Minggu, 16 Maret 2008

Merespon Informasi...

Pagi ini, Selasa 11 Maret 2008, dalam perjalanan berangkat menuju kantor dengan kereta Bekasi-Jakarta, saat masih terkantuk-kantuk, aku sempatkan buka HPku. Ternyata ada 2 sms dari mbak Nunung. Masuk dan terkirim pada jam 02 dini hari tadi.

“Mati hidup di tangan ALlah, tidak ada yang dapat memajukan atau memundurkan waktunya, semuanya sudah ditentukan sebelum kita lahir. Aku selalu berdoa agar aku,anak2ku, ibu bapakku, suamiku, adik2ku, yang masih hidup diberi hidayah oleh ALlah, digolongkan ke dalam orang2 yang sholeh dan taat kepada ALlah dan RosulNya diselamatkan di dunia dan akhirat.Adik2ku, ayo kembali ke ALLah, banyak istighfar, istiqomah, sholat, infaq, ngAJ dan artinya setiap hari. Amalkan Al Qur’an semaksimal mungkin”.

Sms dia berikutnya.

“Mati hidup di tangan ALlah, orao dipateni yen wis wancine iso mlayu nyang ngendi, yen durung wancineditimbali berarti masih terus diuji. Dak pikir ALlah sayang ke kita, peristiwa ini moga-moga lebih bisa mendekatkan kita kepadaNya. Alhamdulillah, ALlah menyadarkan, dunia yang indah ini pasti akan kita tinggalkan. Jangan terlena sia-siakan waktu, siapa yang tahu kapan kita mati. Yen HN, mateni ki hukume qishos. Koyo-koyo’o bakal ana donya kekal, uwong ra duwe aturan. Wis ra wedi dosa besar”.

Dan lagi.

“Ayo sholat Tahajjud bareng. Jiwa kita akan dapat makanan dengan sholat + tilawah qur’an + artinya. Dulu waktu kuliah, setiap bulan sekali irim wesel bapak pesen untuk baca qur’an tiap hari. Saat kiamat siapa yang bisa nolong. Saat berjala di shorot bagiamana bisa mendapat cahaya”.

Lagi.

“Iya, terus berusaha istiqomah, yen pengen matinya khusnul khotimah. Yen gak istiqomah terus-menerus jangan-jangan mati saat titik terjauh dari ALlah. Naudzubillah. Bacaan naziat yang masuk neraka yang melampauai batas dan lebih mencintai dunia. Menurutku yen gakistiqomah berarti lalai, terpesona dengan hiasan dunia, seolah-olah seterusnya kita disini”

Di kantor, aku mendapatkan telepon lagi dari mbak DW, yang mengabarkan bahwa HN dan laki2nya yang bernama YS akan bertemu dengan Bang JM. Dia menyarankan agar aku berusaha untuk menemui suaminya dan ngomong baik-baik agar suaminya tidak kembali ke dalam perangkap HN untuk berbuat kejahatan besar. “Bapak coba aja membuka komunikasi ke Bang JM, tapi bicaranya hati-hati pak. Jangan sampai seolah ini informasinya dari aku. Dan bapak jangan langsung bicara soal rencana pembunuhan tadi pak. Yah, say hello dan perkanalan dulu aja. Kalo udah kenal, Bang JM orangnya baik pak..”, katanya menyarankan.
Sepulang kantor, sekitar jam 18.00 BBWI, dalam perjalanan naik kereta api, aku teringat bahwa di kereta api ini tentunya ada mas AJ. “Mas, kalau mas AJ naik kereta api Jakarta-Bekasi, aku ingin bicara sebentar”, kataku. “Ok, kutunggu di stasiun Bekasi”, katanya. Sampai di stasiun, ak ceritakan tentu saja tidak dengan detil tentang informasi adanya rencana jahat HN terhadapku. “Sebuah rencana kejahatan tertentu yang terencana dan sistematis, yang kalao terungkap akan ditindak dengan ancaman penjara maksimal bisa seumur hidup di penjara atau puluhan tahun penjara”, kataku. Dari mimik dan sikapnya, aku tahu bahwa mas AJ tidak percaya dengan statemenku. Mungkin dia merasa aku terlalu merasa ketakutan dan dikejar-kejar oleh ancaman saja. “Menurutku, simpel saja penyelesaiannya. HN tujuannya apa, dan kamu aspirasinya apa, lalu ketemu atau melalui pihak ketiga untuk membicarakannya”. Yah, begitu mudah untuk diucapkan. Tapi seandainya saja mas AJ tahu bagaimana dan seperti apa HN itu, tentunya dia akan setuju denganku bahwa itu tidak akan mudah untuk direalisasikan.

Tidak ada komentar: