Senin, 02 Juni 2008

Topik baru?

Sabtu, 31 Mei 2008… Wow, ternyata sudah sangat lama aku tidak menyambangi diaryku ini ya. Di saat sebenarnya ada perubahan warna yang mungkin bisa terekspresikan dalam perkembangan topik yang berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Mudah2an topik ini akan berlanjut dan merupakan tahapan awal dari proses yang akan aku jalani setelah aku mengalami suatu proses yang panjang dan melelahkan, terutama semenjak divorce yang tidak berlangsung smooth. Banyak hal hikmah yang aku peroleh semenjak peristiwa tersebut. Termasuk kurasakan adanya turbulensi dan volatilitas spiritualitasku mengiringi proses ujian yang aku alami, terkadang saat tertentu aku merasa betapa aku butuh dekeet sekali denganNYA, sebagai satu-satunya kepada siapa aku bisa mengadu dan curhat, di malam2 yang sepi sedangkan pada saat lainnya aku merasa terlena dengan adanya godaan-godaan berat sebagai dampak dari ujian yang aku alami tersebut. Saat ini, detik ini aku telah bertekad untuk konsisten, komitmen, istiqomah, untuk selalu menempatkan hikmah ini dalam setiap langkah ke depan, dan membuka lembaran baru dengan warna yang mudah2an jauh lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya. Insya Allah, semoga tekad, janji dan niat ini akan aku jaga sampai saat aku tidak mampu lagi melaksanakannya. Beri kekuatan kepada hambamu yang lemah ini Ya Allah..

Ku ingin mengguratkan sedikit saja tentang topik aktual proses yang kulakukan untuk mencari jodoh pasca divorce. Terhitung semenjak aku join ke sebuah milis yang beranggotakan para pejomblo mania, muslim dan muslimah, aku langsung tersibukkan dengan berbagai kegiatan, entah itu sekadar chit-chat, sms, janjian ketemuan, ada yang minta cv, taaruf, dan lain sebagainya. Beberapa diantaranya kita sempat ketemuan sekadar ngobrol lunch atau dinner sepulang kantor.

Sampai pada akhirnya, ajaib, mudah-mudahan yang terjadi ini adalah jawaban atas doaku selama ini. Entah melalui mekanisme seperti apa dan bagaimana, tiba-tiba seorang muslimah yang awalnya melalui sebuah sms memperkenalkan, dan mengajakku untuk ketemu. “Get your mobile number from friend in milis..assalamu’alaikum .. I’m IS, would like to know you as friend first.. May I? Wassalam..”. Yang mengagetkanku adalah saat dia melalui sms mengirimkan pesan, “Aku dah baca my diary mas.. Salut ama hidup mas, feel sorry also about your life recently.. Semoga tetap sabar dan tawadhu ya”. Deggg… apaaa…, oh tidaakkk…!!!. Kaget bukan kepalang diriku. Bagaimana mungkin bisa terjadi, seingatku aku hanya memberikan dia blog multiplyku aja, dan tidak ada link ke blogger. Bagaimana bisa? Ku hampir tak percaya ada seseorang yang bisa membuka diaryku yang tersimpan rapi di dunia maia, kecuali apabila seseorang emang aku berikan alamat blognya. Sungguh malu karena catatan pribadinya diketahuinya, dan dengan penasaran akupun tanya darimana dirinya tahu alamat blog diaryku. Dia bilang, “Kemarin mas ngasih multiply, nggak apa2 mas, tidak ada yang kebetulan lah, Allah semua yang berkehendak bukan? Termasuk tentang diary itu.. Ketemuan yuk.. Di starbuck buncit aja, mau? Bisa? Just want to know you better..”. Begitulah awalnya, hari itu juga kita langsung janjian untuk ketemuan di sebuah kafe steak di bilangan Buncit, dan proses perkenalan saat itu dan selanjutnya sampai saat ini masih sangat terpatri dengan pada benakku. Jujur, aku sangat terkesan dengan dirinya, dan aku sangat berharap bahwa dia --atau setidaknya orang seperti dia--, akan menjadi ibu dari anak-anakku kelak. Seorang wanita muslimah yang Insya Allah memenuhi kriteria yang aku harapkan (dan bagaimana denganku, apakah aku juga memenuhi kriteria yang diharapkannya? Aku tidak tahu, semoga). Yang jelas, pertemuan pertama dengannya adalah tanggal 16 Mei 2008, berarti sampai saat ini baru setengah bulan kita kenalan bukan? Sungguh rentang waktu yang sangat-sangat pendek untuk memutuskan baik pada diriku maupun pada dirinya, apakah sosok yang baru kita kenal ini adalah sosok yang telah kita telah haqqul yakin untuk menjadikannya sebagai pasangan hidup kita kelak. Setuju? Sebentar, menurutku waktu memang bukan segalanya untuk sebuah parameter yang menentukan apakah kita sudah saling mengenal atau belum. Ada pasangan yang kenal sesaat, dan memutuskan langsung menikah ternyata dalam kenyataannya mereka oke dan happy saja dalam menjalaninya. Sebaliknya ada yang melalui proses taaruf (bahkan pacaran) dalam waktu lama, ternyata energinya akhirnya habis dicurahkan saat pacaran, dan setelah married mereka kehabisan energi untuk saling menjaga, melindungi, menghormati, menyayangi, sehingga akhirnya kapalnya karam di tengah jalan. Ini emang debatable, mungkin tergantung dan lebih tepat untuk dikembalikan ke masing-masing pribadi yang menjalaninya. Yang jelas, dalam usia saat ini, aku 37 dan dia 34, kupikir emang bukan masanya lagi bagi kita untuk berpacaran, saling menemukan frekuensi yang cocok, ketemuan tiap hari, ngobrol mencari topik yang membuat kita makin menyatu, dan lain sebagainya. Mungkin dalam hal ini kita emang sudah sedemikian sepakat, --istilah yang ingin kupake sebenarnya sedemikian berjodoh, hiks-- dan oleh karenanya dengan cepat topik pembicaraan kita langsung nyambung. Jujur, saat pertama aku ketemu fisik, melihat senyum manis dan kehangatannya untuk masuk ke kafe dan memperkenalkannya dengan saudara dan ponakannya, hatiku seketika berdesir dan feelingku berkata seolah dia telah lama kukenal. YA Allah, mungkinkah emang dia pernah kukenal saat kita telah sama-sama tertulis di lauh mahfudz ya. Pertemuan pertama sangatlah akrab dan hangat. Dia sangat humoris, pintar, religius dan… tentu cantik. Dia bekerja di sebuah perusahaan mining coal yang berkantor pusat di satu deret dengan kantorku. Aku sedikit heran kok ada ya, seorang wanita yang cantik, pinter, mapan, dan humoris seperti dia yang dalam tingkat usia seperti itu masih sendirian. Dalam bayanganku, mestinya dia atau orang-orang sepertinya, tentu sudah punya beberapa anak, sudah married atau minimal sudah punya tunangan untuk menikah. Duh, capek deh, mikirin hal-hal kemungkinan itu, sudahlah, aku tidak perlu berpikir soal itu, mungkin saja dia selama ini terlalu lama bersibuk ria bekerja di lokasi tambang sehingga lupa memikirkan kepentingan diri dan masa depan. Yang penting, saat ini dia masih sendiri dan ternyata dirinya juga membuka peluang dan jalan bagiku untuk membicarakan kemungkinan kita untuk melangkah ke tahapan selanjutnya yakni married. Lalu bagaimanakah proses selanjutnya? Sampai disini aku stop dulu, mungkin perlu bab tersendiri untuk membahasnya.

Tidak ada komentar: