Rabu, 18 Juni 2008

Condet, I'm coming...

Pagi ini, Senin 16 Juni 2008, bagi kebanyakan teman di kantor kami dihadapi dengan tidak terlalu semangat. I hate Monday, katanya. Setelah menjalani akhir pekan, biasanya emang malas-malasan datang ke kantor. Ada jokes yang bilang, Senin dan Selasa masih malas ke kantor. Rabu baru adaptasi, Kamis baru mulai bekerja, lalu Jum’at udah gak concern lagi karena mau libur. Wow, lalu dimanakah implementasi ayat (atau hadits sih ya), “Bertebaranlah kamu di muka bumi... dst...dst...”

Pagi ini, saat membuka outlook, membaca email dari dia, dan sedang memulai untuk reply, tiba-tiba handphone berteriak. Ku tersenyum melihat nama yang tertera di screen. Hari ini dia mengajakku untuk ketemu dengan kedua orangtuanya. Waow! rasanya demikian lancar proses dan progressku dengannya sejak smsan dan rencana untuk ketemuan, lalu ketemu, smsan lagi, ketemu lagi, kirim2an email, telepon, penyamaan frekuensi dan persepsi, resonansi ide, menyatukan langkah, dan saat ini langkah berikutnya adalah melakukan pendekatan dengan keluarga, dan ini semua harus kusyukuri. Begitu meletakkan telepon, di satu sisi aku bersyukur, alhamdulillah, sementara di sisi lain, terus terang aja, ada yang muncul dari dalam hati, entah perasaan khawatir, deg-degan, sedikit cemas, dan pastilah akan ada dua kemungkinan dalam hasil pertemuanku dengan kedua orangtuanya, happy or unhappy. Aku sadar diri, mengingat bagaimana kondisiku saat ini dan juga mengingat seperti apa statusku saat ini.

Beberapa menit kemudian aku terima email dari dia:

aniwe, deg deg an nih..
a bit scarry if things happen not as expected...
astagfirullah.. kok aku gitu yaaa... kembali pada Allah lah...
bismillah..

Wah, ternyata dia juga mengalami hal yang sama. Ku sedikit menenangkan dirinya yang sebenarnya lebih kutujukan buat diriku sendiri.

Kalo dirimu deg-degan..., sama dong sayang, aku juga nih, mungkin jauh lebih deg-degan dibanding dirimu. Wajar, mungkin tiap orang yang berada dalam momentum seperti ini akan merasa khawatir seandainya terjadi sesuatu yang diluar ekspektasi dia. Wajar, alamiah dan manusiawi.

Siang itu menjelang waktu lunch, aku meluncur dengan taxi menuju ke Condet, setelah mendapatkan petunjuk alamat rumah beliau melalui sms. Aku masih agak tegang, namun kucoba menenangkan diri dengan mengajak ngobrol pengemudi taxi, yang kebetulan usianya udah cukup tua. Kubilang padanya bahwa siang ini aku mau menghadap calon mertua untuk minta ijin dan restu agar putrinya diperkenankan kelak menjadi isteriku. “Doakan ya pak, semoga acara siang ini lancar ya”, begitu setulusnya kuharapkan doa dari pengemudi taxi itu.

... to be continued...

Tidak ada komentar: