Selasa, 16 September 2008

Hari ke entahlah, Juz ke-5 Al Qur'an

Juz ini dimulai dari surat An nisa ayat 24. Beberapa ayat penting pada juz ini, diantaranya bahwa rahmat dan hidayah merupakan hak prerogatif dari Allah untuk diturunkan kepada siapa seseorang yang dikehendakiNya. Namun demikian manusia yang telah diberikan berbagai potensi dan penciptaan yang begitu sempurna, dan telah diberikan informasi, berita, seruan dan peringatan maka manusia memiliki pilihan untuk memilih jalan yang diinginkannya. Ketika seseorang salah jalan dan kembali bertobat maka Allah menegaskan dalam firmannya bahwa “Allah hendak menerima tobat manusia yang telah kembali patuh untuk menjauhi maksiatNya, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kalian berpaling sejauh-jauhnya dari jalan kebenaran, dengan melakukan perbuatan haram dan tidak berpegang pada syara’ serta tidak mempedulikan lagi halal haram”.
Dalam ayat lain, Allah telah memperingatkan terhadap perolehan harta yang haq dan bathil, dari sisi prosesnya maupun produknya, Allah berkali-kali memperingatkan pada juz ini, diantaranya,”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil harta orang lain dengan jalan yang haram yang tidak sesuai dengan syara’ seperti riba, judi, ghasab dan menipu. Akan tetapi kalian boleh mengambil harta orang lalin dengan jalan perdagangan yang berdasar asas saling ridha dari kedua belah pihak dan selama masih tidak keluar dari koridor syara’. Lagi-lagi tafsir dari jalanyang bathil (bil bathiil) dalam ayat ini ditafsirkan sebagai aktivitas yang termasuk diantaranya adalah riba. Selanjutnya, “Barang siapa yang mengambil harta orang lain dengan sengaja dan dengan niat melanggar serta dzalim dengan tanpa adanya hak, seperti merampas, menghasab atau membunuh orang lain dengan sengaja dan dendam permusuhan, bukan karena melakukan qishas atau membunuh orang yang murtad maka Kami akan memasukkannya ke dalam neraka kelak di akhirat. Siksa yang demikian itu mudah bagi Allah dan tidak ada yang dapat melemahkanNya.
Beberapa larangan dan peringatan dalam ayat selanjutnya diantaranya,”Jika kalian wahai orang-orang yang beriman, menjauhi dosa-dosa besar yang dilarang, yaitu yang telah diberikan ancaman dalam syara’ bagi yang melakukannya, seperti menyekutukan Allah, membunuh, berzina, dan mencuri, maka Kami akan menghapus dosa-dosa kecil kalian dan kalian akan kami masukkan surge sebagai tempat yang bagus dan diridhoi”. Larangan lainnya, “Janganlah kalian iri hati kepada orang lain dan terimalah terhadap apa yang telah diberikan Allah kepada kalian.
Ayat penting lainnya adalah menganai kedudukan dan pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan. Ayat ini demikian halus, lembut dan penuh dengan perasaan tentang bagaimana pembagian tugas, peran, implikasinya dan keluarga. Laki-laki menjadi pemimpin yang bertanggungjawab epada kaum wanita karena dua hal, pertama karakteristik fisik yang dimilikinya, yang kedua adala kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dan nafkah seluruh keluarganya. Sedangkan wanita yang shalihah adalah yang patuh kepada Allah dan suaminya, memelihara diri dan anak-anaknya, membelanjakan harta dengan tidak berfoya-foya, oleh karena Allah telah memelihara dan membantu mereka, juga Allah telah memerintahkan mereka untuk dijaga,dan memerintahkan kepada suami untuk memenuhi hak-hak isteri seperti berbuat adil dan baik kepada mereka. Wanita-wanita yang tidak taat, maka agar diingatkan dengan memberikan kabar gembira tentang pahala bagi wanita yang taat dan agar diberitakan tentang siksaNya untuk perbuatan yang tidak taat. Dan agar pisah ranjang apabila tetap tidak taat juga, dan diperbolehkan memukul dengan pukulan ringan yang tidak menyakitkan apabila tetap nekad juga. Sedangkan apabila wanita itu kemudian taat maka janganlah menyusahkan mereka baik dengan perkataan maupun perbuatan, karena dzalim adalah perbuatan yang haram. Selanjutnya,”Janganlah kalian memaksa para wanita itu untuk mencintaimu karena cinta yang didapatkan dengan cara seperti itu tdaklah baik dan bukan merupakan keinginan mereka sendiri. Sesungguhnya Allah Mahatinggi yang dapat memaksa lagi Mahabesar yang berkuasa. Asbabun Nuzul ayat ini adalah saat seorang wanita mengadukan suaminya kepada Rasulullah karena telah memukul dirinya. Rasulullah memerintahkan hukuman qishas kepada suaminya, lalu turunlah ayat ini, sehingga suaminya tidak jadi diqishas.
Allah juga memerintahkan, “Sembahlah Allahdengan sungguh-sungguh danjanganah kalian mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun. Taat dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak yatim yang ditinggal mati orang tuanya saat masih kecil, orang miskin, tetangga yang dekat rumah, tetangga yangdekat nasabnya meskipun nonmuslim, ibnu sabil dan hamba sahaya. Sesungguhnya Allah akan membalas orang-orang yang sombong dan membanggakan diri di hadapan manusia”. Selanjutnya, “Orang sombong dalah mereka yang kikir dan tidak mau mengeluarkan kewajiban dan hak hartanya dan menyuruh orang lain untuk tidak menginfakkan hartanya fii sabilillah dan memyembunyikan karunia Allah berupa ilmu dan harta yang telah diberikanNya kepada mereka dan menampakkan kemiskinan kepada orang lain dengan harapan orang lain tidak mengharap bantuannya. Kami telah menyediakan siksa yang menghinakan untuk orang-orang kair”. Ayat ini ada yang menafsirkan sebagai gambaran bahwa ulama Bani Israil sangat pelit untuk mentransfer ilmunya sehingga tampak jelas betapa kikirnya mereka. Namun kebanyakan mufassir berpendapat bahwa ayat ini diturunkan kepada orang-orang Yahudi yang menyembunyikan sifat-sfat Nabi Muhammad Saw dan tidak membeberkannya kepada orang banyak, padahal mereka telah mengetahuinya dari yang tertulis pada kitab-kitab mereka.
Orang-orang yang menafkahkan harta mereka karena riya’ (agar dilihat orang) dan sum’ah (agar didengar orang lain), dan orang-orang yang tidak beriman hanya kepada Allah dan kepada hari akhir, seperti orang-orang munafiq, merkea adalah teman-teman syetan. Barang siapa yang menjadikan syetan sebagai temannya maka syetan itulah teman yang paling buruk dan yang akan menemaninya di neraka, karena syetan telah membisikinya untuk melakukan perkara-perkata yangmerusak sepeti sombong, kikir dan riya’.
Ayat selanjutnya, Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seorang pun dengan mengurangi pahalanya sekalipun seesar zarrah. Dia juga tidak akan menambah siksaNya sebesar zarahpun. Jika zarrah itu adalah amal kebaikan maka Allah akan melipatgandakannya, namun bila itu adalah amal yang buruk maka Allah tidak melipatgandakannya. Dan karena karuniaNya, Dia memberikan pahala yang tidak terbatas terhadap amal shalih.

Tidak ada komentar: