Selasa, 19 Agustus 2008

Sekali Lagi dibalik Musibah Ada Berkah


Acara long weekend yang bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-63 kemaren aku lalui di tengah-tengah acara bersama dengan teman-teman sekantor bertajuk family gathering, dengan mengadakan piknik bersama keluarga ke Bandung dan Lembang. Bos besar di kantorku bilang bahwa acara piknik di kantor kami ini adalah perjalanan terdekat dibanding dengan teman-teman kantor cabang lainnya. Di saat teman-teman yang lain piknik ke Singapore, Thailand, atau Malaysia maka kita hanya mengambil tempat yang jarak tempuh perjalanan hanya 2-3 jam via bis. Bedanya, mereka pergi piknik ke luar negeri dengan tidak membawa keluarga, sedangkan kita pergi bersama keluarga. Kata bos besar,"Justru di sinilah makna kebahagiaan yang lebih hakiki, yakni bagaimana kita membahagiakan keluarga. Kebahagiaan yang muncul karena bisa membahagiakan orang lain akan lebih terasa dalam waktu yang lama dibandingkan kebahagiaan yang kita terima dari orang lain. Statement yang kupikir sangat logis dan memiliki dimensi spiritual. Aku setuju. Aku sendiri sangat merasakan, betapa berbeda perjalanan piknik tahun ini tanpa dengan keluarga yang menyertaiku. Tahun kemaren waktu kita piknik ke Kuningan dan Cirebon, aku masih bisa mengajak Ibu Jogja dan Hufa. Sedangkan pada tahun yang sama pada saat piknik ke pantai Carita, aku juga sendirian. Sungguh terasa sepi piknik tanpa keberadaan anak-anak, tidak menyaksikan keceriaan anak-anak saat bermain dan berenang, saat menikmati pesta dan makan, saat menikmati suasana hotel, dan lain sebagainya.
Yang perlu aku ambil hikmahnya pada acara piknik kali ini adalah momemtum piknik yang bertepatan dengan malam Nisfu Sya'ban. Kata Rasulullah, bulan Rajab adalah bulannya Allah, bulan Sya'ban adalah bulannya Rasulullah sedangkan bulan Ramadhan adalah bulannya umat Islam. Dan tengah bulan Sya'ban bertepatan dengan malam saat kita berada di hotel, yakni malam hari pada tanggal 16 Agustus 2008. Sejak awal aku berharap agar dapat menjaga momentum di malam yang penuh berkah ini.

Sehari sebelumnya aku juga sempat menghadiri pengajian yang diadakan oleh Febrizal di rumahnya yang mengambil tema Urgensi Malam Nisfu Sya'ban. Tausiyah yang diisi oleh seorang Habib cukup memberikan gambaran yang komprehensif tentang apa saja yang perlu kita persiapkan pada malam Nisfu Sya'ban khususnya dan juga bulan Ramadhan pada umumnya. Doa minta ampun, taubat, doa kepada orang tua, doa agar diberikan kesehatan, dibukakan pintu rejeki yang halal dan berkah, dan agar dikuatkan nikmat Iman dan Islam, kata Pak Ustadz. Karena pada malam hari ini, pada Malaikat-malaikat Allah akan menyebar turun ke bumi, menyebarkan berkah di malam penuh berkah, pintu ampunan akan diberikan dan nasib seseorang selama 1 tahun ke depan akan ditentukan. Habis acara pengajian, tidak lupa kita main PS satu dua pukul. Biasanya, aku tidak pernah kalah melawan Feb atau kongsi2nya. Malam ini, entah karena kepingan disc dia beli di Mekkah saat Umrah bersama anak2 dan pegawainya, atau karena aku yang lagi kurang mood, atau ada perbedaan type disc Arab dan Indonesia, baru sekali ini aku mengalami kekalahan. Ini sekali lagi membuktikan dan menyadarkanku bahwa aku tidak boleh bersombong sama Feb dan teman2nya, meski hanya dalam bentuk permainan. Biasanya aku ngeledek mereka agar meningkatkan kualitas permainan agar bisa mengimbangi skillku, hehe...

Sabtu pagi itu, 16 Agustus 2008 kita berangkat pagi hari menuju Bandung. Menjelang siang hari tiba di jalan Riau, lunch di Riung Sari dan menyempatkan diri untuk jalan-jalan ke beberapa FO. Lanjut ke Lembang, kita menginap di hotel Green Hill Universal, sebuah hotel bintang 5 yang kayaknya kita adalah tamu corporate yang pertama, karena hotel itu belum di launch. Viewnya cukup bagus. Aku mendapatkan 1 buah kamar, yang aku langsung teringat seandainya ada anak-anak bersamaku tentu suasana akan jauh lebih menyenangkan. Sekali lagi, aku coba ambil hikmahnya, bahwa dengan sendirian di kamar hotel, mudah2an aku bisa mengisi dan menghidupkan malam Nisfu Sya'ban. Begitu sampai di hotel, beberapa teman mengajak untuk turun ke Bandung main Pinball, karena sore itu acaranya free sampai pukul 7 malam. Sore itu aku menikmati film HBO di kamar hotel, kebetulan udah setengah tahun aku tidak bisa menikmati channel Astro, semenjak aku memutuskan hijrah dari rumah menuju ke kost, waktu itu bersama dengan anak-anak. Menjelang maghrib, aku turun ke lounge hotel, dan menikmati dessert. Disinilah awal dari musibah yang aku alami. Entah karena siang tadi aku makam terlalu banyak, atau karena aku makan dessert yang full coklat dan keju atau semacamnya, atau karena aku salah melakukan sesuatu aktivitas di kamar hotel, petang itu aku mengalami rasa mual dan mules. Tidak terlalu, tapi cukup mengganggu aktivitas. Malamnya, di tengah acara malam pentas seni dan keakraban, beberapa kali aku rebahan di kamar dan bolak-balik dari hall ke kamar hotel. Selepas acara, beberapa teman kembali mencoba mengajak turun ke Bandung, bersama dengan beberapa debitur dari Bandung yang hadir di acara malam itu. Aku bersyukur bahwa malam itu aku mengalami gangguan pencernaan sehingga dengan tanpa ragu-ragu aku mengatakan tidak untuk acara ke Bandung. Seandainya saja aku tidak sakit perut, tentu masih ada jeda beberapa saat untuk mengatakan ya atau tidak untuk memutuskan apakah aku merelakan malam itu untuk tidak tergoda untuk dientertaint oleh debitur dalam rangka bersenang-senang di Bandung, entah itu sekadar karaoke, makan lesehan atau yang lebih jauh dari itu. Aku bersyukur untuk musibah sakit perut yang kualami, dan lagipula di malam hari yang penuh berkah ini tentu sangatlah naif untuk melewatkan malam dengan aktivitas seperti yang dilakukan oleh teman-teman. Aku makin bersyukur saat pagi harinya beberapa teman mengatakan bahwa sungguh rugilah aku tidak ikut bersama mereka malam itu. Mereka di entertaint di sebuah private room di sebuah diskotik yang... waduh, kebayang deh apa yang terjadi dengan mereka malam itu. "Keren dan puas habis deh deh tadi malam...", kata mereka. Aku kembali bersyukur bahwa dengan sakit perut tadi malam maka aku gak sempat berpikir panjang untuk menolak ajakan teman-teman. Aku bersyukur bahwa kembali aku terselamatkan oleh sesuatu yang tidak tersangka-sangka, justru oleh sakit perut yang ibarat blessing in disguise bagiku. Alhamdulillah.

Tidak ada komentar: