Rabu, 18 Juni 2008

Sebuah Renungan dari Al Ghazali

Nasehat Imam Ghozali tentang menuju sholat khusu’, setidaknya ada 6 keadaan jiwa:
Adanya kesadaran hati, yaitu kosongnya hati dari segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan sholat.
Adanya pemahaman yang mendalam mengenai makna yang diucapkan.
Adanya rasa takzim atau penghormatan, yaitu keyakinan akan keagungan dan kebesaran Allah, dan keyakinan tentang kehinaan diri. Rasa takzim ini akan menimbulkan kepasrahan, kerendahan hati dan kehusyukan.
Adanya rasa takut yang disertai pengagungan, yaitu keadaan jiwa yang timbul sebagai buah dari keyakinan tentang bersarnya kemampuan, keperkasaan, serta kekuatan kehendak Allah. Semakin mengenal sifat2 Allah maka akan semakin bertambah pula rasa ini.
Adanya rasa pengharapan, yaitu mengharapkan shalahnay diterima dan diberi ganjaran pahala.
Adanya rasa malu, yaitu perasaan malu disebabkan kelalauan dalam mendataati perintah2Nya. Keadaan ini timbul dari pengakuan akan kekurangsempurnaan atau kekurangikhlasan dalam mengerjakan perintah2Nya ataupun menyadari bahwa selama ini Allah telah memberi begitu banyak karunia, selalu kita kalahkan dengan urusan2 duniawi yang sebenarnya belum pasti akan kita peroleh.

...dan orang yang memelihara sholatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi surga firdaus. Mereka kekal di dalamnya. Al Mu’minun (23): 9-11.

“Ada kalanya seseorang bersholah, namun yang diterima darinya 1/2nya, 11/3nya atau 1/5nya atau 1/6nya ataupun 1/10nya. Sesungguhnya sholat yang diperhitungkan bagi seseorang hanyalah sekadar yang dikerjakannya dengan sadar.

Bagaimana kiat-kiat untuk menuju sholat khusyu’?

Pada saat mulai berdiri menghadap kilat, yakinilah bahwa engkau kini tak sedetik pun luput dari pandangan Allah. Karena itu berdirilah dengan sikap seolah-olah engkau berada di hadapan seorang raja masa kini.

Sebelum takbiratul ihram hendaknya merenung sejenak membayangkan kengerian terhadap neraka dan nilmatnya surga, serta menyadari kepada siapa kita bersujud. Jauhkan dari hal-hal yang meracuni perasaan. Kuatkan niatmu untuk memenuhi dengan ikhlas perintah Allah akan kewajiban sholat serta bertekad akan melaksanakannya dengan sesempurna mungkin.

“Allah menghadapi orang yang sedang shilat selama orang itu tidak berpaling”.

Waktu takbiratul ihram, camkan jika lidahmu telah mengucapkannya, maka janganlah hatimu mendustakannya. Jika dalam hatimu masih ada sesuatu yang lebih besar dan lebih berpengaruh dari Allah maka Allah pasti menyaksikan bahwa engkau telah berdusta.

Waktu membaca iftitah,”Wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal ardha..” (kuhadapkan wajahku kepada Sang Pencipta langit dan bumi..) sadarilah bahwa yang dimaksud wajah disini adalah “wajah hati”. Periksalah hatimu apakah ia menghadap kearah angan-angan kepentingan duniawi ataukah ia menghadap Allah Sang Pencipta langit dan bumi?

Dan ketika nekau berkata,”hanifan musliman..” (sebagai muslim yang lurus, maka ingatlah sabda nabi,”Seorang muslim adalah yang kaum musllimin lainnya selalu merasa aman dari gangguan lidah dan tangannya”. Tekadkan bahwa engkau ingin menjadi muslim yang baik dan sesalilah kesalahan2mu selama ini terhadap sesama muslij.

Dan bila engkau mengucapkan,”Wama ana minal musyrikin..” (dan tidaklah aku termasuk orang2 musyrik) maka bangkitkan perasaan bahwa ibadah kita ikhlas, bukan mengharapkan pujian dari manusia. Dan waktu kita mengucapkan, “wamahyaya wamamati lillah..” (hidupku dan matiku untuk Allah), maka tekadkanlah bahwa kehidupan di dunia ini memang hanya semata-mata untuk diuji dalam mematuhi perintahNya dan meninggalkan laranganNya.

Waktu mengucap, “A’udzubillahi minasyaithonirrojim (aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk), maka ingatlah bahwa sekarang setan sedang bersiap-siap memalingkan hatimu dari Allah agar sholatmu kacau. Karena itu pertebal kesiagaan supaya pikiran atau hati tigak melantur diperdayai setan sehingga engkau tidak memahami makna yang dibaca.

Saat membaca’”Bismillahirrahmanirrahim”, pahamilah bahwa engkau sedang mengatasnamakan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Saat “Alhamdulillah...” maka hadirkanlah dalam hatimu perasaan bersyukur atas nikmat yang telah engkau peroleh. Ingat sabda Rasulullah bahwa kita jangan mellihat orang yang berada di atas kita tapi lihatlah nasib orang yang berada di bawah kita.

Saat’”Maliki yaumiddin..” (Sang Pemilik Hari Pembalasan), maka bangkitkanlah perasaan takzim dan rasa takut dalam hatimu, karena Dialah yang menjadi satu-satunya Penguasa pada waktu hari Pembalasan nanti. Dialah yang akan menentukan tempatmu di surga atau neraka.

Setelah, “Iyyaka na’budu (hanya kepadaMu kami menyembah), dan ‘”Wa iyyaka nasta’in” (dan kepadaMu kami mohon pertolongan), hadirkanlah perasaan bahwa dirimu tidak mampu mencapai sesuatu pun tanpa pertolonganNya.

Lalu ucapkan’”Ihdinasshirathal mustaqim” dengan perasaan berserah diri dan penuh harap Allah akan selalu mengaturkan jalan hidup kita pada jalan yang lurus.

Pada waktu ruku, ikutilah dengan ketundukan hati kepada Allah dan merendahkan diri kepadaNya.

Bila mengucapkan,”Sami’allahu liman hamidah” (Maha mendengar Allah akan pujian orang yang memujiNya) maka yakinilah bahwa Allah akan memenuhi apa yang telah kita baca.

Kemudian iringi dengan perasaan syukur ketika mengucapkan “Rabbana lakal hamdu (Ya Tuhan kami, bagiMu segala puji).

Pada waktu sujud, rasakanlah kehinaanmu sehingga ikhlas merendahkan diri meletakkan kepalamu di tempat yang paling rendah. Hadirkan perasaan takzim dalam menyembah ii. Ingatlah pada waktu sujud itu, seorang hamba berada paling dekat dengan Tuhannya.


Memahami Makna Shalat
Sangat penting untuk memahami dan menghayati apa yang kita lakukan dan kita ucapkan. Bagaimana resepnya? Bibir melafazkan bacaan sholat sementara pada saat yang bersamaan hati menterjemahkannya.

Wajjahtu wajhiya lilladzi fatharos samawati wal ardho (aku hadapkan wajahku kepada Allah yagn menciptakan langit dan bumi)
Hanifan musliman (dengan keadaan suci lagi berserah diri)
Wama ana minal musyrikin (dan aku bukanlah dari golongan orang2 musyrik)
Inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati (Sesungguhnya sholatu, ibadahku, hidupku dan matiku)
Lillahi robbil alamin (semata mata hanya untuk Allah, Tuhan sekalian alam)
La syarikalahu wa bidzalika umirtu (Tidak ada sekutu bagiNya, demikian aku diperintahkan)
Wa ana minal muslimin (dan aku termasuk orang2 yang berserah diri)

Audzu billahi minassyaithonirrojim (Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan setan yang terkutuk)
Biasmillahirrohmanirrohim (Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
Arrohmanirrohim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
Maliki yawmiddin (Yang menuasai di hari Pembalasan)
Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan)
Shirothol ladzina an’amta alaihim (Jalannya orang-oragn yang telah Engkau beri nikmat)
Ghoiril maghdhubi ‘alaihim (Bukannya jalan orang2 yang Engkau murkai)
Waladh dhollin (Dan bukan pula jalannya orang-orang yang tersesat
Amin (Kabulkanlah permohonan kami ya Allah)

Subhana robbiyal ‘adzim (Maha suci Allah yang Maha Agung)
Sami’allohu liman (Maha mendengar Allah akan pujian orang-orang yang memujiNya
Robbana lakal hamd (Ya Allah, untukMu segala puji
Subhana robbiyal a’la (Maha suci Allah yang Maha Tinggi)

Allahummaghfirli (Ya Allah ampunilah hamba)
Warhamni (Kasihanilah hamba)
Wajburni (Lindungilah hamba)
Wahdini (Berilah hamba petunjuk)
Warzugni (Berilah hamba rejeni)

Qul huwallohu ahad (katakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa)
Allahu shomad (Allah tempat bergantung)
Lam yalid walam yulad (tidak beranak dan tidak pula diperanakkan)
Walam yakun lahu kkufuwan ahad (dan tidak ada sesuatu pun yang menyamaiNya)

Qul a’udzu birobbinnas (Katakanlah Aku berlindung kepada Tuhan manusia
Malikin nas (Raja manusia)
Ilahin nas (Sembahan manusia)
Min syarril waswashil shonnas (Dari bisikan setan yang biasa bersembunyi)
Alladzi yuwasfwisuffishudurin nas (yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia)
Minal jinnati wan nas (dari jin dan manusia)

Qul ‘audzu birobbil falaq (Katakanlah Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh
Min syarri ma kholaq (Dari kejahatan makhluk_nya
Wa min syarri ghosiqin idzawaqob (dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita)
Wa min syarri naffasati fil ‘uqod (Dan dari kejahatan wanita2 tukang sihir yang meniup pada buhul-buhul).
Wa min syarri hasidin idza hasad (Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia mendengki)

Attahiyyatul lillah, washolawatu wathoyyibatu (Segala kehormatan, segala doa dan semua yang baik-baik bagi Allah)
Assalamu’alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullohi wa barokatuh (Bahagialah engkau wahai pada nabi dengan rahmat dan berkahNya)
Assalamu’alaikna wa’ala “ibadillahisholihin (Bahagialah kami dan hamba2 Allah yang soleh)
Asyhadu ala ilaha illalloh, wa aasyhadu anna Muhammad darosulullaoh (Aku mengaku bahwa sesungguhnyalah tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad itu adalah RasulNya)
Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa’ala ali Muhammad (Ya Allah berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad)
Kama sholaita ala Ibrahim (sebagaimana Engkau telah memberikannya kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim)
Wa barik ‘alaa Muhammad wa’ala ali Muhammad (Dan berilah nerkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad)
Kama barokta ‘ala Ibrohim wa’ala ai Ibrohim (sebagaimana Engkau telah memberikannya kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim)
Fil ‘alamina innaka hamidum majid (Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia)
Assalamu’alaikum warahmatullaho wabarokatuh (Salam sejahtera, rahmat dan berkah Allah semoga dilimpahkan kepada kalian)
Astaghfirullahahl’ adzim (Saya mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung)

Allahumma antas salam (Ya Allah, Engkau Maha Sejahtera)
Wea minkas salam (dan dariMulah kesejahteraan)
Tabarokta dzal jalali wal ikrom (Maha berkahEngkau ya Allah, yang memiliki kemegahan dan kemuliaan)

Subhanallah (maha suci Allah)
Alhamdulillah (Maha Terpuji Allah)
Allahu Akbar (Allah Maha Besar)

Tidak ada komentar: