Minggu, 31 Agustus 2008

Menyambut Ramadhan 1429 H

Hari ini, Senin, 1 September 2008, adalah hari pertama bulan Ramadhan 1429 H. Hari yang dalam lubuk hatiku terdalam, atau dalam bahasa lainnya suara hati, my soul, etos, jiwa, God Spot, dan lain-lain, sungguh merupakan bulan yang aku tunggu, dan tentunya juga ditunggu oleh seluruh umat dari segala penjuru dunia. Tentunya dengan catatan, itu bagi mereka yang tahu bagaimana istimewanya Ramadhan yang disebut sebagai sahru ummatii, atau bulannya umat manusia ini. Semacam bulan diskon atau Great Sale Jakarta buat warge Jakarte. Untuk mengkondisikan diri dan untuk lebih membersihkan diri, hari Sabtu-Minggu kemarin aku menyempatkan diri untuk mengikuti training ESQ, yang saat itu trainernya adalah salah satu kader terbaik Pak Ary Ginanjar, bahkan adik kandung beliau sendiri, yakni Rinaldi Agusyana. Materi yang dibawakan, sungguh top markotop, benar-benar aku merasa mendapatkan sesuatu spiritual exercise yang baru, meski udah pernah mengikuti training yang sama. Banyak hal kudapat, meski kenyataannya aku gak terlalu fokus untuk mengikuti training. Hari pertama aku jelas gak ikut, karena Jum'at masih ngantor. Bukan ngantor tepatnya, karena satu minggu terakhir ini aku training tentang seluk beluk transaksi L/C, yang seperti biasa, aku langsung dikenal sebagai trainee yang paling banyak bolos, terlambat datang, dan pulang sebelum waktunya. Hari Sabtu hadir di ESQ training centre, baru 1 jam aku menikmati materi di ruang training khusus alumni, ternyata badanku udah menggigil kedinginan. Awalnya kupikir ACnya yang terlalu dingin. Ternyata saat keluar ruangan, aku mendapati air di wastafel terasa hangat. Baru kusadari bahwa aku emang lagi sakit demam. Siangnya, aku ke dokter yang khusus disediakan khusus untuk peserta training. Buka jaket dan baju, lalu diperiksa, aku agak kaget mendapati tensiku ternyata mencapai 160/100 dan panas badan mencapai 39 derajat celsius. Agak ragu, diperiksa lagi tensiku, hasilnya sama. Pada pemeriksaan yang ketiga, entah karena habis minum obat atau alat tensimeternya yang berbeda, ternyata tensiku turun menjadi 140/100. Alhamdulillah.


Habis konsultasi bla-bla-bla dengan bu dokter, dan diberi beberapa obat, diantaranya obat penenang, mataku udah mulai flying. Sebenarnya aku disarankan untuk istirahat di tempat pemeriksaan dan perawatan ini, namun aku memaksakan diri untuk masuk ruangan. Kubilang, "Betapa ruginya dok, kalo kesini cuman mau tidur doang..". Akhirnya, begitu masuk ruangan training, aku langsung terlelap, dan tidur dengan terlentang sempurna, alhamdulillah. Bangun saat break 'ashar, dan setelah itu badanku sudah mulai fresh kembali untuk mengikuti training.

Pada hari ketiga training, meski terlambat, aku masih bisa mengikuti beberapa sessi. Ada beberapa pengalaman menarik pada training kemaren. Di waktu break ada seorang yang menegurku, dan saat aku menoleh, aku nyaris kaget karena beliau adalah orang paling top di kantorku beberapa tahun yang lalu. Beliau adalah Pak SFH, seorang direktur utama tempat aku bekerja, yang sampai saat itu dikenal sebagai dirut yang paling berkarakter, paling intelek dan paling bersih setidaknya dibandingkan dengan direktur-direktur lainnya atau sebelumnya, dan barangkali sesudahnya. Masih sangat muda. Sayang beliau dikorbankan karena keputusan yang sifatnya politis, dengan menunggangi kasus yang memang cukup besar dan sempat membuat heboh negeri ini, yakni Unpaid L/C sebesar Rp. 1,3 triliun sekitar 4 tahun yang lalu. Sempat beliau dikabarkan diperiksa-diperiksa oleh Polisi atau Kejaksaan untuk hal lain yang aku gak begitu tahu, setahuku karena tidak lebih karena posisi beliau sebagai seorang nakhoda yang mau tidak mau harus bertanggungjawab secara moral. Kami sempat ngobrol-ngobrol sejenak, tentang kuliahku S2, karena waktu aku memulai kuliah, ada beberapa persoalan yang sampai pada beliau. "Dimana Mr. Andy Doo, yang orang Vietnam itu, Fiq?", tanya beliau. Nama yang disebut ini adalah Dean faculty saat itu. Kusampaikan kepada beliau bahwa Andy Doo sempat diajak oleh Gus Dur terlibat dalam kegiatan politik di PKB, sehingga harus mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Dean. Hal yang lebih menarik bagiku saat melihat dan mengamati bagaimana beliau mengikuti dan menikmati dari materi ke materi training dengan penuh perhatian dan kekhusyukan. Saat diminta trainer untuk senam atau sujud, beliau sangat menikmatinya. Bahkan saat diminta untuk menyemir sepatu temannya, dan memijat beberapa bagian badan temannya yang pegal-pegal, beliau sedikitpun tak sungkan-sungkan untuk melakukannya dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan. Aku bayangkan itu dilakukan beliau saat masih menjadi Direktur Utama betapa menjadi pemandangan yang menarik, bahwa jabatan, pangkat, kehormatan, materi itu ternyata tidak ada apa-apa kecuali sekadar asesories sementara saja. Kupikir tadinya, mungkin karena sekarang beliau bukan Direktur Utama lagi. Ternyata tidak, karena ternyata beliau saat ini juga menjadi seorang CEO di sebuah lembaga yang bernaung di bawah otoritas moneter di negeri ini.

Pada akhir training, ada sesuatu keinginan dan tekad yang muncul dari dalam diriku untuk menetapkan dan memantapkan tekad dan langkah, mission statement, untuk mengisi dan mengoptimalkan bulan ramadhan, yakni dengan cara mengkhatamkan Al Qur'an beserta tafsirnya. Kalau sebatas membaca Qur'an, secara target kuantitatif mungkin bukan hal yang sulit untuk kulakukan. Cukup dengan baca Al Qur'an secara konsisten, kontinu dan istiqomah, minimal 1 juz/hari, tentu akan khatam sebelum lebaran. Namun apakah itu cukup untuk mendapatkan keberkahan, hidayah, dan terbukanya pintu hati keIlahiayan, terutama dalam bulan Ramadhan yang penuh berkah ini? Kupikir belum, makanya, aku bertekad bulat untuk menetapkan dan memantapkan langkah, bahwa dalam satu bulan ini aku harus dan akan mengkhatamkan Al Qur'an beserta tafsirnya. Jadi membaca ayat, sekaligus mengkaji dan mengkahatamkan tafsirnya secara sekaligus. Tafsir dan bukan sekadar terjemahnya. Iqra', baca..., baca dengan nama Tuhanmu yang menjadikan, yang mengajarkan kepada manusia dari apa-apa yang tidak diketahuinya. Soal apakah nantinya aku baru sebatas bisa membaca ayat, atau lebih jauh bisa membaca tafsirnya, atau pada level yang lebih tinggi lagi, bisa memahami makna yang terkandung di dalamnya, biarkanlah nantinya mengalir dalam proses pembelajaran, internalisasi dan transformasi yang aku alami dari hari ke hari di bulan ramadhan ini. Semoga saja terbukalah pintu hati saat membaca ayat dan membaca bait-bait tafsirnya serta asbabun nuzulnya. Semoga saja mata hati ini benar-benar terbuka, bebas dari belenggu, dan bisa dengan mudah menyerap makna dan isi Al Qur'an, yang seandainya ilmu yang terkandung dalam Al Qur'an ini dituliskan melalui pena dengan tinta yang berasal dari Samudera, lalu ditambahkan lagi sebanyak samudera sampai tintanya habis, niscaya ilmu itu takkan pernah habis, karena ilmu dalam Al Qur'an tidak ada batasnya. Satu bulan bukanlah waktu yang lama, dan harus aku optimalkan, di sela-sela aktivitas pekerjaan di kantor yang bulan-bulan ini mungkin akan lebih sibuk dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Beberapa advis kredit debitur mungkin jatuh tempo bulan ini, aku lupa kapan tanggal pastinya, yang jelas volume pekerjaan kantor akan lebih tinggi. Semoga hal ini tidak akan mengganggu tekadku diatas, karena sungguh merugi kalau sampai aku gagal dalam menuntaskan mission statementku oleh sesuatu hal yang sangat tidak sebanding nilai dan urgensinya.

Untuk mempermudah bagitu membaca, mencerna, memahami makna ayat-ayat Al Qur'an yang aku baca, ada baiknya tiap hari aku akan membuat semacam summary, pelajaran yang aku dapatkan, atau isi dan materi yang aku baca dari juz ke juz, dari hari ke hari. Inilah mission statement yang tiba-tiba muncul dari dalam hatiku di akhir sesi training ESQ. Selesai training, ak langsung pulang ke Bekasi. mampir ke salon sebentar, awalnya ingin membersihkan fisik berupa facial, refleksi, menicure, pedicure, hair spa dan ear candle sekaligus. Namun ternyata hanya dua yang sempat aku lakukan, yakni pijat refleksi dan facial. Selebihnya gak sempat karena udah adzan maghrib, yang berarti sudah masuk waktu ramadhan. Sampai rumah, belum sempat mandi, langsung ke masjid untuk tarawih. Habis tarawih, rencananya aku mau langsung running untuk merealisir rencana, namun kupikir, aku perlu makan malam dulu sejenak. Ternyata, malam pertama ini aku sudah menjumpai ujian, godaan dan tantangan yang sungguh tidak mudah untuk dilawan. Saat makan di warung baksonya Pak Kardi, deket rumah, aku udah diajak main PlayStation oleh beberapa tetangga, yang aku sendiri udah sangat lama tidak bergabung dengan mereka, dan aku langsung memenuhi tantangan mereka. Meski udah lama gak main, ternyata aku masih tangkas bagi mereka dan menjuarai turnamen malam ini. Pulang udah menjelang tengah malam, bersih2, mandi, dan memulai baca Al Qur'an. Ternyata, baru beberapa lembar, dan belum sempat baca tafsirnya, mataku sudah sulit untuk ditahan lagi, dan langsung tidur. Bangun jam 03.00, makan sahur di warung Soto Surabaya, habis itu kupikir masih sempat untuk membaca beberapa ayat. Ternyata tidak juga, karena keburu adzan Shubuh. Di Musholla, aku sempat membaca beberapa ayat dan tafsir surat Al Baqarah (Sapi Betina) saat tadarusan bersama jamaah.

Sekali lagi, aku tidak akan menuliskan pelajaran apa yang aku dapatkan dari hari ke hari, dari juz ke juz dalam blog ini, kecuali semata untuk mengingatkanku sendiri bahwa aku masih harus banyak belajar, dan untuk mengingat-ingat hikmah dan pelajaran yang aku dapatkan dari waktu ke waktu. Apapun tingkat pemahaman dan hikmah yang aku baca, akan kucoba untuk diulas dari hari ke-1 sampai hari ke-30. Adapun review tentang isi dan makna juz pertama ini akan aku ulas di kesempatan setelah ini, karena aku belum tuntas membacanya, seingatku belum ada 100 ayat aku membacanya. Bismillah.. , ya Allah, bukakanlah pintu hati dan mata hati ini untuk memahami firman-firmanMu dalam Al Qur'anul Kariim.....

Tidak ada komentar: