Rabu, 03 September 2008

Hari ke-3 Ramadhan dan Juz ke-2 dan ke-3

Hari Rabu, hari ke-3 puasa ramadhan, program khatam Al Qur'anku ternyata masih keteteran untuk masalah tafsirnya. Baca Qur'annya sih udah 4 juz, tapi tafsirnya masih sangat nihil dan tidak sistimatis. Ternyata bukan hal yang mudah. Dalam keterbatasan waktu yang ada, di tengah-tengah kesibukan kantor yang mulai padat, kondisi jalan yang seperti biasa selalu macet, perkara hukum yang masih belum tuntas namun dalam proses penyelesaian oleh lawyerku, mudah-mudahan aku masih bisa memprioritaskan programku ini. Mudah-mudahan mata hatiku dapat terbuka, terutama di bulan yang penuh berkah dan ampunan ini. Okelah, aku coba eksplor materi pada juz 2 dan 3 sekaligus, yang diri ini masih belum sistimatis dalam membaca, memahami, menangkat dan tentu saja dalam menyajikannya.

Juz 2 ini dibuka dengan ayat turun sebagai sebagai jawaban dan respon Allah swt atas permohonan Nabi Muhammad, yang mengharapkan agar arah kiblat diubah dari Baitul Maqdis ke arah Masjidil Haram. Perubahan ini sekaligus untuk membedakan antara kiblatnya Umat Islam dengan orang Yahudi yang menghadap kepada Baitul Maqdis dan orang Nasrani yang menghadap arah terbitnya matahari. Allah berfirman dalam salah satu ayatnya, menyeru kepada tiap muslim dari manapun, di daratan, di lautan, di arah barat maupun timur, agar ketika shalat menghadap ke Masjidil Haram. Ketentuan ini merupakan hak Allah dan tidak perlu diragukan lagi, dan Dia sama sekali tidak lengah dan melupakan apa-apa yang dilakukan oleh umatNya.

Dalam ayat yang lain, yakni 152 Allah berfirman, fadkuruni adhkurkum waskuruli wala takfurun, Oleh karena itu manusia ingatlah kepadaku maka niscaya Aku pun ingat kepadamu. Bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu ingkar kepadaKu. Syukur adalah mengetahui, memahami, merasakan adanya kebaikan dari Allah dan mengafirmasikannya. Janganlah kalian mengingkari nikmatKu karena kalian dapat terhalang untuk mendapatkannya kembali. Ingkar bermakna menutupi dan tidak mengakui nikmat sehingga dapat mengakibatkan Allah menarik kembali nikmat itu.

Ayat 153, Yaa ayyuhalladzina amanus ta’inu bis shobri was sholat, Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar sebagai pijakan dalam menjalankan tugas dari Allah yang telah diwajibkan kepadamu seperti jihad dan shalat. Dengan menjalankan shalat, seorang akan lebih kuat hubungannya dengan Allah, dapat mengeluarkannya dari kesempitan dan dapat megeluarkannya dari kesusahan. Sesungguhnya Allah akan meolong orang-orang yang sabar.

Selanjutnya, pada ayat 154, Allah menurunkan ayat ini pada saat beberapa sahabat gugur dalam perang Badar. Pada saat orang-orang membicarakan tentang mereka yang syahid ini dengan mengatakan,"Fulan telah mati. Hilanglah kenikmatan dan kelezatan hidup di dunia. Maka turunlah ayat ini, Janganlahkalian menganggap orang-orang yang gugur di jalan Allah itu telah mati, bahkan sebenarnya mereka itu hidup menyaksikan jasad dan hilangnya ruh mereka.

Ayat 155 Allah menegaskan tentang ujian yang akan diberikanNya kepada umatnya. Sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian untuk mengetahui kadar keimanan kaliana dengan mendatangkan ketakutan (dari serangan musuh), kelaparan (dari resesi, krisis ekonomi, pacelik), kekurangan harta, hilangnya nyawa dengan mati terbunuh saat jihad atau karena penyakit, kekurangan gizi dan vitamin. Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar tentang surga, pengampunan dan rahmat. Dilanjutkan dengan ayat selanjutnya, orang-orang yang sabar apabila ditimpa musibah merka akan mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, kita adalah hamba Allah dan akan kembali kepadaNya kelak setelah mati. Lalu ayat selanjutnya, Orang-orang sabar itu akan mendapatkan pengampunan dan pujian dari Allah Swt, juga akan memberikan tambahan rahmat dan kebaikan yang berlimpah ruah. Mereka itulah yang akan mendapatkan petunjuk.
Ayat 164 merupakan peringatan kepada manusia tentang kekuasaan Allah. Inna fi khalqissamawati wal ardhi wakhtilafillaili wannahari wal fulkillatii tajrii bima yanfa’unnasa wama anzalallahu minassama’i…, Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya, keajaiban2 makhluk yang menempatinya, silih bergantinya malam dan siang dengan gelap dan terang, panas dan dingin, panjang dan pendek, saling memberikan pengaruh bagi keduanya, bahtera yang berlayar di laut dan berguna bagi manusia untuk alat transportasi dan untuk membawa barang dagangan dan lainnya, dan Allah turunkan dari awan berupa air, es dan lainnya, lalu dengan itu Dia hidupkan tumbuh-tumbuhan setelah keringnya dan Dia sebarkank ke seluruh penjuru, dan awan yang dikendalikan oleh kekuasanNya. Pada saat yang demikian itu, sungguh terdapat tanda-tanda wujud dan keesaan Allah swt bagi orang yang mau berpikir. Dilanjutkan pada selanjutnya, Adapun bagi orang-orang yang tidak berpikir tentang itu, yaitu kaum musyrikin yang telah menjadikan selain Allah sebagai sesembahan, baik dalam bentuk gambar, berhala, benda mati lainnya yang mereka mencintainya sebagaimana orang Mukmin mencintai Allah. Namun orang Mukmin tetap lebih mencintai Allah dibandingkan mereka mencintai tandingan dan tuhan buatan mereka itu. Seandainya orang-orang yang berbuat dzalim kepada dirinya itu, yang disebabkan oleh kekafiran dan kecintaan mereka terhadap tandingan Allah, melihat siksa di hari kiamat, maka mereka tidak akan mencintai tandingan-tandingannya itu. Mereka pasti mengakui bahwa seluruh kekuatan adalah milik Allah dantidak ada kekuatan selain kekuatan milikNya. Allah mempunyai siksa yang amat berat kepada mereka.

Berlanjut pada ayat 166, Ternyata para pemimpin kafir itu telah melepaskan tanggungjawabnya dari orang-orang yang mengikutinya di hari kiamat, yaitu ketika mereka dihakimi di akhirat. Ketika hubungan yang terjalin diantara mereka di dunia untuk saling membantu telah terputus sama sekali. Lalu, Berkatalah orang-orang yang mengikuti mereka,"Seandainya kami dapat kembali ke dunia pasti akan melakukan amal kebaikan dan kami akan melepaskan diri dari para pemimpin kafir yang telah menipu kami sebagaimana mereka berlepas diri dank am ketika mereka melihat siksa". Demikianlah Allah swt memperlihatkan kepada mereka amal perbuatan yang buruk yang mereka kerjakan di dunia menjadi penyesalan bagi mereka. Sekali-kali mereka tidak akan bisa keluar dari api neraka. Sebab mereka akal kekal di dalamnya karena kekafiran dan kecintaan mereka kepada tandingan2 Allah.

Ayat 168-169, Hai manusia, makanlah apa yang telah diciptakan Allah di bumi yang halal dan lezat! Janganlah kalian mengikuti jalannya dan cara setan yakni ajakan untuk maksiat, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Sebab sesungguhnya setan telah menabuh perang melawan kalian. Dilanjutkan ayat 169, Sesungguhnya setan itu menyuruh kalian untuk berbuat jahat dan seluruh perbuatan yang berbau maksiat dan berdampak negative. Perbuatan keji adalah perbuatan maksiat yang paling buruk seperti zina, membunuh, perbuatan dosa besar lainnya dan menyuruh kalian untuk menghalalkan perkara haram dan mengharamkan perkara halal dengan mengangga semua itu sebagai perintah syara’.

Ayat 170. Bila dikatakan kepada orang-orang kafir,"Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah kepada rasulNya yaitu Al Qur’an, hikmah, beriman kepada Allah dan rasulNya," mereka menjawab,"Kami tidak akan mengikuti agamamu, tetapi kami hanya mengikuti agama nenek moyang kami yang telah kami dapati. Allah swt kemudian menjawab perkataan mereka itu,"Apakah kalian juga akan mengikuti juga, walaupun nenek moyang yang kalian ikuti itu tidak mengetahui suatu apa pun tentang agama dan rahasianya dan tidak mendapat petunjuk kebenaran, kebaikan dan kebahagiaan?". Selanjutnya, Perumpamaan orang yang menyeru kepada orang kafir yang hanya membeo kepada nenek moyang mereka dan mengajak supaya mereka beriman, seperti seorang penggembala yang memanggil unta dan doma yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan yang dekat saja, yaitu dengan mendatangi dan mengagetkannya. Memanggil mereka dari jauh hanya membuang suara saja karena mereka tidak paham. Mereka tuli dari mendengar kebenaran dan bisa sehingga tidak bisa mengatakan kebaikan dan buta sehingga tidak bisa mengklasifikasikan permasalahan dengan jelas bahkan mereka mencampuradukkannya seperti binatang. Bagaimana mereka bisa mengerti apa yang dikatakan kepada mereka atau paham terhadap ajakan menuju kebenaran dan keimanan?

Juz 3, dibuka dengan pada ayat 253 yang memberitakan betapa Allah telah menurunkan para Nabi dan Rasul dengan berbagai keistimewaan dan mujizat yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Mereka memiliki karakteristik dan biografi yang berbeda satu sama lain. Diantara mereka ada yang diajak berbicara langsung denganNya seperti Nabi Musa dan Nabi Muhammad. Sebagian mereka ada yang diangkat derajatnya oleh Allah seperti Nabi Idris, Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad. Sedangkan kepada nabi Isa putera Maryam beberapa mujizat seperti pada Ali Imran ayat 49, seperti kemampuan untuk menghidupkan kembali orang yang telah mati, menyembuhkan orang yang sakit, memperkuatnya dengan Ruhul Quddus yaitu Malaikat Jibril. Akan tetapi umat para nabi itu berselisih setelah datangnya bukti kebenaran kepada mereka kemudia nsaling membunuh. Seandainya Allah menghendaki mereka untuk tidak saling bunuh setelah berbeda pendapat maka mereka tidak akan saling membunuh. Akan tetapi, Allah bebuat apa yang dikehendakiNya karena setiap ketetapanNya ada hikmahnya dan tidak ada yang dapat menolak keinginanNya maka Dia berbuat sesuai yang dikehendakinya.

Ayat 254 mmerintahkan orang beriman untuk melakukan infaq seuai dengan kadar kemampuan sebagian dari rejei yan telah diberikan Allah agar memperoleh pahala di akhirat nanti sebelum datangnya hari kiamat yang pada saat itu tdak ada lagi jua beli. Pada saat itu juga tidak ada lagi persahabatan yang membawa kemanfaatan. Orang-orang kafir telah menzalimi mereka sendiri dengan mendustakan Rasul dan melanggar perintah Allah. Dilanjutkan pada ayat 255, Pahahal hanya Allahlah yang layak dan patut untuk disembah, yang Hidup Kekal terus menerus, mengurus dan menjaga dan mengarahkan makhluk2Nya, tidak mengantuk, tidak terlena dan tidak tidur. Dialah yang memiliki langit dan bumi.

Ayat, 256, tidak ada paksaan untuk masuk agama Islam. Sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan kebenaran (keimanan dan hidayah) dengan jalan yang sesat dan kebodohan yang timbul dari keyakinan yang salah. Dilanjutkan ayat 257, bahwa Allah Penolong dan Pelindung orang2 yang beriman. Dia melindungi, member pertolongan dan mendukung mereka. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kekafiran, keragua-raguan dan kebdohan kepada hidayah, iman dan ilmu. Sebaliknya orang2 kafir, pelindungnya yakni pemmpiun kesesatan dan para setan yang telah mengeluarkan mereka dari cahaya yang merupakan fithrah yang diberikan Allah kepada kegelapan kekafiran, kemaksiatan dan kebodoha, mereka akan menghuni neraka selama2nya.

Pada ayat 261, Allah memberikan perumpamaan bahwa orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah dengan tujuan mencari ridha Allah adalah bagaikan orang yang menanam sebutir benih yang dapat menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap2 bulir menghasilkan seratus biji. Allah melipatgandakan pemberianNya bagi siapa saja haba yang dijehendakiNya. Allah maha luas karunia dan pemberianNya lagi maha mengetahui niat hambaNya yang mau berinfaq dna maha mengetahui ukuran barang yang diinfakkannya. Dilanjutkan ayat berikutnya…

Tidak ada komentar: