Rabu, 18 Juni 2008

Pelajaran dan Hikmah di Waktu Fajar

Pagi hari, tanggal 19 Juni 2008,pukul 08.00 BBWI. Pagi ini di lift, teman kantorku Ty, menyapaku dan bilang,”Kok mas hari ini tampak capek dan kuyu, kenapa mas?”. Ohya kah? Mungkin itulah bedanya antara kekuatan fisik dan kekuatan jiwa. Kekuatan fisik lebih dipengaruhi oleh bagaimana kita menjaga agar kondisi fisik kita tetap bugar, tentunya dengan asupan vitamin yang cukup, pola makan yang sehat, istirahat dan olahraga yang teratur, dan lainnya. Pendeknya bagaimana kita berpola hidup sehat. Karena kondisi fisik seseorang memiliki kapasitas yang sudah given. Sedangkan kekuatan jiwa lebih dipengaruhi oleh bagaimana kondisi psikologi dan pikiran kita agar tetap fresh, terhindar dari pikiran-pikiran negatif seperti pesimisme, negative thinking, emosi, kesal, dan lain sebagainya. Ketika kita mampu menjaganya agar tetap fresh maka kekuatan jiwa kita berada pada level tinggi.
Sebagaimana firmanNya... "Demi Matahari yang bersinar di pagi hari, demi bulan apabila mengiringinya, Demi siang apabila ia menampakkan diri, Demi malam apabila ia menutupi, Demi langit dan seluruh binaannya, Demi bumi dan seluruh yang ada di permukaannya, Demi jiwa dan penyempurnaannya. Seluruh kebaikan dan keburukan dan Engkau berikan. Beruntunglah bagi yang mensucikan jiwanya, dan rugilah siapa yang mengotorinya". Jiwa adalah penghubung antara alam rohani dan alam jasmani. Jiwa menjadi perantara antara langit dan bumi. Dari sisi ciptaan, manusia adalah makhluk tertinggi yang dipatuhi oleh makrokosmos, sesuai dengan sunnatullah. Tak ada makhluk lain yang memiliki keseluruhan dimensi dan potensi yang selengkap manusia. Jika jiwa diibaratkan seperti cahaya yang bermuatan partikel atau foton, maka jiwa akan melepaskan foton-foton itu ke alam fisik untuk selanjutnya mewujudkan pikiran. Jiwa jiwa diibaratkan seperti gelombang yang merambat dalam ruang maka ia akan mengirim gelombang pikiran itu ke alam fisik untuk selanjutnya mewujudkan pikiran tersebut.
Lantas? Semoga saja aku tak sedang mempresentasikan pembenaran bahwa kondisi fisikku saat ini sedang dalam keadaan berbanding terbalik dengan kondisi psikologi. Yang jelas, beberapa hari ini aku emang bangun awal sampai sholat shubuh dan mencoba untuk tidak tidur lagi. Berkah dan rezeki bisa hilang, kata orang-orang tua kita. Dan emang, kurasakan saat-saat fajar seperti itu, pikiran kita masih sangat fresh untuk mengeluarkan kemampuan maksimal. Pada moment ini pikiran kita sedang on-fire, sehingga kalau bisa didayagunakan secara optimal mungkin emang bisa dimanfaatkan untuk menangkap berkah dan rezeki.

Pagi ini aku ingin merefleksi kejadian shubuh tadi, yang subhanallah, semoga ini adalah hikmah yang relevan dan berharga dalam menjawab proses yang sedang aku jalani saat ini. Pagi ini aku bangun jam 0300, mandi, lalu sholat isya dan tahajjud. Sampai shubuh. Saat adzan shubuh aku menuju ke musholla kecil yang tak jauh dari kontrakan rumahku. Akhir-akhir ini aku emang membiasakan diri sholat shubuh di musholla ini. Bukan lantaran sekadar karena banyaknya jamaah yang yang dipanggil sebagai Pak Haji, artinya jamaahnya banyak yang telah melaksanakan rukun kelima. Yang jelas, aku suka dengan bacaan Pak Imamnya yang sungguh tartil. Pagi ini, aku mendapatkan satu ayat yang sungguh sangat berharga bagitu...

To be continued

Tidak ada komentar: