Senin, 01 September 2008

Hikmah Hari ke-1 Ramadhan dan Juz ke-1 Al Qur'an..

Agak keteteran juga aku memulai program Khatam Al Qur'an plus tafsirnya pada hari pertama ini. Hitungan hari ini mungkin agak bias. Kalau sesuai bulan Hijriah, hari pertama berarti dari Maghrib sampai dengan buka puasa pada hari pertama. Dengan perhitungan ini, aku baru baca beberapa ayat saja, sekitar 50an ayat. Sedangkan kalau dihitung sesuai perhitungan Masehi, hari pertama adalah saat hari pertama puasa sampai dengan jam 24.00. Kalau sesuai perhitungan ini, juga sama, masih cukup jauh untuk sekadar mencapai target 1 juz pun, apalagi tafsirnya. Waduh! Ternyata baru hari pertama saja sudah keteteran begini. Betapa sulitnya mengkondisikan diri untuk membaca Al Qur'an dalam intensitas kekhusyukan dan keikhlasan yang tinggi, sementara betapa mudahnya diri ini berasyik mansyuk membaca serial HarryPotter jilid 1-7, atau baca serial Kho Ping Hoo dari Bu Kek Sian Su sampai Suma Ceng Liong sebanyak puluhan ribu halaman. Betapa diri ini telah menyia-nyiakan waktu yang sangat terbatas, dan tak tahu kapan batas itu berakhir, sedangkan kalau main PlayStation masih bisa tahan selama 2-3 hari secara non stop. Mainnya di hotel lagi, dengan membuang uang jutaan rupiah secara tidak bijak untuk sekadar mencari kesenangan sesaat. Ini mengingatkanku pada teman kuliah S2 yang punya minat dan hobby yang sama untuk main PlayStation, Febrizal, seorang enterpreneur yang aktif di Hipmi. Atau, betapa asyiknya nonton bola Pila Eropa atau Piala Dunia, sampai bela-belain gak tidur bermalam-malam. Dalam kejadian lain, pernah kulakukan main catur sejak hari Jumat pagi sampai Senin pagi secara non stop. Kejadian ini mengingatkanku pada teman saat kuliah S1 di Jogja, Al Amin, enterpreneur asal Solo. Sedangkan untuk membaca Al Qur'an 1 juz/hari plus tafsirnya pun masih kesulitan untuk mengalokasikan waktunya. Duh, betapa diri ini telah menyia-nyiakan waktu. Mungkin saja ramadhan ini adalah ramadhan yang terakhir bagi diri, benar-benar kita gak tahu. Atau mungkin hari ini adalah hari terakhir kita bisa menikmati hidup di dunia, juga tidak tahu. Bahkan mungkin yang menjadi milik kita adalah detik ini, dan detik berikutnya kita tak pernah tahu.


Wal 'Asr, Demi waktu, betapa ruginya kita tidak bisa menggunakan waktu, saat masih memiliki waktu sebelum habisnya waktu bagi kita. Hati ini mesti ucapkan, "Wahai masa depan, engkau masih dalam kegaiban. Maka, aku tidak akan pernah bermain dengan khayalan dan menjual diri hanya untuk sebuah dugaan. Aku pun tak bakal memburu sesuatu yang belum tentu ada, karena esok hari mungkin tak ada sesuatu. Esok hari adalah sesuatu yang belum diciptakan dan tidak ada satu pun darinya yang dapat disebutkan". Demikian pula, diri ini mesti tegaskan, "Wahai masa lalu yang telah berlalu dan selesai, tenggelamlah seperti mataharimu. Aku tak akan pernah menangisi kepergianmu, dan kamu tidak akan pernah melihatku termenung sedetik pun untuk mengingatmu. Kamu telah meninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi". Detik ini, atau katakanlah hari ini adalah milik kita, saat kita masih bisa menghirup udara segar, saat masih bisa melihat, meraba, mendengar, mencium melangkah dan segenap fisik badan kita masih berfungsi dengan normal, saat itulah mestinya kita bisa mempergunakannya secara bertanggungjawab dan menggunakan resources yang ada, waktu yang ada sebelum habisnya waktu yang tersedia, menggunakan panca indera yang ada daat masih berfungsi dengan baik sebelum habis masa pakainya, menggunakan kesempatan yang ada sebelum kesempatan itu hilang. Dan relevan dengan momentum ramadhan kali ini adalah menggunakan waktu dan kesempatan yang diberikan Allah kepada kita, sebelum tiadanya waktu dan kesempatan untuk menikmati barokah ramadhan, karena mungkin saja ini adalah ramadhan terakhir bagi kita. Tiada lain, maka diri ini meski usahakan dan upayakan untuk sekuat tenaga untuk taat kepada Rabb, mengerjakan shalat sesempurna mungkin, membekali diri dengan shalat-shalat sunah nafilah, berpegang teguh pada al-Qur'an, mengkaji dan mencatat segala yang bermanfaat. Diri ini mungkin hanya akan hidup hari ini, karenanya aku akan menanam dalam hatiku semua nilai keutamaan dan mencabut darinya pohon-pohon kejahatan berikut ranting-rantingnya yang berduri, baik sifat takabur, ujub, riya', negatif thinking, dan berbagai belenggu hati lainnya. Mungkin saja diri ini hanya berkesempatan hidup hari ini maka, maka harus berbuat baik kepada orang lain dan mengulurkan tangan kepada siapapun, menjenguk mereka yang sakit, mengantarkan jenazah, menunjukkan jalan yang benar bagi yang tersesat, memberi makan orang kelaparan, menolong orang yang sedang kesulitan, membantu yang orang dizalimi, meringankan penderitaan orang yang lemah, mengasihi mereka yang menderita, menghormati orang-orang alim, menyayangi anak kecil, dan berbakti kepada orang tua.

