urusan2 kredit sejak jaman dahulu kala hingga sekarang dapat dikata hanya itu-itu saja, nyaris tanpa ada perkembangan yang berarti. Intinya, bagaimana meng-create interest income melalui berbagai peluang bisnis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis.

Dan itulah salah satu ayat yang aku baca malam ini, telah ditegaskan dalam Al Qur'an yang semalam telah aku baca secara langsung, meski dengan tingkat dan intensitas yang tidak terlalu tinggi. Setidaknya, dalam suasana ramadhan ini, barangkali, Insya Allah, semoga, mata hatiku menjadi terbuka saat membaca firmanNya. Selama ini aku mungkin tidak sekadar berapologi ketika orang mengatakan bahka bunga bank adalah haram dan termasuk dalam kategori riba. Aku tidak sekadar berapologi karena aku berkeyakinan bahwa itu tidak benar, karena ya itu tadi, tidak ada sistem ekonomi global manapun saat ini yang lepas dari peran Bank, dan kalau saja bunga bank adalah haram, lalu sistem ekonomi juga haram, karena sedikit atau banyak adalah sama saja, lalu pelaku2 ekonomi juga haram, lalu siapaun yang berurusan dengan para pelaku ekonomi dan keluarganya, lalu relationship bisnis yang berkembang dalam segala derivasinya, waduh segalanya menjadi amat sangat rumit kalau dikatakan bahwa bunga bank adalah riba. Selama ini dengan tegas aku menolak, karena ada ayata, ‘tinggalkanlah yang ragu-ragu’. Sehingga akupun meninggalkan keraguan sedikitpun bahwa bunga bank bukanlah riba, karena Bank sangat penting dan salah satu pilar dalam membangun ekonomi suatu bangsa, yang tidak mungkin suatu negara bisa terbangun ekonominya, masyarakat dan pelaku bisnis bisa menjalankan bisnisnya dengan lancar tanpa peranserta dari lembaga/institusi Bank ini. Lalu secara kajian syariah, akupun selama ini menggunakan hujjah dan fatwa dari, misalnya Muhammadiyah yang menghalalkan bunga bank. Selama ini aku berkata, bukankah Muhammadiyah sangat banyak pakar, dari pakar agama, pakar kitab kuning klasik sampai kitab biru termutakhir, dari profesor di bidang syariah dan fiqh sampai profesor di bidang ekonomi dan bisnis. Dan bukankah ulama memiliki hak untuk mendapatkan pahala dua seandainya benar dalam fatwanya, sebaliknya mendapatkan hak pahala satu seandainya ternyata fatwanya salah, dan bukankah umat memiliki keleluasaan hak untuk mengikuti apa kata dan fatwa ulama. Dalam hal ini selama ini aku menggunakan Muhammadiyah yang menghalalkan bunga bank. Sehingga dengan penuh keyakinan diri aku berangkat ke kantor, bersemangat untuk belajar dan bersyukur saat disekolahkan untuk belajar investment banking suatu ilmu yang lebih complicated lagi dibanding bisnis bank yang konvensional, lalu pulan kantor dengan penuh keyakinan diri juga, saat menerima gaji juga penuh dengan keyakinan yang tinggi bahwa ini adalah hallalan thayyiban. Mulai malam ini terus terang saja, mulailah gejolak keraguan diri ini, terbukanya mata hati, bukan mata yang melihat, tapi mata batinku yang mulai mempertanyakan diri, benarkah sikapku selama ini bahwa aku bekerja di area putih, seandainya di dunia ini hanya ada area putih dan hitam. Mata hatiku mulai ragu, benarkah di area utih, dan bukan di grey area, kombinasi antara hitam dan putih.

Segalanya menjadi makin complicated saat aku memikirkan apa yang harus aku lakukan. Sebagai orang yang bekerja di perbankan apalagi bekerja di bagian kredit, salah satu fasilitas yang aku dapatkan selama ini adalah mendapatkan fasilitas kredit dari bank tempat aku bekerja, secara non komersial. Entah ini lebih dilakukan oleh Bank untuk memberikan fasilitas kepada pegawainya, atau justru untuk mengikatkan pegawai agar sulit keluar dari bank. Semenjak mulai bekerja sampai sekarang, aku sudah menikmati ratusan juta rupiah, dan saat ini pun future receivable cashflowku ke depan masih terikat oleh kewajiban untuk mengembalikan kredit ke Bank. Betapa menjadi complicated ketika seharusnya saat menjelang divorce kemaren antara aku dan dia membagi hak secara adil, sehingga hak dan bagian kita masing-masing bisa digunakan untuk melunasi kredit, untuk selanjutnya terserah pada kita, apakah mau keluar dari bank dan mencari pekerjaan baru atau langkah lainnya. Namun yang terjadi, saat itu mungkin aset yang kita miliki kutaksir berkisar pada angka Rp. 1 miliar, terdiri dari beberapa properti, rumah di kompleks Telkom Jatiasih, rumah di Graha Harapan Bekasi Timur, rumah di kompleks Bekasi Jaya Indah, ruko di Bekasi Plaza, dan mobil, juga uang cash, ternyata dalam waktu yang cepat, dikuasainya, dilikuidasinya, disembunyikannya dan digunakannya dalam alokasi yang tidak jelas. Dan saat ini hanya tinggal aset tersisa yakni ruko di Bekasi Plaza yang tidak produktif dan kurang punya nilai prosek bisnis, lalu rumah di Bekasi Jaya, itupun betapa sangat-sangat bernafsunya dia untuk menguasai, dengan menghalalkan segala cara. Yah, aku tidak munafik, saat ini aku juga memerlukan, dan kenapa menjadi relevan, karena seandainya saja hutangku di kantor bisa aku cover dari sisa pembagian harta bersama ini mungkin saja hal ini bisa menyelamatkan hidupku kelak, siapa tahu. Minimal aku bisa melangkah dengan lebih tenang, bekerja bukan lagi di area yang abu-abu.

Waduh, ekplorasi pada bagian ini mungkin sudah teralu melebar dan tidak sistimatis, karena ini hanya salah satu bagian yang aku baca dari juz ini. Okelah, juz 4 ini dibuka pada ayat ke-92 surat Ali Imran, dimana Allah telah menyampaikan kepada umatNya bahwa tidak akan mendapatkan kebaikan yakni surga, sampai saat kita menyedekahkan harta yang terbaik yang kita sukai. Infak yang paling baik dan paling mulia adalah dengan memberikan kepada keluarga dan kerabat. Apa yang kita sedekahkan maka Allah akan mengetahui dan membalasnya.

Selanjutnya, dalam beberapa ayat ke depan, lebih banyak memberitakan tentang sikap orang-orang Yahudi saat-saat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad muncul di dunia, dan mereka menyembunyikan diri apa-apa yang sebenarnya telah mereka ketahui dari Taurat tentang kebenaran Islam. Ada segolongan Yahudi yang mengingkari kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad yang sebenarnya telah diberitakan dalam kitab-kitab mereka, lalu mereka melakukan berbagai tipu muslihat dan Dia akan membalasnya yang kepada mereka sebenarnya telah diberitakan kebenaran Nabi Muhammad. Namun ada pula sebagian diantaranya mereka yang beriman, membaca ayat-ayat Al Qur'an d tengah malam dan mereka melakukan shalat. Mereka melakukan shalat karena Allah semata dan mereka jua bersujud dengan khusyu dan khidmad, mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar, dan bersegera melakukan kebajikan. Mereka itu bersama dengan orang-orang shalih, yaitu para sahabat. Kepada mereka telah disampaikan,"Benar apa yang telah difirmankan Allah dan ikutilah ajakan Nabi terakhir, Muhammad yang mana dia aalah pengikut agama Ibrahaim yang hanif, yaitu orang yang berpaling dari batil menuju kebenaran dan berpaling dari akidah syirik menuju tauhid.

To be continued..

Rabu, 03 September 2008

Hari ke-3 Ramadhan dan Juz ke-2 dan ke-3

Hari Rabu, hari ke-3 puasa ramadhan, program khatam Al Qur'anku ternyata masih keteteran untuk masalah tafsirnya. Baca Qur'annya sih udah 4 juz, tapi tafsirnya masih sangat nihil dan tidak sistimatis. Ternyata bukan hal yang mudah. Dalam keterbatasan waktu yang ada, di tengah-tengah kesibukan kantor yang mulai padat, kondisi jalan yang seperti biasa selalu macet, perkara hukum yang masih belum tuntas namun dalam proses penyelesaian oleh lawyerku, mudah-mudahan aku masih bisa memprioritaskan programku ini. Mudah-mudahan mata hatiku dapat terbuka, terutama di bulan yang penuh berkah dan ampunan ini. Okelah, aku coba eksplor materi pada juz 2 dan 3 sekaligus, yang diri ini masih belum sistimatis dalam membaca, memahami, menangkat dan tentu saja dalam menyajikannya.

Juz 2 ini dibuka dengan ayat turun sebagai sebagai jawaban dan respon Allah swt atas permohonan Nabi Muhammad, yang mengharapkan agar arah kiblat diubah dari Baitul Maqdis ke arah Masjidil Haram. Perubahan ini sekaligus untuk membedakan antara kiblatnya Umat Islam dengan orang Yahudi yang menghadap kepada Baitul Maqdis dan orang Nasrani yang menghadap arah terbitnya matahari. Allah berfirman dalam salah satu ayatnya, menyeru kepada tiap muslim dari manapun, di daratan, di lautan, di arah barat maupun timur, agar ketika shalat menghadap ke Masjidil Haram. Ketentuan ini merupakan hak Allah dan tidak perlu diragukan lagi, dan Dia sama sekali tidak lengah dan melupakan apa-apa yang dilakukan oleh umatNya.

Dalam ayat yang lain, yakni 152 Allah berfirman, fadkuruni adhkurkum waskuruli wala takfurun, Oleh karena itu manusia ingatlah kepadaku maka niscaya Aku pun ingat kepadamu. Bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu ingkar kepadaKu. Syukur adalah mengetahui, memahami, merasakan adanya kebaikan dari Allah dan mengafirmasikannya. Janganlah kalian mengingkari nikmatKu karena kalian dapat terhalang untuk mendapatkannya kembali. Ingkar bermakna menutupi dan tidak mengakui nikmat sehingga dapat mengakibatkan Allah menarik kembali nikmat itu.

Ayat 153, Yaa ayyuhalladzina amanus ta’inu bis shobri was sholat, Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar sebagai pijakan dalam menjalankan tugas dari Allah yang telah diwajibkan kepadamu seperti jihad dan shalat. Dengan menjalankan shalat, seorang akan lebih kuat hubungannya dengan Allah, dapat mengeluarkannya dari kesempitan dan dapat megeluarkannya dari kesusahan. Sesungguhnya Allah akan meolong orang-orang yang sabar.

Selanjutnya, pada ayat 154, Allah menurunkan ayat ini pada saat beberapa sahabat gugur dalam perang Badar. Pada saat orang-orang membicarakan tentang mereka yang syahid ini dengan mengatakan,"Fulan telah mati. Hilanglah kenikmatan dan kelezatan hidup di dunia. Maka turunlah ayat ini, Janganlahkalian menganggap orang-orang yang gugur di jalan Allah itu telah mati, bahkan sebenarnya mereka itu hidup menyaksikan jasad dan hilangnya ruh mereka.

Ayat 155 Allah menegaskan tentang ujian yang akan diberikanNya kepada umatnya. Sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian untuk mengetahui kadar keimanan kaliana dengan mendatangkan ketakutan (dari serangan musuh), kelaparan (dari resesi, krisis ekonomi, pacelik), kekurangan harta, hilangnya nyawa dengan mati terbunuh saat jihad atau karena penyakit, kekurangan gizi dan vitamin. Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar tentang surga, pengampunan dan rahmat. Dilanjutkan dengan ayat selanjutnya, orang-orang yang sabar apabila ditimpa musibah merka akan mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, kita adalah hamba Allah dan akan kembali kepadaNya kelak setelah mati. Lalu ayat selanjutnya, Orang-orang sabar itu akan mendapatkan pengampunan dan pujian dari Allah Swt, juga akan memberikan tambahan rahmat dan kebaikan yang berlimpah ruah. Mereka itulah yang akan mendapatkan petunjuk.
Ayat 164 merupakan peringatan kepada manusia tentang kekuasaan Allah. Inna fi khalqissamawati wal ardhi wakhtilafillaili wannahari wal fulkillatii tajrii bima yanfa’unnasa wama anzalallahu minassama’i…, Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya, keajaiban2 makhluk yang menempatinya, silih bergantinya malam dan siang dengan gelap dan terang, panas dan dingin, panjang dan pendek, saling memberikan pengaruh bagi keduanya, bahtera yang berlayar di laut dan berguna bagi manusia untuk alat transportasi dan untuk membawa barang dagangan dan lainnya, dan Allah turunkan dari awan berupa air, es dan lainnya, lalu dengan itu Dia hidupkan tumbuh-tumbuhan setelah keringnya dan Dia sebarkank ke seluruh penjuru, dan awan yang dikendalikan oleh kekuasanNya. Pada saat yang demikian itu, sungguh terdapat tanda-tanda wujud dan keesaan Allah swt bagi orang yang mau berpikir. Dilanjutkan pada selanjutnya, Adapun bagi orang-orang yang tidak berpikir tentang itu, yaitu kaum musyrikin yang telah menjadikan selain Allah sebagai sesembahan, baik dalam bentuk gambar, berhala, benda mati lainnya yang mereka mencintainya sebagaimana orang Mukmin mencintai Allah. Namun orang Mukmin tetap lebih mencintai Allah dibandingkan mereka mencintai tandingan dan tuhan buatan mereka itu. Seandainya orang-orang yang berbuat dzalim kepada dirinya itu, yang disebabkan oleh kekafiran dan kecintaan mereka terhadap tandingan Allah, melihat siksa di hari kiamat, maka mereka tidak akan mencintai tandingan-tandingannya itu. Mereka pasti mengakui bahwa seluruh kekuatan adalah milik Allah dantidak ada kekuatan selain kekuatan milikNya. Allah mempunyai siksa yang amat berat kepada mereka.

Berlanjut pada ayat 166, Ternyata para pemimpin kafir itu telah melepaskan tanggungjawabnya dari orang-orang yang mengikutinya di hari kiamat, yaitu ketika mereka dihakimi di akhirat. Ketika hubungan yang terjalin diantara mereka di dunia untuk saling membantu telah terputus sama sekali. Lalu, Berkatalah orang-orang yang mengikuti mereka,"Seandainya kami dapat kembali ke dunia pasti akan melakukan amal kebaikan dan kami akan melepaskan diri dari para pemimpin kafir yang telah menipu kami sebagaimana mereka berlepas diri dank am ketika mereka melihat siksa". Demikianlah Allah swt memperlihatkan kepada mereka amal perbuatan yang buruk yang mereka kerjakan di dunia menjadi penyesalan bagi mereka. Sekali-kali mereka tidak akan bisa keluar dari api neraka. Sebab mereka akal kekal di dalamnya karena kekafiran dan kecintaan mereka kepada tandingan2 Allah.

Ayat 168-169, Hai manusia, makanlah apa yang telah diciptakan Allah di bumi yang halal dan lezat! Janganlah kalian mengikuti jalannya dan cara setan yakni ajakan untuk maksiat, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Sebab sesungguhnya setan telah menabuh perang melawan kalian. Dilanjutkan ayat 169, Sesungguhnya setan itu menyuruh kalian untuk berbuat jahat dan seluruh perbuatan yang berbau maksiat dan berdampak negative. Perbuatan keji adalah perbuatan maksiat yang paling buruk seperti zina, membunuh, perbuatan dosa besar lainnya dan menyuruh kalian untuk menghalalkan perkara haram dan mengharamkan perkara halal dengan mengangga semua itu sebagai perintah syara’.

Ayat 170. Bila dikatakan kepada orang-orang kafir,"Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah kepada rasulNya yaitu Al Qur’an, hikmah, beriman kepada Allah dan rasulNya," mereka menjawab,"Kami tidak akan mengikuti agamamu, tetapi kami hanya mengikuti agama nenek moyang kami yang telah kami dapati. Allah swt kemudian menjawab perkataan mereka itu,"Apakah kalian juga akan mengikuti juga, walaupun nenek moyang yang kalian ikuti itu tidak mengetahui suatu apa pun tentang agama dan rahasianya dan tidak mendapat petunjuk kebenaran, kebaikan dan kebahagiaan?". Selanjutnya, Perumpamaan orang yang menyeru kepada orang kafir yang hanya membeo kepada nenek moyang mereka dan mengajak supaya mereka beriman, seperti seorang penggembala yang memanggil unta dan doma yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan yang dekat saja, yaitu dengan mendatangi dan mengagetkannya. Memanggil mereka dari jauh hanya membuang suara saja karena mereka tidak paham. Mereka tuli dari mendengar kebenaran dan bisa sehingga tidak bisa mengatakan kebaikan dan buta sehingga tidak bisa mengklasifikasikan permasalahan dengan jelas bahkan mereka mencampuradukkannya seperti binatang. Bagaimana mereka bisa mengerti apa yang dikatakan kepada mereka atau paham terhadap ajakan menuju kebenaran dan keimanan?

Juz 3, dibuka dengan pada ayat 253 yang memberitakan betapa Allah telah menurunkan para Nabi dan Rasul dengan berbagai keistimewaan dan mujizat yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Mereka memiliki karakteristik dan biografi yang berbeda satu sama lain. Diantara mereka ada yang diajak berbicara langsung denganNya seperti Nabi Musa dan Nabi Muhammad. Sebagian mereka ada yang diangkat derajatnya oleh Allah seperti Nabi Idris, Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad. Sedangkan kepada nabi Isa putera Maryam beberapa mujizat seperti pada Ali Imran ayat 49, seperti kemampuan untuk menghidupkan kembali orang yang telah mati, menyembuhkan orang yang sakit, memperkuatnya dengan Ruhul Quddus yaitu Malaikat Jibril. Akan tetapi umat para nabi itu berselisih setelah datangnya bukti kebenaran kepada mereka kemudia nsaling membunuh. Seandainya Allah menghendaki mereka untuk tidak saling bunuh setelah berbeda pendapat maka mereka tidak akan saling membunuh. Akan tetapi, Allah bebuat apa yang dikehendakiNya karena setiap ketetapanNya ada hikmahnya dan tidak ada yang dapat menolak keinginanNya maka Dia berbuat sesuai yang dikehendakinya.

Ayat 254 mmerintahkan orang beriman untuk melakukan infaq seuai dengan kadar kemampuan sebagian dari rejei yan telah diberikan Allah agar memperoleh pahala di akhirat nanti sebelum datangnya hari kiamat yang pada saat itu tdak ada lagi jua beli. Pada saat itu juga tidak ada lagi persahabatan yang membawa kemanfaatan. Orang-orang kafir telah menzalimi mereka sendiri dengan mendustakan Rasul dan melanggar perintah Allah. Dilanjutkan pada ayat 255, Pahahal hanya Allahlah yang layak dan patut untuk disembah, yang Hidup Kekal terus menerus, mengurus dan menjaga dan mengarahkan makhluk2Nya, tidak mengantuk, tidak terlena dan tidak tidur. Dialah yang memiliki langit dan bumi.

Ayat, 256, tidak ada paksaan untuk masuk agama Islam. Sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan kebenaran (keimanan dan hidayah) dengan jalan yang sesat dan kebodohan yang timbul dari keyakinan yang salah. Dilanjutkan ayat 257, bahwa Allah Penolong dan Pelindung orang2 yang beriman. Dia melindungi, member pertolongan dan mendukung mereka. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kekafiran, keragua-raguan dan kebdohan kepada hidayah, iman dan ilmu. Sebaliknya orang2 kafir, pelindungnya yakni pemmpiun kesesatan dan para setan yang telah mengeluarkan mereka dari cahaya yang merupakan fithrah yang diberikan Allah kepada kegelapan kekafiran, kemaksiatan dan kebodoha, mereka akan menghuni neraka selama2nya.

Pada ayat 261, Allah memberikan perumpamaan bahwa orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah dengan tujuan mencari ridha Allah adalah bagaikan orang yang menanam sebutir benih yang dapat menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap2 bulir menghasilkan seratus biji. Allah melipatgandakan pemberianNya bagi siapa saja haba yang dijehendakiNya. Allah maha luas karunia dan pemberianNya lagi maha mengetahui niat hambaNya yang mau berinfaq dna maha mengetahui ukuran barang yang diinfakkannya. Dilanjutkan ayat berikutnya…

Selasa, 02 September 2008

Hari ke-2 Ramadhan

Tenggg..., semacam itulah, begitu signal tanda berakhirnya waktu kerja di kantor, jam 16.00 akupun segera mematikan komputer, dan sesegera mungkin berbenah untuk pulang ke rumah. Tak perlu berlama-lama lagi di kantor, yang lebih banyak membuang waktu secara 'tidak produktif', karena ada program sebulan ini yang harus aku selesaikan, dan itu tidak mungkin dilakukan di kantor. Ternyata di jalanan cukup macet, lebih dari hari sebelumnya. Namun, alhamdulillah, akhirnya ak masih bisa menjalani maghrib di masjid besar alum-alun Bekasi. Sampai rumah, buka puasa dan langsung tarawih. Begitu selesai tarawih, handphoneku berteriak, ternyata sms dari teman smp, pengelola blog, Yayuk. "Fiq, tolong elu kirim satu dua artikel hikmah ramadhan untuk ditayangkan besok ya. Please, saat ini panitia gak ada stok tulisan". Waduh!! Ini soal rencana reuni teman-teman smp, yang kita udah hampir 20 tahunan tidak ngumpul. Dalam satu dua bulan terakhir kita rame berbincang di dunia maia melalui blog yang dibuat oleh salah satu teman, Inti Purnomowati, yang tinggal di Malang. Waduh, aku bilang belum ada tulisan. Tapi aku sampaikan, malam ini akan kuusahakan menyelesaikan apa yang dia minta. Sepulang tarawih, aku masih ada agenda discuss dengan lawyerku, yang ternyata sampai jam 23.00. Tengah malam, di tengah-tengah rasa capek dan kantuk, aku coba selesaikan tulisan untuk teman-teman smp, sebagaimana yang aku janjikan untuk Yayuk dan Inti. Sekitar tengah malam, selesai aku bikin draft tulisan yang masih belum rapi, alhamdulillah masih bisa menyelesaikan program Khatam Al Qur'an dan Tafsirnya. Sudah sampai pada QS Ali Imran sekitar 30an ayat, berarti nyaris 4 juz. Lumayan, mengingat masih hari ke-2 puasa. Hanya saja memang, belum sempat baca dan memahami tafsirnya. Lalu otomatis, ketiduran. Dan pagi ini, sesampai di kantor, aku sudah bisa rapikan tulisan untuk teman smp dimaksud dan segera aku send tulisan itu. Inilah dia...

Jadikan Sabar Sebagai Hikmah Puasa Ramadhan
M. Taufiq El Rahman

Judul diatas semestinya adalah “Jadikan Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu” sebagaimana ayat Wasta’iinu bis shobri was sholat. Karena padanan kata sabar biasanya adalah shalat. Namun, demi memenuhi permintaan khusus dari rekan Yayuk dan Pengelola Blog untuk mengisi rubrik hikmah ramadhan di blog reunismpsatuwonogiri.com ini, agar tidak kehilangan relevansi dengan ibadah puasa yang sedang kita laksanakan, persoalan sabar saya coba jadikan target sebagai hikmah yang mestinya bisa kita dapatkan dalam puasa.

Selama ini orang seringkali salah menafsirkan kata sabar, dimana sikap ini dipandang sebagai sikap yang statis, pesimis, pasif dan no choice. Sehingga kata-kata sabar mengalami pergeseran dan pendangkalan makna yang luar biasa dan semakin jauh dari konteks yang sebenarnya. Kita lihat saja, biasanya orang mengatakan kepada temannya saat sedang sedih dengan kondisi yang ada, misalnya, ”Sudahlah teman, sabar saja.. Wonogiri emang daerah yang kering dan minus, jadi ya sabar saja. Habis mau gimana lagi”, atau dalam kata-kata lainnya, “Sudahlah, kemampuan kita emang hanya sampai segini, jadi ya sabar saja”. Sebuah nasihat yang tampaknya sangat bijak, namun apakah diucapkan dalam konteks dan makna yang tepat?
Padahal sesungguhnya sabar adalah suatu sikap aktif, dinamis, ada unsur gerak, action, dan bukannya diam, statis, pasif dan no choice sebagaimana kata-kata diatas. Dan sabar bukanlah sikap pasif dan jelas disebut dalam Al Qur’an sebagai hal yang tidak mudah untuk dilakukan, kecuali tentunya bagi orang yang beriman. Tidak kurang 50 ayat dalam Al Qur’an yang memerintahkan kepada umatnya untuk bersikap sabar. Apakah mungkin Allah memerintahkan manusia agar diam, pasif, statis dan no choice? Tidak mungkin bukan. Sabar ini sebenarnya merupakan ajaran yang sangat universal. Saudara-saudara kita yang beragama Budha misalnya, pun memiliki ajaran yang sama, dimana Sang Budha pernah mengatakan,”Kebencian tidak pernah bisa diredam dengan kebencian. Hanya dengan cinta kebencian bisa mereda. Ini adalah hukum alam”. Demikian juga saudara kita yang beragama Kristen/Katolik, ada ajarannya yang relevan dalam Lukas 6: 27-28,”Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membencimu, mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah bagi orang yang mencaci kamu”.

Bukankah itu pesan yang sangat indah, bahwa ketidaksabaran atau pelampiasan emosi hanya akan mendatangkan kepuasan sesaat saja, yang pada akhirnya akan mendatangkan penyesalan di kemudian hari. Bicara soal kepuasan sejati adalah spiritual happiness, yakni saat kita memberikan sesuatu kepada orang lain karena itu akan sangat menyentuh hati nurani kita, atau dalam bahasa lain God Spot, unconscious mind, soul, jiwo, atau etos kita. Sedangkan kebahagiaan pada level yang lebih rendah adalah physical happiness dan emotional happiness, yakni saat kita menerima sesuatu yang menyenangkan dari orang lain, bisa berbentuk penghargaan, perasaan atau fisik.


Makna Sabar

Apakah makna sabar itu? Dalam bahasa Arab, kata ini terdiri dari tiga makna. Pertama, al man’u, artinya menghindarkan diri. Dari apa? Dari semua hal yang membawa pada kesengsaraan, kemaksiatan dan kesalahan. Yang kedua, al hasbu, artinya mencegah. Dari apa? Dari semua perbuatan yang dilarang dan maksiat. Ketiga, asy syiddah, artinya sangat kuat, teguh, konsisten, istiqomah dalam sikap. Tentunya sikap dalam konteks kebaikan.

Bagaimana menggunakan sabar dan kapan mengimplementasikannya?
Sabar dapat dikategorikan menjadi dua, yakni pertama adalah sabar fisik dan kedua adalah sabar jiwa. Sabar fisik juga terbagi menjadi dua macam, yakni sabar terpaksa dan sabar sukarela.
Sabar fisik yang masuk kategori terpaksa, misalnya seseorang yang dilahirkan dalam keadaan tidak lengkap inderanya. Contoh lain misalnya kita sedang sakit, atau manusia yang semakin uzur sehingga kondisi fisiknya makin melemah. Demikian juga saat kita menghadapi bencana alam, gempa bumi, gunung meletus, tsunami dan lain sebagainya. Itu adalah suatu kondisi yang tidak bisa dihindari, sunnatullah dan tidak ada pilihan bagi objeknya untuk memilih. Pun, saat kondisi fisik manusia yang semakin tua dan uzur maka tidak akan bisa memilih kembali menjadi muda, atau saat ada gempa bumi, kita tidak bisa menolaknya. Oleh karena itu ini disebut sebagai sabar fisik yang terpaksa. Lalu bagaimana dengan sabar fisik yang sukarela? Yakni saat kita mempunyai pilihan apakah akan menggunakan fisik kita untuk bersikap sabar ataukah tidak. Ada pilihan (choice). Misalnya kendaraan kita mengalami tabrakan dengan kendaraan lain maka ada pilihan bagi kita apakah kita perlu memperturutkan emosi kita dan menggunakan fisik kita untuk hal yang tidak berguna, misalnya meninju lawan kita, menggertak, ataukah kita lebih memilih untuk bersabar diri untuk menghindari konflik.

Demikian juga sabar jiwa, ada dua, yakni sabar yang termasuk kategori terpaksa dan sabar yang termasuk kategori sukarela. Saat keluarga kita ada yang meninggal dunia maka kita terpaksa menerimanya karena memang tidak bisa kita tolak. Sedangkan sabar sukarela saat kita membersihkan jiwa kita dari hal-hal yang mengotorinya, misalnya iri, dengki, negative thinking, sos (senang melihat orang susah atau sebaliknya susah melihat orang senang), sinis, susah suka memvonis dan penyakit hati lainnya. Ini adalah sabar sukarela, karena ada proses internalisasi dan proses transformasi yang dibentuk dari dalam diri kita sendiri, merupakan pilihan kita sendiri, melalui proses kesadaran kita sendiri karena kita merasa bahwa ini adalah lebih baik bagi kita. Bukankah Allah telah berfirman dalam surat Asy Syams,”Allah mengilhamkan sukma kefasikan dan kebaikan. Beruntunglah bagi yang mensucikannya dan merugilah bagi yang mengotorinya”.
Bukan hanya manusia, bahkan hewan pun ternyata bisa bersabar. Bedanya, kesabaran hewan adalah dalam kategori sabar terpaksa. Misalnya saat berbagai jenis hewan mau kita sembelih untuk dimakan, maka hewan bersikap sabar. Kenapa? Karena memang mereka tidak punya pilihan (choice) dalam hidupnya dan tidak berdaya terhadap manusia, dan memang fithrah mereka untuk digunakan bagi kepentingan umat manusia. Karena manusia telah dilengkapi dengan inftrastruktur yang lebih sempurna dibanding hewan, maka semestinya kita renungkan, apakah kesabaran kita ini masih pada level terpaksa karena memang tidak punya pilihan, ataukah lebih dari itu, yakni sabar sukarela yang muncul dari kesadaran diri untuk memilih sabar sebagai sikap hidup.


Konteks Sabar dalam Kehidupan Kita

Dikaitkan dengan konteksnya, sabar ada tiga macam. Pertama, sabar dalam menjalankan perintah Allah. Dalam keseharian, melaksanakan sholat tepat waktu, membaca Al Qur’an, menghadiri pengajian, shalat malam, berpuasa dan lain sebagainya sesungguhnya bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan secara konsisten dan istiqomah. Kenapa? Banyak hal kesenangan yang harus kita korbankan, misalnya kita tidak bisa berleha-leha, bersantai ria dan sering juga kita mengalami kemalasan untuk melakukan itu. Adalah sebuah perjuangan untuk melawan rasa malas. Dan perjuangan itulah kesabaran. Bayangkan, saat kita puasa sekarang ini, betapa banyak hal kesenangan duniawi yang secara kasat mata kita korbankan, bukan hanya yang diharamkan bahkan terkadang yang halalpun kita korbankan. Itu semua perlu pengorbanan, dan inilah urgensi kesabaran dalam perjuangan itu.

Kedua, sabar dalam menjauhi larangan Allah. Mengapa kok banyak sekali larangan Allah dalam hidup kita? Kita dilarang berdusta, berjudi, membicarakan aib orang, menipu, berzina, meminum alcohol, berjudi, berselingkuh dan lain sebagainya. Padahal, perbuatan berselingkuh, minum alkohol, dan teman-temannya itu, --kata orang lho ya-- bukankah perbuatan yang menyenangkan bagi pelampiasan nafsu kita. Kenapa dilarang? Allah melarang karena perbuatan itu akan menimbulkan berbagai kerusakan dimuka bumi. Untuk itu, dibutuhkan kesabaran dan perjuangan yang kuat.

Ketiga, sabar dalam menerima taqdir Allah. Apapun yang menimpa kita, kita harus bersabar menghadapinya. Baik atau buruk, semua itu adalah ketentuan Allah yang selalu ada hikmahnya bagi kita.
Ketiga hal diatas harus kita pupuk dan kita pelihara untuk diimplementasikan dalam kondisi dan situasi apapun dan bagaimanapun. Kalau ketiga hal ini sudah bisa kita lakukan, setiap hari perintah Allah sudah kita laksanakan dengan penuh kesabaran, setiap hari kita menghindari semua larangan Allah dengan sikap sabar, dan setiap hari kita juga sabar menerima apapun ketentuan dan taqdir Allah maka hidup kita akan jauh lebih nyaman.


Objek Sabar

Lalu, apa saja objek yang kita harus sabar? Setidaknya ada 7 objek, yakni, pertama, kita harus sabar dalam mengelola syahwat kemaluan kita. Ini hal tidak mudah, namun harus diatasi. Organ-organ syahwat ini diciptakan untuk sesuatu yang baik, misalnya untuk berkembang biak, meneruskan keturunan, saling kasih-mengasihi, saling melengkapi dan lain sebagianya. Namun kita lihat, industrialisasi dan komersialisasi syahwat ini sedemikian menjadi bisnis yang tidak pernah mengalami resesi dan downturn dalam situasi ekonomi apapun. Mungkin hanya pada bulan ramadhan saja sedikit ada jeda, setelah itu biasanya rame lagi. Banyak problem sosial yang terjadi. Misalnya banyak anak-anak yang lahir tanpa jelas siapa orangtuanya, aborsi terjadi dimana-mana, skandal yang terjadi bahkan di tempat-tempat yang terhormat. Bayangkan berbagai problem sosial yang timbul sebagai dampak manusia tidak mampu mengelola syahwatnya, demi kenikmatan yang dirasakan hanya sesaat beberapa menit saja.

Kedua, kita diminta sabar dalam urusan syahwat perut. Organ-organ dalam perut dianugerahkan oleh Allah kepada kita dengan sangat sempurna dan memiliki presisi yang sangat tinggi, sampai pada sel-sel, atom, molekul, dan organ yang lebih kecil lainnya. Kalau kita tidak mampu mengelola syahwat perut maka sesuai dengan sabda Rasulullah bahwa perut adalah sumber dari segala penyakit. Makanya banyak berbagai penyakit karena ketidakmampuan dan ketidaksabaran manusia mengelola syahwat perut, diantaranya obesitas, kanker, stroke, jantung dan lain sebagainya. Karenanya beliau mencontohkan untuk makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang. Dan juga isi perut idealnya berisi dalam tiga bagian, sepertiga untuk makanan, sepertiga air dan sepertiga udara.

Ketiga, kita diminta sabar dalam mengelola syahwat ucapan. Kita harus sabar untuk tidak mengucapkan kata-kata yang hanya sekadar menimbulkan kemarahan orang lain, dusta, memburuk-burukkan orang lain dan lain sebagianya. Ini bukan perkara sepele dan bukan pula hal yang gampang untuk dilakukan. Perlu perjuangan dan kesabaran untuk menahan diri. Kita lihat, bukankah terkadang kita senang dan menikmati berbagai tayangan infotainment yang mengumbar aib seseorang sampai pada hal-hal yang sangat pribadi, dalam media cetak maupun elektronik. Kita membeli majalah, tabloid, dan turut menyebarkannya tanpa pernah peduli betapa malunya orang yang diberitakan aibnya makin beredar oleh kita.
Keempat, kita perlu sabar dalam mengelola syahwat kekuasaan. Ambisi adalah sesuatu hal yang positip namun ambisius cenderung negative. Kalau kita tidak bisa mengelola hal ini dan tidak bersikap sabar, yang timbul adalah sikap menghalalkan segala cara untuk mencapai ambisi kekuasaan itu.
Kelima, kita diminta untuk mengelola emosi kita. Emosi adalah anugerah, namun tetaplah harus dikelola dan dikontrol dengan baik. Karena kalau tidak, akan mengakibatkan berbagai kerusakan.
Keenam, sabar dalam mengelola syahwat harta. Kita dibolehkan mencari harta, bahkan sebanyak-banyaknya, namun harus diperoleh dengan proses yang baik, etik dan halal. Dan ada hak orang lain, yakni zakat. Harta yang diperoleh pun sesungguhnya akan dimintai pertanggungjawaban, dari proses untuk mendapatkannya, proses dalam mengalokasikannya dan memanfaatkannya. Betapa harta yang diperoleh akan justru menjadi boomerang saat kita tidak bisa mempergunakannya dengan baik, untuk peduli dan berbagi dengan sesama, untuk meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah, untuk menafkahi keluarga pada hal-hal yang positip.
Ketujuh atau terakhir, sabar dalam mengelola syahwat hedonis, yakni kecenderungan untuk semata menikmati hal-hal yang menyenangkan dalam hidup. Hedonisme focus pada kesenangan, dan bisa memunculkan kemalasan, serba instant dan memilih jalan pintas.


Akhirnya, Eureka… Dapatkan Hikmah Sabar di Bulan Ramadhan ini..

Ramadhan adalah proses pembelajaran, continuous learning process bagi kita, yang kita terima tiap tahun. Sudahkah selama ini ada dampaknya bagi kita? Lalu apa implikasi sikap sabar dalam kehidupan kita? Sikap sabar biasanya menimbulkan optimisme dan sikap positif thinking dan positif feeling bagi kita. Orang yang sabar akan selalu punya pengharapan yang baik, optimisme dan hal ini akan mendorong untuk selalu berbuat yang terbaik, dinamis dan aktif.

Saat kita bisa melakukan sikap sabar dengan ikhlas, sebagaimana ikhlasnya kita melakukan shalat atau puasa, adalah merupakan perbuatan yang positip. Perasaan kesal, jengkel, penasaran atau tidak ikhlas adalah perbuatan yang negative. Menurut F. Bailes, Pikiran yang positif akan menyehatkan sel-sel tubh, sebaiknya pikiran yang negative akan merusak sel-sel tubuh. Pikiran yang positive, yang terbentuk, berproses, berinternalisasi dalam diri, bertransformasi dalam alam bawah sadar kita (unconscious mind), jiwa, soul, etos, maka akan menjadi doa yang didengar oleh para malaikat dan diamini, dan akan didengar langsung oleh Allah. Karena, bukankah sesuai firmannya, Allah sangat dekat dengan kita bahkan lebih dekat dari urat nadi kita. Sebaliknya saat seseorang selalu bersikap negatif thinking, pesimis, kecewa, frustasi, merasa kalah, merasa tidak bisa, itupun pada hakekatnya akan membelenggu suara hati, sehingga saat lisan berdoa untuk mendapatkan sesuatu yang baik sementara pikiran dan jiwa masih terbelenggu, bukankah itu menjadi hal yang kontradiktif.

Demikianlah, semoga dengan puasa ramadhan ini, banyak hal yang kita kelola berbagai syahwat diatas, dan hal itu akan menjadikan kita dalam kategori orang yang sabar. Sehingga saat selesai ramadhan kita akan menjadi jiwa yang fitri. Insya Allah.

Referensi:
Bahan Renungan Kalbu, Penghantar Mencapai Penderahan Jiwa, Ir. Permadi Alibasyah.
Sabar Sebagai Perisai Diri, Prof. Dr. Hj. Musdah Mulia, MA, APU