Waduh, jadi ngelantur deh, jangan-jangan ini menjadi justifikasi semata karena tidak bisa memanfaatkan waktu di hari pertama ramadhan, hehe. Baiklah, semaksimal mungkin aku coba review hikmah dan pelajaran dari juz pertama pada hari pertama ini. Al Fatihah, jelas, merupakan Ummul Qur'an. Ayat berjumlah 7 yang dibaca berulang-ulang minimal sebanyak 17 kali oleh umat muslim seluruh dunia. Maknanya begitu dalam, thinking deep, visioner, dan tidak terbatas, syairnya begitu indah, check and balance, and total action. Selanjutnya Al Baqarah, Sapi Betina, merupakan surat yang paling panjang, ternyata sangat sistimatis dalam memberikan pemahaman yang sangat mendasar pada diri ini. Ayat-ayat pertama menegaskan dan memperingatkan bahwa manusia ada yang masuk pada kategori orang-orang yang beriman, lalu orang yang ingkar, orang yang munafik.Orang yang beriman memiliki beberapa ciri, yakni percaya kepada yang ghaib, melaksanakan perintah dan laranganNya, percaya kepada para Nabi dan Rasul, percaya kepada Kitab-kitabNya, percaya kepada hari akhir dan taqdir. Kepada mereka akan diberikan balasan berupa surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai dan para bidadari yang suci, tak ada perkataan dan perbuatan yang sia-sia. Dan mereka kekal di dalamnya. Sedangkan para manusia yang masuk kategori yang ingkar, disebut bahwa, percuma disampaikan atau tidak kebenaran kepada mereka, karena dengan perbuatan yang sesat mereka menenggelamkan diri mereka sendiri sehingga Allah akan makin menenggelamkan mereka dan jauh dari rahmat dan hidayahNya. Bagi mereka balasannya adalah neraka yang bahan bakarnya adalah dari batu dan api. Selanjutnya kategori munafik, mereka berada dalam kebingunan dan kebimbangan dalam menerima kebenaran. Saat kebenaran diatas angin maka mereka bilang bahwa mereka adalah benar dan sebaliknya saat kejahatan diatas angin maka mereka memperolok-olokkan kebenaran. Mereka menipu orang lain dan diri mereka sendiri, dan tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala apa yang ada di hatinya. Oleh Allah, orang munafik ini diibaratkan dengan sangat jelas pada 3 perumpamaan, pertama, cahaya kebenaran yang bisa menerangi sekeliling, namun ternyata tidak bisa menerangi orang-orang munafik. Mereka masih gelap dan penuh kebingunan dan kebimbangan. Kedua, diibaratkan saat terjadi kilat yang menyambar-nyambar dan bunyi petir yang menggelegar, maka orang munafik justru menutupi telinganya.


To be continued...

Tidak ada komentar: